Seorang cowok tinggi melajukan motornya dengan kecepatan sedang melintasi jalan raya ibukota jakarta. Dari balik helm fullface nya, dia melihat satu sosok di kejauhan yang seperti orang kebingungan mencari bis yang lewat.
Ia mematikan mesin motornya tepat di depan cewek itu. "Hei," sapanya sambil melepas helm. "Lo Alza kan?"
Alza melompat kaget seperti orang baru melihat setan. Jari tangannya menuding wajah tampan itu dengan tidak percaya.
"Ka-kak.. Kak Araf?" ucapnya terbata-bata.
"Iya gue Araf. " Araf tertawa kecil melihat reaksi Alza. "Lo sendirian? " Alza mengangguk. Masih speecheels.
"Bareng gue aja yuk. " ajak cowok itu tanpa embel-embel lagi. Untuk kedua kalinya Alza dibuat kaget oleh Araf yang ganteng ini. "Emang boleh?" tanyanya lugu.
"Ya boleh lah. " jawab Araf langsung. Mulut Alza terbuka lagi ingin mengatakan sesuatu, tapi Araf keburu menyela.
"Nggak ngerepotin kok. Lagipula kan kita satu sekolah. " ucapnya seolah bisa menebak apa yang ingin dikatakan Alza.
Alza meringis malu. Akhirnya setelah dibujuk Araf, Alza naik keboncengan motor Araf yang tinggi.
"Pegangan ya. Takut jatuh. " seru Araf kalem. Alza mengangguk. Dia meletakkan kedua telapak tangannya di bahu Araf. Setelah Araf memakai helmet nya kembali, motor itu melaju dengan kecepatan sedang.
............
Berita tentang Araf yang berangkat bareng sama adik kelas sudah tersebar luas di seantero sekolah. Bahkan sekarang Sandra dan teman segengnya sedang mencari adik kelas yang katanya masih satu geng sama Rina- musuh bebuyutannya.
Sandra menemukan Alza yang tengah ngerumpi ditengah kantin bersama teman segeng nya. "Lo yang namanya Alza?" tanyanya dengan suara yang lebih mirip bentakan.
Alza ngangguk juga meski dalam hati ketar-ketir. Melihat Sandra beserta gerombolannya muncul hanya untuk mencari dia, jelas bukan berita bagus.
"Lo denger ya, lo itu nggak pantes buat Araf. Sebelum lo terbang, mending ngaca dulu sana. Bayangan lo aja kabur duluan sebelum lo ngaca. " emang jahat banget si Sandra. Suaranya sengaja dibikin kenceng biar semua orang denger dan Alza jadi kena malu diliatin orang-orang.Alza meremas rok Aurel yang duduk disampingnya. Sekarang semua mata menatapnya terang-terangan dengan sorot mengejek.
Seakan belum cukup, Alzeta menambahkan,
"Dan asal lo tau, Araf itu punya gue. Selamanya akan jadi milik gue. Jadi lo nggak usah mimpi buat dapetin dia. "
Setitik air jatuh dari pelupuk matanya. Alza menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia terlanjur sakit hati. Perkataan tadi menusuknya telak di ulu hati.
Alzeta tersenyum puas. "Lo udah ngerti kan? Gue harap udah. Karna gue nggak mau denger ada berita lo lagi sama Araf. " Alzeta berlalu diikuti yang lain dengan senyum miring penuh kemenangan.
"Za, lo nggak pa-pa kan?" Bella menyentuh pundak Alza hati-hati.
Sepasang mata tajam langsung menyambar. "Nggak pa-pa lo bilang?! Setelah gue diinjek-injek lo masih tanya "nggak pa-pa?" gue sakit hati Bel! Sakiitt. " Alza berdiri lalu berlari meninggalkan keempat sahabatnya yang terpaku.
"Alza lagi butuh sendiri. " Rina menghibur Bella yang masih kaget.
Bella mengangguk tanda dia mengerti.
...........
Di tama, Alza duduk seorang diri. Dia tersentak saat sebuah sapu tangan mengusap lembut pipinya yang basah oleh air mata.
"Kenapa nangis?" tanya cowok itu lagi.
Suaranya begitu lembut. Membuat Alza tidak tahan untuk tidak menangis lagi.
"Kenapa lo baik banget sama gue?" kali ini ganti dirinya yang bertanya.
Cowok itu tersenyum seraya duduk disebelahnya. "Kadang orang yang paling membenci kita lah, justru orang yang paling mengerti kita. " dia menoleh. "Emang gue nggak boleh baik sama lo?"
Alza terkekeh. "Terserah lo aja kak. "
"Nah gitu dong. Kan enak kalo senyum. " sebelah tangan cowok itu mengusap pelan kepalanya. Mengusutinya, lalu merapikannya kembali.
Alza menepis. "Rambut gue kusut. " protesnya tidak terima.
Cowok itu ketawa. "Kan gue beresin lagi. " hal itu terus berulang sampai bel masuk menghentikan jari-jari cowok itu.
Alza menghela nafas panjang kemudian berdiri. Cowok itu mengikutinya."Za, kalau ada orang yang nyakitin lo, bilang sama gue ya. Gue paling nggak bisa liat lo nangis. " ucapnya sungguh-sungguh.
Alza mengangguk. Cowok itu berjalan lebih dulu. Tapi belum jauh dia melangkah, panggilan Alza membuatnya berbalik.
"Makasih ya, qi. " Alza mengucapkan itu tulus dari hati.
Arqi mengacungkan ibu jarinya. Nggak masalah, katanya.
...........
Hoyyy... Seperti biasa, kalau suka di like nggak suka gk usah dibaca.
Nggak pernah maksa kok
![](https://img.wattpad.com/cover/94477403-288-k2943.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in Love
Teen FictionMemperlihatkan perasaan adalah mengambil resiko ditolak. Dan Mencintai adalah mengambil resiko mendapat balasan dicintai. Tetapi yang lebih sakit adalah mencintai tanpa dicintai. Berawal dari kagum, rasa yang disimpan Alza melambung tinggi...