.
.
.
"--Sudah berkali-kali dia datang, tapi tak pernah datang sepenuhnya. Kau harus cepat sadar, mengerti?" Perintah Hyebin yang menganggap Sehun sedang mendengarkan apa yang ia ucapkan.
"Kau harus cepat sadar dan mencegahnya pergi sebelum ia benar-benar datang kepadamu"
.
.
.
●●●
..
.
Jinhye masih belum bergeming dari salah satu ayunan yang ada dihalaman belakang rumahnya. Hanya tinggal menunggu beberapa waktu matahari akan terbenam. Setelah menatap langit yang nampak jingga, gadis itu kembali menunduk dan menatap sesuatu yang ada digenggamannya sejak awal ia kesini. Jinhye hanya perlu bersabar, dan semua akan berlalu. Masalah ini akan berakhir, batin gadis itu berusaha menenangkan hatinya.
"Kau yakin akan pergi?"
Gadis itu menoleh kebelakang, kemudian kembali menatap lurus kedepan. Seseorang melangkah mendekatinya dan duduk diayunan yang berada disamping gadis itu.
Jinhye menghela napasnya, "Aku tak pernah seyakin ini"
Pria itu menatap Jinhye dengan raut wajah sedih, "Aku tak pernah melihat kau berakting seburuk ini"
Jinhye tersenyum tipis, "Kau menyadarinya, ya?"
Pria itu bangkit dari ayunannya dan menarik pergelang tangan Jinhye, mendekap gadis mungil itu dengan erat, seakan tak ingin berpisah dengan gadis itu.
"Aku merindukanmu, putriku"
Jinwoo meneteskan airmatanya, mengapa jalan yang dilewati putrinya selalu seperti ini? Semua ini salahnya, dan inilah resiko yang harus ia tanggung. Berada dalam jarak yang sangat jauh dengan gadis itu nantinya. Haruskah?
"Aku juga sangat merindukanmu, ayah"
Jinhye yang awalnya hanya terdiam kini membalas pelukan Jinwoo. Tanpa sadar cairan bening itu sudah menggenang dipelupuk matanya.
"Maaf telah membuat semuanya terasa sulit untukmu"
Jinhye menangis dalam diam didalam dekapan ayahnya. Beberapa menit berlalu, gadis itu tak ingin Jinwoo melepaskan pelukannya. Ia meminta ayahnya untuk tetap disisinya saat ini. Dan hal itu membuat Jinwoo semakin terluka, pria paruh baya itu mengusap punggung Jinhye dengan kasih sayang. Sampai ia menyadari kemejanya basah, Jinhye menangis, apa sesakit itu?
"Apa kau mencintainya?"
Jinhye terdiam sejenak, namun kemudian tangisnya pecah. Ia terisak hebat, menggambarkan luka yang ia rasakan dalam airmata. "Aku sangat mencintainya, ayah"
.
.
.
●●●
..
.
Untuk kesekian kalinya, gadis dengan rambut terurai itu menatap benda yang ada digenggamannya dengan perasaan gusar. Apakah ini adalah keputusan terbaik?
Gadis itu menatap langit dalam diam, membiarkan dinginnya malam yang tak dapat dihalangi oleh mantel tebal menusuk kulitnya. Tatapannya terarah pada satu bintang disana, bibirnya tersenyum tipis. Saat ini, langit dipenuhi dengan bintang-bintang. Namun entah mengapa, bintang itu, bintang yang tengah ia pandang dengan intens, menjadi bintang yang menarik perhatiannya. Bintang itu terang, terasa dekat, namun sebenarnya jarak antara mereka sangat terbentang luas. Airmatanya menetes, bahkan ia masih belum memiliki keberanian untuk mendekati bintang itu, bintangnya, Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN ; Sehun ✔
Fanfiction#1 . . . Kita selalu memiliki hambatan. Cinta adalah soal waktu. Yang penting adalah ketika jalan kita bersebrangan. Inilah jalan takdirnya. Ini adalah tentang waktu.