Tujuhbelas

1.9K 147 13
                                    

"Lo kemana ajasih? G-gue... Gue khawatir."

Mendengar itu keluar dari mulut cewek itu, sudut bibir Aldi terangkat.

"Gue tadi pulang sekolah langsung kesini, buat nyusulin lo. Tapi lo nggak ada," ucap Salsha, meregangkan pelukannya dan mengusap matanya yang agak basah. "Sori, Al. Tapi gue, gue khawatir. Tadi Bang Kiki bilang, keadaan lo parah banget. Gue takut lo kenapa-kenapa."

Aldi masih terdiam, memerhatikan cewek di depannya yang terlihat khawatir. Dan jujur saja, Aldi suka itu. Ia suka saat cewek itu mencemaskannya dengan kekhawatiran yang terpampang jelas di wajahnya.

"Gue tadinya mau pulang aja, tapi tadi gue telpon nyokap lo dan dia suruh gue jagain lo. Karena gue juga takut lo repot karena disini gak ada siapa-siapa, jadi gue disini. Nunggu lo," lanjut Salsha panjang lebar.

Melihat Aldi yang masih terdiam, ia mendongak, menatap mata cowok itu yang terlihat lelah. Ia menggigit bibir bawahnya sebelum lanjut berbicara. "Lo kok diem aja? Lo marah ya sama gue? Gue minta maaf, Al."

Cowok itu mengerutkan kening. "Marah? Marah apaan? Trus lo minta maaf buat apa?"

"Ya lo jadi sakit kayak gini pasti gara-gara ngerjain tugas tutor empat halaman dari gue kan? Demi apapun, Al, gue nggak berniat bikin lo sakit kayak gini," Salsha menunduk, memainkan jari-jarinya.

Aldi tertawa geli, lalu sepersekian detik kemudian lengannya melingkar pada tubuh Salsha, merengkuh pundak cewek itu ke dalam pelukannya. "Gue emang kemarin abis begadang sih, ngerjain tugas tutor. Tapi gak apa-apa kok, bukan salah lo. Lagian kemarin gue lupa makan, makanya bisa sakit gini. Btw, gue minta maaf udah bikin lo khawatir. Gue nggak nyangka loh, lo bisa khawatir sama gue."

Salsha berjengit menjauh mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Aldi, lalu mendengus. "Jangan geer, deh. Lo bahkan belum jawab pertanyaan gue. Lo kemana aja tadi?

Cowok itu menggaruk tengkuknya sambil tersenyum singkat sebelum menjelaskan. "Gue tidur dulu di mobil tadi. Abisnya, di jalan tadi gue pusing banget, Ca. Trus gue berhenti dulu di apotek buat beli obat. Obatnya ternyata bikin ngantuk. Lah, daripada gue nabrak orang gara-gara ngantuk, mendingan gue tidur dulu, kan?"

"Hm, yaudah deh, lo tidur aja sana. Sekalian gue nunggu pak Budi jemput, gue bikinin lo makan dulu, deh."

"Iya, iya. Cie yang lagi khawatir baik banget sih," Aldi tertawa geli sambil mengacak rambut cewek di depannya, lalu langkahnya berlalu menuju lantai dua. "Gue ke kamar dulu."

Salsha masih diam di tempatnya. Senyumnya tak lagi bisa ia tahan kala mengingat kejadian beberapa menit lalu, saat dirinya berada dalam pelukan hangat cowok itu. Rasanya aneh. Jantungnya sedari tadi berdetak sangat cepat, menyadari takdir yang tidak pernah ia bayangkan terjadi sebelumnya.

Jika takdir saja bisa diputarbalikkan, apalagi tentang hati.

***

Salsha memasukan satu cangkir beras ke dalam panci untuk dimasak. Masalah enak atau tidak, terserah. Yang penting dirinya sudah berniat baik untuk membuatkan bubur.

Setelah semua selesai, ia menepukan kedua telapak tangannya. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore. Ia lalu mengambil wadah untuk air es dan membawa handuk kecil, kemudian berjalan menuju lantai dua.

Membuka pintu kamar, terlihat Aldi yang tengah tertidur dengan gulungan selimut. Cewek itu tersenyum singkat melihat tidur Aldi yang acak-acakan.

Salsha mencelupkan handuk ke dalam air es, lalu menempelkan di kening Aldi dengan susah payah karena harus membenahi posisi tidur cowok itu agar handuknya tidak terjatuh.

UnobtainableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang