Enam

2.7K 175 0
                                    

Salsha berusaha bangkit dari
ketidaksadarannya menatap mata itu. Namun sulit.

"Hei." Laki-laki itu mencolek kening Salsha dengan telunjuknya.

"Engh -gue cuma mau ngasih ini." Salsha menjulurkan lengan
kanannya, menyodorkan sebuah minuman kaleng yang baru saja dia beli di mini market.

"Gue bukain?" tanya Salsha,
tangannya terbelit kesulitan membuka minuman kalengan yang berada di tangannya, seperti biasa.

Laki-laki itu tidak merespon sama sekali. Memutar tubuhnya, melangkahkan kembali kakinya menjauhi Salsha.

"Al," Salsha menggembungkan pipinya frustasi, lalu mengikuti langkah Aldi.

"Lo marah sama gue?" tanya Salsha terdengar hati-hati. Langkahnya masih berada di belakang Aldi.

Tap

Langkah kaki di hadapannya
terhenti. Begitu juga Salsha yang ikut menghentikan langkahnya.

Tap tap tap

Aldi. Laki-laki itu kini menghampiri Salsha dengan tatapan tajamnya. Tatapannya kini mampu membuat Salsha sulit bernafas, tatapan itu seakan menohok tenggorokannya.

"Ngapain gue marah sama lo?" Dengan kasar Aldi merebut minuman kaleng yang belum berhasil Salsha buka sedari tadi.

Krek

Dalam satu hentakan, jari telunjuk Aldi mampu membukanya dengan mudah.

Salsha kini hanya mampu menatap gerakan laki-laki di hadapannya ketika meraih kaleng tersebut, membukanya, lalu meminumnya. Sepertinya terlihat haus. Aldi meminumnya tanpa jeda, hingga habis tak bersisa.

"Maafin gue," ucap Salsha ketika Aldi sudah melemparkan kaleng minumannya yang mendarat masuk ke dalam tong sampah.

"Buat?" Aldi mengernyitkan
keningnya.

"Gara-gara gue lo dituduh nyontek,
dapet nilai E, dan akhirnya lo gak boleh ikut pelajaran pak Setya sampe akhir semester satu. Gue janji bakal jelasin semuanya, Al. Gue janji," jelas Salsha. Tatapannya terlihat memprihatinkan.

"Asal -" lanjutnya menggantung kalimatnya.

"Asal?" Aldi sedikit mencondongkan wajahnya untuk melihat lebih jelas wajah gadis di depannya saat ini.

"Lo jangan marah sama gue."

Entah apa yang ada di pikiran Salsha saat ini. Kata-kata itu sama sekali tidak terkonsep sebelumnya untuk dikatakan. Namun... entah lah.

"Kalau gue marah?" Aldi semakin
berani mendekatkan wajahnya disertai senyuman miring.

Tuhan... Salsha tidak mampu
berkata apapun sekarang.

"Kalau gue marah gimana?" tanya Aldi terkesan berbisik.

Dengan lancang laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya membuat mata Salsha terpejam. Gugup. Takut.

Dugh

Tiba-tiba saja sebuah bola basket menghantam punggung Aldi. Menyebabkan wajahnya refleks terdorong ke arah depan dan...

Cup.

Bibir Aldi tanpa sengaja mendarat di bibir Salsha. Sekilas. Hanya sekilas, tapi mampu membuat keduanya terkaget luar biasa. Mata kedua insan itu membulat. Sama-sama tercengang.

Dengan cepat Aldi menarik mundur wajahnya menjauh dari jarak sebelumnya.

Plak

Gerakan telapak tangan Salsha refleks melayang dan menghantam pipi kiri Aldi. Laki-laki itu meringis, sepertinya sangat terlihat kesakitan. Salsha tidak main-main dengan tamparannya.

UnobtainableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang