V O T E
Pria itu menundukan kepalanya, kini jarak wajah keduanya sangat dekat. Pria itu menatapnya dengan tatapan tajam. Kenapa matanya sama seperti mata Jinhye? Mereka dingin, datar, dan sangat mengintimidasi.
Pria itu menarik dagu Hyebin agar menatap matanya.
"Sehun.."
"Ku pikir kau tidak mau mengingat namaku"
Hyebin mendorong dada Sehun, kemudian hendak menjauh dari pria itu. Namun gagal, Sehun langsung mencengkram tangan Hyebin.
Hyebin mengaduh, pergelangan tangannya terasa sakit akibat cengkraman pria itu. "Sehun, lepas-"
"Park Hyebin, mulai sekarang, jadilah temanku. Jangan pernah memiliki niat untuk mencari teman disini, karena tidak akan ada yang mau menemani anak miskin sepertimu"
Hyebin terdiam, ucapan Sehun sangat terdengar sensitif ditelinga Hyebin. Dadanya terasa sesak, ucapan Sehun terlalu menyakitkan. Gadis itu menahan airmatanya, "Aku tidak mau menjadi temanmu. Dan satu lagi, panggil aku Hyebin, bukan Park Hyebin!"
Sehun menatap gadis itu dengan sinis. Hyebin tidak mungkin tahu debaran jantung yang ia rasakan, Sehun berhasil menyembunyikannya.
"Jadi temanku atau tidak mempunyai teman sekalipun"
Hyebin terdiam, apa yang dikatakan pria itu benar. Tidak akan ada yang mau berteman dengannya, mengingat kesan buruk yang ia terima saat baru saja sampai disekolah ini. Tapi.. tidak. Hyebin tidak mau berteman dengan pria seperti Sehun, dia menyebalkan dan terlalu berterus terang. Menyebalkan dan terlalu memaksa.
Tapi, dia sangat tampan, jerit Hyebin dalam hati.
"Lebih baik aku tidak memiliki teman"
Sehun menggeram kesal kemudian menyandarkan kasar punggung Hyebin pada dinding koridor, dan kembali mengurung Hyebin dengan jarak yang begitu dekat.
Sehun memajukan wajahnya, hidungnya menyentuh hidung Hyebin yang sudah lemas karena perlakuan Sehun. Hyebin memejamkan matanya, merasakan nafasnya dan Sehun beradu. Jantung Hyebin berdebar kencang, pria tampan yang gila! Rutuknya dalam hati.
"Jadi temanku atau-"
.
.
.
•••
..
.
Jinhye berjalan dengan santai menuju koridor depan. Ia mendesah kesal memperhatikan tingkah beberapa murid yang malah bergosip didepan kelasnya, bukannya masuk dan belajar.
Ia menyesal, 2 tahun setengah ini dia bisa menyembunyikan siapa dirinya. Lagipula Jinhye sama sekali tidak berniat memberitahu siapa dirinya. Tapi, mengapa hanya karena gadis kampungan itu ia sampai menyebutkan 'Vischa'? Satu kata yang sangat disegani dalam dunia bisnis ini. Dan sekarang? Semua terasa berbeda, berita bahwa ia adalah anak seorang pengusaha kaya 'Lee Jin Woo' menyebar dalam hitungan detik.
Mengingat saat ia masuk kekelas, semua langsung menyingkir dan memberikan respon yang berbeda. Bahkan ada yang mengajak dirinya untuk bergabung. Tentu Jinhye menolak dengan seluruh keangkuhannya.
Seketika senyum Jinhye tertarik, senyuman sinis dengan tangan mengepal. Semua memperhatikannya hanya karena ia adalah anak pengusaha terkaya di Korea bahjan mungkin di Dunia, bukan karena kasih sayang. Bukannya merasa senang, Jinhye semakin merasa benci dengan dunia ini.
Tapi, melihat respon ketakutan dari gadis kampung itu membuat perut Jinhye tergelitik. Joohyun, gadis itu menyebutnya kampungan. Sayang gadis manja itu tidak tahu jika Jinhye sudah menyebutnya 'kampungan' dari awal mereka bertemu, walau hanya dalam hati.
Jinhye menghamburkan lamunannya dan menatap tajam kedepan, terus melangkah sampai akhirnya kakinya terhenti saat berbelok kearah koridor utama.
"Jadi temanku atau-"
"Memalukan" cibir Jinhye pelan.
Dua insan itu langsung menjauh. Sehun terdiam melihat Jinhye yang sudah berdiri dengan jarak kurang lebih 3 meter dari dirinya. Gadis itu tidak terlihat berbeda, tetap dingin.
Hyebin menundukan kepalanya ketika tahu yang menyindirnya adalah Jinhye, gadis cantik yang secara tidak langsung menolongnya, dan putri dari seseorang yang telah menyekolahkannya.
Sehun melipat kedua tangannya di dada, kemudian menatap tajam Jinhye.
"Apa maumu?" Tanya Sehun sarkastik.
Jinhye melirik kearah gadis yang ia temui tadi pagi, gadis itu kelihatan takut. Kemudian Jinhye kembali menatap tajam Sehun dan tersenyum sinis, "Mengapa kau ingin tahu?"
"Ck. Ini kedua kalinya, catat! Kedua kalinya kau menggangguku"
Jinhye memutar kedua bolamatanya dan tertawa sinis, "Maaf tuan Sehun, saya tidak bermaksud mengganggu anda. Tapi, ini kedua kalinya kau merusak penglihatanku, catat juga! Bisakah seorang Oh Sehun, sang pemilik sekolah menyewa tempat lain untuk melakukan tindakan tak berotaknya, huh?" Jinhye berucap lantang, ia yakin ucapan pedasnya ini cukup membuat Sehun marah.
Mengingat pertemuan terakhirnya di restoran, ini adalah pembalasan dendamnya.
Sehun mengepalkan tangannya kemudian melepas cengkaraman tangannya pada Hyebin berdebar, berjalan menghampiri Jinhye dengan tatapan tajamnya. Baik, keduanya beradu pandang. Pandangan yang sama-sama terlihat mengerikan. Dingin dan arogan.
"Apa kau cemburu?"
Sehun memotong jarak antara dirinya dengan Jinhye, tetapi gadis itu sama sekali tidak mundur. Ia justru membiarkan Sehun mendekatkan wajahnya pada wajah Jinhye.
"Tentu tidak" bisik Jinhye tajam. Kemudian gadis itu mendorong dada Sehun agar melangkah mundur. "Lanjutkan saja!"
Hyebin yang memperhatikan keduanya dengan tatapan bingung tiba-tiba merasa terkejut dengan ucapan Jinhye. Apa yang dimaksud gadis itu? Pipi Hyebin memanas,jika Jinhye tidak datang, mungkin Sehun sudah merenggut ciuman pertamanya.
Huft, Hyebin meremas kerah seragamnya. Melihat Jinhye dan Sehun sudah saling kenal agak membuat Hyebin kecewa. Tetapi kemudian ia menghempaskan pikiran bodoh itu, tentu saja mereka saling kenal, Jinhye anak yang kaya, dan ternyata Sehun? Dia anak pemilik sekolah ini? Fakta yang mengejutkan.
"Pulang sekolah nanti, jangan lupa, acara ku dan dirimu. Jangan membuatku menunggu"
Sehun mengerti maksud Jinhye, acara yang gadis itu maksud adalah acara fitting baju pernikahan mereka. Oh Tuhan, besok Jinhye akan resmi menjadi istrinya? Seketika Sehun merasa sedih, ia sama sekali tidak mencintai gadis itu. Sehun sepertinya menyukai Hyebin, ah lupakan! Itu hanya sepertinya, yakin Sehun dalam hati. Lagipula, ia baru saja mengenal Hyebin. Tapi.. Sudahlah. Mungkin ia hanya terobsesi.
Lagipula, dengan menikahi Jinhye dalam waktu cepat, Sehun bisa membalaskan dendamnya pada si tua Bangka itu'kan?
"Mengapa kau menyebut acara itu adalah acara mu dan aku? Mengapa tidak acara kita?" Tanya Sehun dengan nada mengejek.
Jinhye tidak mengubah ekspresinya, tetap datar. "Karena aku dan kau tidak akan menjadi kita, camkan!"
Jinhye memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Sehun kemudian berbelok kearah tikungan koridor. Tujuannya ke koridor utama memang untuk menemui Sehun, karena ia dengar dari salah satu siswa jika Sehun tadi berjalan menuju koridor utama, wilayah ruang guru.
Baguslah Sehun benar-benar ada disana, walau dalam kejadian seperti itu..
Jinhye mengepalkan tangannya sambil berjalan, Sehun benar-benar tidak pantas menjadi suaminya. Sehun adalah pria rendahan, memalukan!
Sehun tersenyum sinis menatap kepergian Jinhye,
'Tidak akan, ya? Berhati-hatilah, Jinhye'
~TBC~
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN ; Sehun ✔
Fanfiction#1 . . . Kita selalu memiliki hambatan. Cinta adalah soal waktu. Yang penting adalah ketika jalan kita bersebrangan. Inilah jalan takdirnya. Ini adalah tentang waktu.