Chapter sepuluH

10 7 7
                                    

     
Jatuh hati- patah hati. Sama-sama di hati, dan sama-sama bikin mati.

 
    -----------------

Alza memandang langit-langit kamarnya yang sudah didekor sedemikian rupa oleh papinya. Bintang-bintang dan segala macam benda angkasa bertaburan di langit kamarnya. Akan semakin indah jika lampu dimatikan karena semua lukisan itu bercat glow in the dark. Dan itu lah yang dilakukan Alza sekarang. Melihat bintang itu bersinar langsung didepan matanya, begitu.. indah.

   Alza memejamkan matanya. Sesaat fikirannya kembali teringat ke siang tadi.

    Flashback on

 "Raf, sakit.. " Sudah satu jam dari insiden itu, dan Alzeta terus merengek di pelukan Araf.

   Kini di ruang osis itu sudah banyak anggota yang hadir. Farez, Arival, Arqi, dan Tama, dan juga yang lainnya. Sebagai ketua osis yang dikenal bijak, Sandra mengadu pada Araf soal kejadin Alzeta yang ditampar Alza tadi.

  Rupanya, Araf sudah ada diambang pintu saat ketika Alza menampar pipi Alzeta.

Kenyataan yang cukup menyakitkan untuk Alza karena Araf tidak mengetahui kejadian sebelumnya. Tidak tahu alasan dibalik dia menampar Alzeta. Araf terlanjur percaya dengan apa yang dilihatnya dan apa yang didengarnya.

   Ini untuk pertama kalinya lagi Alza bertemu empat mata dengan Araf sehabis pulang dari acara festival band itu. Karena kebesokannya, Alza tidak pernah bertemu dengan Araf lagi. Araf seakan menghindar. Sekalipun mereka bertemu berpapasan, Araf membuang muka. Seolah melihat wajah Alza seperti melihat sebuah bangkai. Alza tidak tahu dimana letak kesalahannya. Dan kini Araf kembali menatapnya dengan pandangan itu. Pandangan kebencian.

   "Gue gak tau lo suka sama gue. Dan gue juga gak tau kalo ternyata lo cukup licik buat misahin gue sama pacar gue. " ujar Araf. Datar.

   Alza menunduk. Dia meremas rok abu-abunya kuat. Gumpalan air bening hampir menetes di matanya jika saja ia tidak menekankan satu kata itu.

   Jangan nangis disini, za. Jangan tunjukin kelemahan lo disini.

   "Selama ini gue baik sama lo, dan lo salah ngartiin kebaikan gue. Gue baik sama lo bukan karna gue suka sama lo! Harusnya lo sadar itu Alza!"

   Jleb

  "Gue udah punya pacar. Dan sekalipun gue belom punya pacar, gue nggak akan suka sama lo. Cewek yang bisa bikin gue jatuh cinta itu yang kayak Zeta. Bukan yang kayak lo. "

    Tolong hentikan.

   "Dan satu lagi, .." Araf menajamkan suaranya. "Jangan pernah berfikir gue bisa jadi pacar lo. Karena itu nggak akan mungkin. "
 

   Cukup!

    Alza tertawa miris bersamaan dengan air matanya yang jatuh. "Lo benar. Gue emang nggak akan mungkin jadi pacar lo. "

  Araf mengangguk dengan wajah kaku. Ditunggunya Alza melanjutkan kata-katanya, karena dilihatnya cewek itu menatapnya tepat di manik mata.

   "Lo benar. Sampai kapanpun gue nggak akan pernah bisa kayak Zeta yang bikin lo jatuh cinta. "

  Alza menghela nafas panjang. Dan tersenyum sendu. "Tapi lo salah saat lo berfikir gue akan ngerusak hubungan kalian. Lo salah saat berfikir gue-lah yang nampar Alzeta. Lo salah saat lo tahu gue suka sama lo. Karena nyatanya, gue nggak suka sama lo kak. Tapi gue cinta sama lo. "

   Alza menggigit bibirnya kuat-kuat sebelum berdiri dan.. pergi.

  "Satu lagi yang harus lo tau, cinta yang tulus itu akan tersenyum bahagia saat melihat orang yang dicintai bahagia. "

   "Maaf ya, udah nampar pacar lo."
  

   

   Mengingat itu Alza jadi tersenyum miris. Mengapa jadi begini akhir ceritanya? Araf yang dia kira orang paling baik sedunia berubah menjadi orang yang paling jahat sedunia. Araf yang selalu setenang air berubah menjadi percikan api yang menyeramkan. Araf... kenapa fikirannya selalu dipenuhi Araf?

  Tanpa sadar setitik air jatuh diatas pipinya.

Sakit. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk jantungnya.

Perih. Jika mengingat apa yang Araf lakukan padanya.

Dan pedih. Jika mengingat bagaimana sekarang dia masih memikirkan cowok brengsek itu.

  Benar kata orang, Jatuh cinta dan patah hati itu sepaket. Jika kau jatuh cinta, ada masanya dimana kau akan merasakan sakit hati. Dan semua proses itu tidak selamanya manis. Dan semua proses itu juga tidak selalu pahit. Ada saatnya yang pahit akan berganti manis, dan yang manis akan berubah pahit.
   Seperti saat ini.

  Menyakitkan.

     ||||||||||

     Chap 10

  Alhamdullilah

    Harap maklum kalo kurang nyakitin. Pengalaman baru nulis adegan nangis2 begini.

    Oke? Thanks

   
    Selanjutnya di chapter sebelas.....

Dream in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang