V O T E
"Hiks--"
Bahu Jinhye bergetar, dadanya terasa sangat sesak, ingatannya berputar pada kejadian hari ini. Semua awalnya indah, sangat indah sampai Jinhye terbuai. Ia baru akan memulai, tapi Sehun mencuri garis 'start' miliknya.
Ingatan saat Sehun membela gadis itu, menepis tangannya dan lebih memilih untuk mengejar Hyebin. Apa tak seberharga itu dirinya?
"Hiks.." Bodoh.
'Kenapa aku harus jatuh lebih cepat? Jatuh hati padamu..'
.
.
.
•••
..
.
Flashback on
"Anak itu benar-benar..."
Seorang berpakaian dress bernuansa hitam-putih membisikan wanita disebelahnya, pandangannya tertuju pada si bocah nakal itu, menyebalkan sekali jika dirinya harus kembali membersihkan lantai. Apa anak itu tidak mengerti arti kata 'lelah'? Jika bukan anak tuan besar, mungkin ia sudah membunuh dan memasukan anak itu kedalam kardus, kemudian membakarnya ditengah-tengah hutan.
Sehun tak peduli, ia sama sekali tak pernah menanggapi para pelayan dirumahnya, ini rumahnya, jadi apapun dapat ia lakukan. Dengan senyum lebar Sehun terus berjalan menuju sebuah kamar utama rumah ini, membiarkan kakinya yang dipenuhi tanah mengotori lantai. Hatinya mendelik senang, tak sabar melihat tanggapan wanita itu tentang kehebatan yang ia miliki. Karena dirinya, grupnya dapat memenangkan permainan ini, mencetak gol 3 kali berturut-turut adalah hal yang sangat membanggakan. Tangannya terus memeluk bola sepak itu, membiarkan bajunya kotor asal ia bisa membuat ibunya bangga. Ya...
"Hiks..."
Langkahnya terhenti, Sehun terdiam dihadapan pintu putih itu, suara isakan tangis? Apa ibunya menangis?
Sehun menatap kesekeliling rumahnya, tak ada pelayan yang mempedulikan hal ini, apa mereka tak mendengar suara ini?
Sehun hendak mengetuk pintu namun isakan itu kembali terdengar, bocah kecil itu mendadak menjatuhkan bolanya kemudian tangannya beralih meremas baju bagian depan yang ia kenakan. Demi apapun dadanya terasa tertekan, ia merasa pengap dan sulit bernafas. Suara itu, menusuk hati Sehun kecil.
"I-Ibu..." suara khas bocah itu terdengar bergetar, ia sangat khawatir. Apa yang terjadi? Apa yang menangis dibalik pintu adalah ibunya?
Isakan itu berhenti cukup lama, namun Sehun masih diposisinya dan terdiam.
"Sehun..."
Balasan yang sama, suaranya terdengar bergetar dan tertahan,
"Nak..."
"Iya, bu?"
Beberapa detik menunggu, kemudian knop pintu seakan bergerak, namun berhenti, ibunya membatalkan untuk membuka pintu kamarnya.
"Apa kau kembali memenangkan permainan itu?"
Suara itu kembali terdengar, tanpa peduli apakah ibunya akan mengetahuinya, Sehun hanya mengangguk, suaranya seakan tersekat.
"Hebat, anak ibu memang yang terbaik. Sehun, percayalah kalau ibu sangat.. bangga padamu"
Sehun tersenyum sedih, ia sangat mengharapkan kata-kata itu keluar dari mulut ibunya. Namun, bukan situasi seperti ini yang ia inginkan. Perasaannya tidak enak, Sehun yakin ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya. Suara wanita itu terdengar bergetar, Sehun sekarang yakin bahwa yang menangis adalah ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN ; Sehun ✔
Fanfiction#1 . . . Kita selalu memiliki hambatan. Cinta adalah soal waktu. Yang penting adalah ketika jalan kita bersebrangan. Inilah jalan takdirnya. Ini adalah tentang waktu.