"Alvaro Maldini."
Hhh... akhirnya. Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya, merasa namanya di panggil maka dengan senang hati Aldi melangkah ke depan kelas.
Guru pria itu menyerahkan kertas
terakhir yang ada di mejanya, tidak ada lagi kertas yang ada di atas mejanya kecuali lembar jawaban milik Aldi."Makasih pak," Aldi meraihnya dengan wajah cemas. Dan...
Tubuh Aldi saat ini seperti tertabrak truk gandeng. Hancur berkeping-keping. Seperti tanpa kerangka, sulit di tegakkan ketika hendak melangkahkan kakinya menuju kursi. Langkahnya tidak seimbang, nilai di sudut kanan atas kertas jawaban mengganggu penglihatannya.
Apa yang terjadi?
"E.H?" Aldi kembali memutar tubuhnya untuk menghadap sang guru, mengklarifikasi nilai yang di dapatnya saat ini.
"S -saya dapet nilai E.H, pak?" tanyanya benar-benar tidak percaya.
Nilai E.H itu adalah nilai E disertai H, hukuman. Tidak perduli sebagus apa nilai yang di dapat, jika dia didapati melanggar peraturan saat ulangan, entah itu mencontek atau lain sebagainya, maka dia mendapatkan nilai E disertai hukuman. Oke, cukup.
"Ya, kenapa?" tanya pak Setya seraya membenarkan kacamatanya yang turun.
"S -saya dapet h -hukuman kenapa?" wajah Aldi terlihat frustasi.
"Saya tidak habis pikir, sebenarnya
kedatangan kamu ke kelas ini untuk apa. Bu Dini sudah memerintahkan kamu untuk duduk di bangku itu -di depan Salsha agar kamu fokus. Bukan dengan seenaknya menjiplak semua jawaban Salsha dengan jawaban yang sama persis," jelas guru pria itu. Kata-katanya pelan, namun tegas. Seisi kelas mampu mendengar itu, termasuk Salsha, gadis yang kini merasakan rasa bersalah yang luar biasa."Tapi pak -" Aldi bingung akan menjelaskan dengan cara bagaimana.
Memang jawabannya dengan milik
Salsha sama persis. Tapi... Entah lah. Aldi mulai sulit berbicara. Lidahnya terasa kaku."Saya tahu. Jawaban kamu dengan Salsha sama, sama persis. Tidak ada satu katapun yang kamu rubah dari jawaban Salsha. Seharusnya, kamu berpikir sebelum bertindak bodoh seperti itu."
Aldi pasrah, kedua lengannya terjatuh ke samping kiri dan kanan tubuhnya. Tangan kanannya masih menggenggam kertas jawaban yang tertulis nilai E.H di sudut kanan atas.
"Oh, ya, jangan mengikuti pelajaran saya sampai akhir semester satu."
Ucapan terakhir itu terdengar menyakitkan ditelinga Aldi.
Bruk
Laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya dengan asal, menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan yang melingkar di atas mejanya. Terlihat frustasi. Itu pasti.
"Al,"
Berkali-kali panggilan itu
terdengar. Dan berkali-kali pula benda lancip itu menusuk-nusuk punggung kanannya. Namun sepertinya saat ini ilmu kekebalan tubuh menempel pada diri Aldi. Sama sekali tidak membuatnya kesakitan dan meringis. Sama sekali tidak membuat Aldi bergeming. Masih sibuk dengan perasaannya sendiri.★★★
Bel tanda pulang baru saja berbunyi. Salsha berniat untuk bicara dengan Aldi, sekarang juga. Tapi laki-laki itu malah melengos keluar kelas dengan langkah cepat.
Dengan segera, Salsha memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Berniat untuk menyusul Aldi, menghadangnya, dan meminta maaf. Minta maaf? Oke, Salsha
memang harus melakukan ini. Bukan waktu yang tepat untuk gengsi dalam situasi seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unobtainable
Novela JuvenilAldi. Alvaro Maldini. Kasanova terpopuler di SMA Bintang Pelita. Juga kapten tim basket yang di kagumi semua orang, kecuali, Salshabilla. Berpenampilan super cool dengan kepribadian asik cenderung ngeselin, cuek, pemalas. Dan enggak jauh-jauh dari k...