Bel tanda pulang sudah berbunyi sedari tadi. Kini sekelompok gadis tengah latihan cheers di lapangan outdoor BP.
Steffi menunduk dan menyentuh ujung sepatunya dengan jari-jari yang terentang. Latihan cheers hari ini lebih berat dari biasanya, karena pertandingan basket antar-SMA yang diselenggarakan setiap tahunnya semakin dekat.
Steffi mengusap keringat di wajahnya kemudian bangkit untuk meraih botol air mineralnya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Michelle, Vanya, dan Adelle duduk bersila sambil membolak-balik halaman majalah yang dipesan khusus dari luar negeri.
"Liat deh tas suede keluaran terbaru. Ini bukannya tas yang dipake anak baru itu kan?"
"He'eh. Sayang anaknya belagu. Sombong banget. Engga pernah mau gabung sama kita-kita."
"Mentang-mentang barang yang dipake nya branded, dari luar negeri semua lagi kayaknya."
Steffi mengangkat muka, agak terganggu dengan topik obrolan itu. "Maksud kalian Salsha?"
Adelle mengangguk. "Iya, sahabat baru lo itu."
"Salsha engga sombong kayak yang kalian bilang kok. Mungkin karena dia belum terbiasa aja di lingkungan baru, namanya juga baru pindah."
Michelle mengernyitkan alis tanda tidak setuju. "Lo tau gak sih, Alena pernah ngajak dia buat gabung tim cheers, dan responsnya nyebelin banget. Padahal kan, maksud kita-kita baik. Ya gak, Len?"
Alena yang baru saja menyelesaikan stertching-nya tersenyum. "No big deal lah kalo masalah itu. Yang penting, gue udah coba ramah sama dia."
"Gue gerah aja ngeliat orang kayak gitu. Sok tajir, sok cantik, udah gitu pilih-pilih temen. Terus juga dia udah ngambil tagline lo sebagai primadona sekolah ini, Len," ucap Michelle.
Sebelum Steffi sempat protes, Vanya segera menyambung, "Dia juga udah berhasil nyuri perhatian semua murid disini. Dan ya, bisa dibilang, gelar most wanted girl plus cewek populer di sekolah ini juga dia rebut dari lo, Alena."
"Kalian jangan bikin panas suasana bisa kali. Salsha gak sombong kayak yang kalian bilang. Tapi faktanya, dia emang cantik, dan kalian tau? Dia juga punya otak yang gak kosong dan hati yang bener-bener bersih. Bahkan gue akuin, dia 'lebih' cantik dari pada lo, Alena. Wajar aja perhatian semua murid jadi beralih ke Salsha," protes Steffi panjang lebar.
"Wow, punya nyali darimana lo berani protes gitu? Lo tau kan waktu dia nolak buat gabung tim cheers? Kita cuma mau jadi temen nya, tapi, kita gak bisa temenan sama orang yang gak mau jadi temen kita, Stef," ucap Alena dengan senyum mengejek.
"And satu hal lagi. Gue gak akan tinggal diem sama orang model kayak gitu. Kita liat nanti siapa yang jadi the winner di permainan ini," lanjut Alena, kini dengan senyum devil nya. "Gue jamin, dia, gak bakalan betah di sekolah ini."
Steffi terdiam, tidak ada gunanya jika terus meladeni orang-orang yang berada di hadapannya sekarang.
Yang dia pikirkan sekarang adalah Salsha. Sepertinya dia harus lebih protective untuk melindungi sahabatnya itu.
Sementara itu, di waktu yang sama, di gedung sekolah yang sama tetapi berbeda ruangan, seorang gadis tengah menuruni tangga berniat untuk pulang.
Tetapi langkahnya terhenti setelah melihat seorang cowok yang tengah berdiri menyenderkan tubuhnya pada tembok pagar yang berada di depan kelas lantai dua. Hanya sendiri, entah kemana ketiga sahabatnya yang lain.
Cowok itu masih sibuk mengotak-atik layar ponselnya, dengan earphone yang menempel di kedua telinganya, mulutnya komat-kamit tak karuan, sepertinya sedang bersenandung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unobtainable
Novela JuvenilAldi. Alvaro Maldini. Kasanova terpopuler di SMA Bintang Pelita. Juga kapten tim basket yang di kagumi semua orang, kecuali, Salshabilla. Berpenampilan super cool dengan kepribadian asik cenderung ngeselin, cuek, pemalas. Dan enggak jauh-jauh dari k...