Seorang cewek sedang berada di sela-sela rak buku tulis. Meraih satu buah pulpen berwarna biru. Mm, hanya satu? Sepersekian detik kemudian, dia mengambil dua buah pulpen lagi. Lalu diam, menatap barisan pulpen warna-warni dihadapan nya.
"Yaelah, milih pulpen aja kayak milih jodoh. Lama amat," gerutu Steffi sambil berjalan kearah sahabatnya dengan keranjang belanjaan yang sudah hampir penuh. Sedangkan Salsha? Dia baru mengambil tiga buah pulpen sejak lima belas menit yang lalu.
"Gue nitip ini aja ya," Salsha memasukan tiga buah pulpen ke dalam keranjang yang dijinjing Steffi.
"Hah? Pulpen doang?" Steffi menggeleng heran seraya berjalan kearah kassa, diikuti Salsha dibelakangnya.
"Lo kenapa, sih?" tanya Steffi setelah sampai di kassa. Barang belanjaannya tengah diabsen satu persatu oleh kasir. Sambil menunggu semuanya dihitung, Steffu memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat aneh hari ini. Sedari tadi Salsha terlihat gelisah. Setelah kemarin sakit dan pingsan, sepertinya cewek itu belum sepenuhnya sehat.
"Lo khawatir sama nilai ulangan lo ya? Karena kemarin Aldi yang ngerjain?" tebak Steffi.
"Enam puluh dua ribu," ucap sang kasir tepat setelah terdengar bunyi ringtone pesan singkat dari ponsel Salsha.
Steffi mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, sementara Salsha merogoh isi tasnya dan mengambil ponselnya. Notifikasi satu pesan singkat dengan nama 'Bunda' terpampang dilayar ponsel.
Bunda: Sha, Ayah sama Bunda baru mau jalan ke Surabaya. Oma sakit. Kamu dirumah aja ya, besok atau lusa Bunda pulang kok. Baik-baik disana ya, love you.
"Sms dari siapa? Kok bete gitu sih?" tanya Steffi penasaran setelah melihat wajah sahabatnya itu semakin bete.
"Bunda. Ngabarin kalo dia lagi otw ke Surabaya, Oma gue sakit."
Kedua cewek itu melangkahkan kakinya keluar dari toko alat tulis, disambut dengan teriknya matahari siang ini.
"Kalo gitu gue pulang ke rumah lo ya? Dirumah bete, abang gue ngeselin mulu. Ya, sekalian nemenin lo gitu," ucap Steffi semangat. "Ya, ya, ya?"
"Iya, suka-suka lo deh," jawab Salsha ringan. Sementara Steffi langsung mengeluarkan ponselnya dari saku kemeja seragam nya, berniat menghubungi ibunya bahwa dia akan menemani sahabatnya dulu hari ini.
"Stef," Salsha menggoyang-goyangkan pundak sahabatnya. Tatapannya terfokus kepada motor yang melintas pelan dihadapan nya.
"Itu Aldi," ucap Steffi. Jari telunjuknya tertuju ke arah motor itu melaju. "Sama cewek."
Kedua cewek itu terdiam sejenak, memperhatikan motor yang semakin lama semakin menjauh dan... menghilang.
"Itu ceweknya?" Steffi mengangkat kedua alisnya seraya menatap Salsha.
Salsha mengangkat bahu. "Gue gak tau, dan gak mau tau," jawabnya sambil melengos, tidak perduli.
"Cowok gak punya otak kayak dia ada yang mau juga ya?" Steffi mengetuk-ngetukan jarinya di dagu. "Apa ceweknya sama-sama gak punya otak juga?" Steffi terkekeh, disusul dengan sahabatnya yang ikut terkekeh.
★★★
"Ini sih lebih mirip bus daripada ambulan," komentar Steffi pada sketsa yang baru selesai digambar Salsha seraya berdiri disamping meja belajar sahabatnya itu. "Tinggal tambahin gambar sirine diatasnya, terus pake tulisan 'ambulance'. Selesai deh."
"Gue takut bikin gambarnya kalo terlalu mirip mobil ambulan," ucap Salsha, menatap kosong gambar sketsa yang menurut sahabatnya lebih mirip mobil bus.
![](https://img.wattpad.com/cover/33569967-288-k495376.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unobtainable
Подростковая литератураAldi. Alvaro Maldini. Kasanova terpopuler di SMA Bintang Pelita. Juga kapten tim basket yang di kagumi semua orang, kecuali, Salshabilla. Berpenampilan super cool dengan kepribadian asik cenderung ngeselin, cuek, pemalas. Dan enggak jauh-jauh dari k...