"Tumben lo bawa coklat?" Aurel menunjuk cokelat batangan yang dipeluk Alza dengan senyum mengembang.
"Iya, ini coklat buat kak Araf. "
Aurel kemudian mengambil coklat itu dan membaca tulisan diatasnya
coklat termanis untuk kakak kelasku yang paliingg manis.
Dari, Alza."Hah! Yakin lo dia bakal nerima?" suara Amel yang nyinyir meredupkan semangat Alza.
Kadang dia bingung, Amel itu meskipun dia lagi sibuk sama hapenya, pasti deh selalu komen. Mana komennya yang nyebelin semua lagi.
"Lo taro aja di loker nya. "
"Bener juga ya rin?" Alza berpaling pada Rina dan ngangguk-ngangguk. "Kenapa gue nggak kepikiran ya? Yaudah deh gue mau taro makanan spesial untuk kekasih tercinta dulu. Doa kan aku kawan-kawan. " kata Alza serasa mau berangkat ke israel aja. Padahal dia cuma jalan bentar ke loker dan cepat-cepat taro lalu kabur lagi ke basecamp.
"Waah lo dapat hadiah apa tuh raf?" Farez yang melihat coklat berpita putih yang baru dikeluarkan Araf langsung tertarik.
"Nggak tau. " Araf mengedikkan bahu. "Lo mau?" dia tidak sempat membaca tulisan itu lagi dan langsung menawarkannya pada Farez.
Farez menggeleng dengan tampang ngeri.
"Takut ada jampi-jampi nya hiih... Mending lo kasih si rio aja sana. "Araf tertawa geli. "Bener juga lo. "
Di kejauhan, Alza beserta keempat sahabatnya melihat kejadian itu dengan tampang pongo.
"Serius lo Araf beneran nggak mau?" Aurel berbisik.
"Kan gue bilang apa. "
"Mungkin lo belum beruntung Za. Jangan dengerin kata-kata Amel. "
"Bener tuh kata Bella. Lo coba aja lagi besok. Siapa tau dia tertarik buat makan coklat lo " Rina tersenyum seraya ngerangkul pundak Alza yang lemas. "Udah, nggak usah nangis. Lo hidup bukan cuma hari ini doang. "
Kemudian mereka berlima masuk kelas masing-masing.
Rina memang tidak sekelas dengan Alza. Dan karena nggak ada tempat curhat, selama jam pelajaran jiwa Alza berasa terbang kemana tau. Kerjaannya cuma bengong terus. Sama sekali nggak merhatiin penjelasan guru.
Kenapa Araf nggak mau makan bekal pemberian gue? Emangnya dia nggak ngerasa kalo itu dari gue? Ya allah, apa harus gue coba lagi besok ya? Tapi gimana kalo hasilnya sama aja?
"Alza!"
Alza yang lagi ngelamun tersentak dengar dirinya dibentak. Takut-takut dia melihat kedepan.
Guru sejarahnya yang killer nya minta ampun, berkacak pinggang sambil mengucapkan kata-kata sakral. "Silahkan ke ruang Bk. "
Shit! Alza berdiri juga.
Di ruang Bk, ternyata bukan hanya ada bu ngesti. Tapi juga tiga orang cowok yang kayaknya mau cabut tapi malah ketauan guru dan akhirnya berurusan sama guru Bk.Alza duduk disalah satu sofa yang jauh dari ketiga cowok itu. Salah besar guru sejarahnya menyuruhnya ke ruang bk. Karna di ruang bk, dia malah ngelanjutin lamunannya yang tertunda tadi.
.............
"Kak Araf?""Hai." Araf tersenyum manis. Alza menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Ya ampun ni cowok kenapa bisa manis banget sih?
"Alza, suka bunga?" tanya Araf tiba-tiba. Alza mengangguk dengan wajah tidak mengerti.
"Liat ya, " Araf memperlihatkan sapu tangan putih yang nggak ada apa-apa. "Satu.. Dua.. " dilipatnya sapu tangan itu dan.. "Tadaa!"
"Ya ampun!" Alza menutup mulutnya dengan telapak tangan. Kaget sekaligus kagum sapu tangan itu berubah menjadi mawar putih yang indah. Araf menyerahkannya.
"Suka?"
"Banget. " Alza mengangguk semangat. "Makasih ya kak. "
Araf mengibaskan sebelah tangannya dan mengambil sesuatu dari saku celananya.
Sebuah pensil.
Mata Alza mengikuti setiap gerakan Araf dengan penuh minat.
"Cuma pensil kan?" Araf memandang dengan senyum penuh arti. "Sekarang liat. " dia menutupi pucuk pensil dengan jari-jari tangannya dan saat dibuka pensil itu telah berubah menjadi lollipop.
Lagi Alza dibuat takjub karna ternyata Araf bisa main sulap.
"Nih, " beri Araf yang diterima Alza dengan senyum manis. Memunculkan sepasang lesung pipinya yang imut.
Ya ampun nih cewek kenapa unyu banget sih?
"Za," tiba-tiba Araf mendekat. Alza tersentak. Araf mau apa?
"Kamu.. Kamu," Araf terlihat gugup. Dia menggenggam kedua tangan Alza lembut. Membuat jantung Alza deg-degan "Kamu.. ""Kamu banguuun!!!"
Alza mengucek-ngucek matanya yang berat saat dirasa Tubuhnya ada yang menggoyang. Wajahnya berubah linglung.
Dia celingak-celinguk ke samping. "Kak araf?" panggilnya berusaha mencari Araf yang tiba-tiba menghilang.
"Araf?! Saya bu ngesti! Guru kamu. " teriak Bu ngesti gemas.
"Loh? Ibu ngapain disini? Terus kak Araf mana? Ibu usir ya?" tuduh Alza yang sepertinya masih diambang kesadaran.
Bu Ngesti mengatur nafas.
"Kamu mimpi. "Jdeerrr
Berasa kesambar petir disiang bolong, mata Alza terbelalak.
"Nggak mungkin!"
Sekali lagi bu ngesti menarik nafas. Selama belasan tahun dia ngajar, baru pertama kalinya ini nanganin siswi yang kebanyakan ngehayal.
"Sudah, kamu cuci muka dulu saja. Nanti masuk kelas. Saya mau ngajar. " guru satu itu akhirnya capek juga ngadapin Alza.
Alza berdiri sambil terus berfikir keras. Kenapa semuanya hanya Mimpi? Kenapa bukan kenyataan?? Kenapa gue selalu ngehayal??? Kapan jadi nyata nyaa!!! Kenapa, kenapa, dan kenapaa??????
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in Love
TienerfictieMemperlihatkan perasaan adalah mengambil resiko ditolak. Dan Mencintai adalah mengambil resiko mendapat balasan dicintai. Tetapi yang lebih sakit adalah mencintai tanpa dicintai. Berawal dari kagum, rasa yang disimpan Alza melambung tinggi...