Pemandangan itu ada di depan Salsha, tepat ada di hadapannya. Gerakan bahu Aldi yang cekikikan dan lirikan-lirikannya pada Bastian sungguh terlihat menyebalkan, sangat mengganggu konsentrasi nya. Jika saja mereka berada di belakang sana Salsha tidak akan perduli, terserah. Apapun yang mereka lakukan sampai jungkir balik itu terserah. Tapi tidak untuk saat ini.
Brak
Salsha menendang kursi dihadapannya, mulai geram. Aldi menoleh ke belakang, memicingkan matanya ke arah Salsha. Berharap cewek itu takut. Dan tak lama dia melanjutkan aktivitas konyolnya lagi.
Brak
Tendangan kedua terdengar lebih keras dari sebelumnya dan penuh kekesalan. Kosentrasi Salsha sudah terlanjur pecah sekarang. Dan sekarang saatnya dia mengganggu tingkah bodoh Aldi yang sudah membuatnya tidak fokus. Aldi menoleh sekilas kebelakang, memicingkan matanya lagi dan kemudian melanjutkan aktivitasnya 'lagi'.
Brak!
Dan saat ini, Salsha benar benar kesal. Tendangannya saat ini tidak segan-segan hingga membuat semua mata tertuju kearahnya.
"Apa lagi?" tanya guru wanita itu seraya menurunkan kacamata nya.
"Ini, Bu—"
"Saya pinjem type-x, Bu." Aldi segera memotong omongan Salsha, karena kini dia merasa nyawanya sedang terancam.
"Jangan ribut!" teriak guru wanita itu lagi dan kemudian melanjutkan penjelasan nya.
"Jangan caper ya jadi orang. Urusin hidup lo! Gak usah urusin hidup orang lain, gak ada kerjaan banget," ucap Aldi yang kini kembali memutar posisi duduknya menghadap ke arah depan dan kembali dengan tingkah konyolnya dengan Bastian sambil sesekali cekikikan. Benar-benar mahluk tidak tau diri.
Bruk
Kali ini Salsha menghempaskan buku catatan yang ada dihadapan nya ke punggung Aldi dengan keras. Seisi kelas kembali melirik kearah mereka bedua dengan tatapan—apa-lagi-sih—.
"Saya rasa kamu memang harus keluar, Alvaro," ucap bu Dini dengan nada lembut. Namun... entahlah, terdengar sangat menyeramkan.
"Ck. Pengganggu!" umpat Aldi. Sudut matanya tertuju pada gadis di belakangnya.
"Silahkan tutup pintu dari luar sekarang juga. Saya tidak punya banyak waktu!" wanita itu menudingkan telunjuknya ke ambang pintu.
Aldi memasang wajah cuek. Dengan langkah gontai, dan wajah tertunduk keluar dari kelas.
★★★
Bel istirahat bunyi sekitar 5menit yang lalu. Suasana kantin belum terlalu ramai. Hanya terlihat setengah dari banyaknya kursi kantin yang terisi.
Suasana sekarang ini panas, dan mengharuskan dua cewek itu membeli minuman kaleng yang baru saja keluar dari lemari es.
"Dia duduk didepan gue kalo lagi pelajaran Bu Dini doang kan, Stef?" Salsha bertanya seraya duduk di bangku kantin yang tidaak jauh dari pintu masuk. "Siapa tuh namanya... Al—"
"Alvaro, biasa dipanggil Aldi," Steffi menyambar. "Sejijik itu ya lo sama dia?" Steffi sibuk menertawakan ekspresi wajah Salsha saat ini yang terlihat gelisah.
Dua cewek itu memang mudah dekat sepertinya. Mungkin karena Steffi yang memiliki sifat friendly, gampang bergaul, dan blak-blakan. Dan Salsha menyukai tipe orang seperti Steffi. Mereka berdua memang terlihat klop jika sedang bersama seperti ini.
"Bukan jijik. Tapi eneg. Kelakuan nya itu loh, ya Tuhan..." Salsha memijat kening. Mengingat kejadian dikelas tadi yang dia rasa benar-benar menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unobtainable
Fiksi RemajaAldi. Alvaro Maldini. Kasanova terpopuler di SMA Bintang Pelita. Juga kapten tim basket yang di kagumi semua orang, kecuali, Salshabilla. Berpenampilan super cool dengan kepribadian asik cenderung ngeselin, cuek, pemalas. Dan enggak jauh-jauh dari k...