Di sebuah rumah..
Araf mengeluarkan kartu kuning dan melemparnya ke tengah. "Uno!"Farez berdecak. Dia mengambil satu kartu dari tumpukan kartu uno yang masih banyak.
"Si Arqi itu pacaran sama adik kelas ya?" Rio menyeletuk.
Araf dan Farez saling berpandangan. "Masa?" kompak banget keduanya nanya.
"Iya. Tadi gue liat sendiri dia lagi sama adik kelas di taman. " malah Iraz yang menjawab.
"Siapa?"
"Yang tadi berangkat bareng lo, raf. " Sahut Rio. Kemudian dia berusaha mengingat-ingat lagi. "Iya, namanya Alza kan?"
Araf tidak menjawab. Pikirannya buyar. Sejak kapan Arqi deket sama Alza? Kok Alza nggak pernah bilang kalo dia kenal Arqi? Eh, emang gue siapanya Alza?
"Raf! Lo dipanggilin juga. " sungut Farez. "Tuh hape lo bunyi. "
Araf melihat nama yang tertera di layar hape. My mom. Tanpa diangkat pun dia sudah tahu apa tujuan mamanya menelephon.
"Eh, gue balik dulu ya. " Araf tiba-tiba berdiri. Mengambil ransel dan mengagetkan yang lain.
"Kenapa lo buru-buru banget?" Farez yang bentar lagi mau menang, kayaknya nggak rela Araf main kabur gitu aja.
Sahabatnya itu cengengesan.
"Nyokap gue biasa. " lalu setelah berpamitan pada yang lain, Araf keluar dari rumah Farez.
..............
"Mami mau belanja apa lagi sih?" Alza menghentak-hentakan kakinya kesal. Sudah lebih dari satu jam dia nemenin maminya itu dan sampai sekarang mami belum kelar juga.
"Kamu kalo bosen liat-liat yang lain aja dulu, za. Asal jangan ninggalin mami aja. " kata mami sambil membaca komposisi yang tertera dibalik kemasan.
Alza ngedumel. Dia mengikuti saran mami untuk lihat-lihat lorong lain. Tujuannya mencari rak-rak berisi coklat. Dan Alza berhenti begitu dia melihat m&m.
"Alza!"
Alza menoleh saat mendengar namanya dipanggil. "Kak Araf?" tampangnya langsung kaget. Siapa yang nyangka bakal ketemu cowok ganteng itu di supermarket?
"Sendirian aja?"
"Sama mami. Kalo Kak Araf?"
Araf kelihatan salah tingkah. "Itu sama nyo--"
"Araf!"
Mereka berdua serempak menoleh keasal suara. Alza terus memperhatikan wanita yang sepertinya seumuran dengan mami.
"Kamu Raf, mama lagi belanja malah ditinggal. " wanita yang ternyats mamanya Araf itu ngomel-ngomel. Sama sekali tidak sadar ada orang lain disamping anaknya.
Araf meringis. "Maaf deh. Abis mama lama banget. Araf kan bosen. "
mamanya berdecak. Emang dasar anak durhaka. Kemudian wajahnya berpaling pada sosok yang berdiri kikuk disamping anaknya itu.
"Kamu siapa ya?" tanyanya sambil melihat Alza dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Alza merasa ini kesempatan bagus. Jarang-jarang dia bisa ketemu camer.
Dia tersenyum sopan. "Saya Alza tante. "
"Alza?"
"Alza ini teman sekolah Araf, ma. " jelas Araf.
"Oh, " tatapannya melembut.
Alza jadi merasa tersanjung ditatap seperti itu. Dia mendapat sinyal kalau mama Araf menyukainya. "Kamu kok nggak pernah ngenalin Alza ke mama sih, raf?"
Eh? Araf makin salah tingkah. Alza terbelalak. Whaatt?? Mamanya kak Araf nyangka gue pacar anaknya? Omg!
"Yaudah kalau kamu belum mau cerita. " mama Araf menampilkan senyum manisnya. "Alza, tante pergi dulu ya. Kapan-kapan tante suruh Araf ajak kamu ke rumah. Sekalian kita ngobrol. Jarang-jarang loh Araf deket sama cewek. "
"Iya tante. " Alza membungkuk menyalami mama Araf. "Saya juga harus pergi. Sampai ketemu lagi tante. "
Sepeninggal Araf dan mamanya, Alza sibuk mengatur detak jantung nya yang udah mulai nggak normal.
Gila, kayaknya gue harus ke rumah sakit nih. Nyari jantung yang nganggur. Soalnya jantung gue bisa mati kalo terus berdekatan sama kak Araf.
Alza berasa melangkah diatas awan. Kakinya berasa terbang. Cuma gara-gara respon mamanya Araf, dia bersyukur banget mami ngajak ke supermarket. Kalo nggak, mungkin dia nggak bakal ketemu Araf pluus camernya tentunya.
............

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in Love
Dla nastolatkówMemperlihatkan perasaan adalah mengambil resiko ditolak. Dan Mencintai adalah mengambil resiko mendapat balasan dicintai. Tetapi yang lebih sakit adalah mencintai tanpa dicintai. Berawal dari kagum, rasa yang disimpan Alza melambung tinggi...