10

5 1 1
                                    

Nan yang sedang memarkirkan mobilnya mendengar suara seseorang memanggil namanya, ia tahu suara itu, hatinya berdegup kencang, ia merasa gugup dan malu.

"Nan..!" Lelaki itu semakin berteriak dan berlari ke arahnya, menepuk bahunya dan berhadapan dengannya

"Nan, kau kemana saja? Aku sangat khawatir tentang mu" lelaki itu menghela napasnya sesak karena berlarian.

'D..donggyun' batinnya berkata terbata-bata

Nan melihat Donggyun dengan tatapan terpesona, dia melihat Donggyun tiga tahun yang lalu dengan sekarang sangatlah berbeda, lelaki itu semakin tinggi dan semakin tampan, tubuhnya ingin sekali memeluk dan mendekapnya dengan erat.

"Nan...!" Kali ini Nan mendengar suara perempuan, ia melirik ke kiri, Arin berdiri di sana dengan senyuman dan berlari menuju ke arahnya dan berdiri di samping Donggyun.

Nan mundur kebelakang, ia kebingungan ingin berkata apa "apa yang kalian lakukan di sini?"


***


Nan duduk di depan Donggyun, sedangkan Art in berada di sampingnya, mereka duduk di Cafe dekat Gedung NJ group. Nan hanya membalikkan wajahnya ke samping, ia sama sekali tak berbicara sedikitpun, hanya ada keheningan di antara mereka.

Arin mengambil dompet di sakunya, dan mengeluarkan sebuah foto. Di foto itu ada dua orang gadis dan dua orang lelaki muda, mereka sedang berlibur di pantai saat musim semi.

Nan mengingat semua pengalaman yang pernah ia alami dengan mereka, air matanya jatuh seketika, ia mengusapnya dengan tangannya. "Kau lihat?, disini kita sangat senang tak ada kecanggungan seperti ini" Arin berkata sambil melihat foto itu dengan senyuman miris.

"Kau boleh saja membenci aku, tapi tidak untuk Arin, kalian di besarkan oleh Cinta persahabatan " Donggyun membujuknya dengan perkataan halusnya.

Nan menatap foto itu sekilas, dan mengusap air matanya "kita sudah berakhir Arin, tak ada namanya kenangan Indah, persahabatan, dan Kasih sayang " katanya tanpa menatap.

"Tapi kenapa?, apa yang aku lakukan padamu hingga kau seperti ini padaku?" Nan sama sekali tak menjawabnya.

"Kau tau, ia hampir gila karena kau tak muncul saat ia membutuhkanmu, hanya kau yang bisa membujuknya saat ia sedang sedih, hanya kau yang bisa membuatnya menjadi wanita seutuhnya" kata-kata Indah Donggyun membuat hatinya remuk, tapi apa daya ia tak bisa langsung meminta maaf pada Arin, dendam sudah merajalela di hatinya, hatinya pun terluka oleh Arin.

***


Arin dan Donggyun pulang, mereka tak mendapatkan apa-apa dari hasil penyelidikan atau membujuk temannya sendiri, Nan langsung pergi tanpa pamit saat Donggyun memintanya kembali seperti dulu.

Arin hanya melamun saat di mobil, pikirannya kosong. Saat tiba di rumah ia langsung pergi ke kamarnya tanpa adanya aba-aba.

Wanita itu duduk di meja kerjanya sambil menopang dagunya dengan tangan, perasaanya bercampur aduk. Sedih dan senang meliputi hatinya, anehnya tak ada rasa sakit apalagi dendam pada temannya itu, ia hanya masih bertanya-tanya apa yang ia lakukan pada Nan, hingga temannya seperti itu, Badannya meringkuk sepanjang hari.

***

Pagi hari tiba, Arin bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya dan penghuni rumah, keluarganya telah sampai di rumah, keadaan rumah normal tak ada yang terjadi pagi ini. Arin pamit pada orangtuanya untuk penyelidikan dan Donggyun mengantarnya.

The Great LawyersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang