[Siap-siap, kali ini aku benar-benar mendongeng]
Tahukah engkau pada kisah Narcissus?
Seorang lelaki tampan pujaan para wanita
Yang selalu berhenti di pinggir danau
Hanya untuk bercermin dan mengagumi dirinyaNarcissus tersenyum melihat pantulan air danau
Betapa indahnya ciptaanmu Dewa!
Pujinya kepada diri sendiri
Kemudian dia pulang ke desanya hanya untuk menyambut esok yang samaSekian esoknya, Narcissus pergi ke hutan
Hanya untuk berjongkok di pinggir danau
Melihat wajah tampannya yang seakan-akan
Dipahat oleh HefaestusSuatu hari,
Sang Danau yang sudah sering melihat Narcissus berjongkok memandangnya
Tidak sengaja menarik Narcissus dalam rengkuhannya
Narcissus tenggelamSetelah itu, acap kali peri hutan merasakan bahwa air danau berubah
Dari payau menjadi asin
Hei, Danau, mengapa kau menangis?
Peri bertanyaAku merindukan Narcissus
Jawab Sang Danau
Narcissus, si pria tampan yang selalu memandangimu?
Sang Peri kembali bertanyaYang aku tau dia memang lelaki
Tapi apakah dia benar-benar indah?
Bagaimana kau tidak tahu, Danau?
Reaksi Peri terhadap ketidaktahuan Danau terhadap NarcissusHanya kau yang bisa memandangi keindahannya saja
Karena sepanjang hari dia selalu berada di sisimu
Maafkan aku peri, tapi aku selalu memandangi bola matanya
Mengagumi betapa indahnya diriku yang terpantul di sana-ooOoo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Komet dan Andromeda
PoetryTentang Komet. Tentang Andromeda. Tentang puisi-puisi yang bahkan, tidak pantas disebut sebagai puisi. Tapi jika kau berkenan, silakan mampir, meski aku hanya bisa menyuguhkan segelas air yang getir ini.