Jungkook melepaskan tangannya dari pipiku setelah memberi getaran yang nyaris membuat jantungku tidak bekerja dengan normal.
Terlalu keras memompa darah ke seluruh tubuhku.
Herannya, mengapa ini bisa terjadi. Atau jangan-jangan karena terlalu sering bersama aku jadi punya perasaan lebih padanya.
Oh tidak, tolong hapus kemungkinan mengerikan itu dari kepalaku. Itu tak akan terjadi, Jungkook akan tetap sebagai saudaraku. Ya, akan tetap seperti itu.
Jungkook mengambil tanganku, dalam sekejab jari-jarinya telah memenuhi setiap ruang kosong di antara jemariku. Dia menatapku seperti aku-menyukai-genggaman-ini.
"Soo-ya, andai aku tidak hidup seperti ini. Apa yang akan terjadi pada hidupmu ya?" Tanyanya.
Aku membalas tatapannya, cukup terkejut dengan jenis pertanyaan yang tak pernah kuperkirakan akan datang darinya, "Na mollayo."(aku tidak tahu) Kataku pelan.
"Pasti kau akan kesepian. Tapi untungnya ada makhluk jadi-jadian yang tampan mempesona ini menjadi temanmu kan?" Tekannya untuk dirinya. Aku tertawa keras karena dia mengatakan 'makhluk jadi-jadian'. Jadi Jeon Jungkook mengakuinya.
"Ya, ya. Terserah mu saja makhluk jadi-jadian."
Jungkook berdiri, mengajakku untuk berjalan di tengah kondisiku yang jujur saja selalu malas untuk bergerak.
"Kemana? Aku lelah Jungkook-ah." Aku menggertakkan gigiku, dia tidak peduli. Terus mengajakku untuk berjalan. Tingkahnya seolah-olah menikmati pemandangan Sungai Han pada sore hari ini. Dan itu membuatku sebal karena merasa diriku diolok-olok dengan cara dia berjalan.
Menyebalkan.
Jeon Jungkook itu menyebalkan.
Tidak mendengarkanku.
Bertingkah semaunya.
Melakukan apapun yang ia mau.
Sayangnya, dia punya wajah polos yang terbilang sangat tampan. Dan sialnya karena itulah aku tidak bisa memarahinya.
Terkutuklah wajah tampannya itu.
"Eun Soo-ya." Jungkook berhenti, dia menatap sekeliling Sungai Han yang tiba-tiba jadi sepi. "Matahari akan terbenam." Katanya menunjukkan pemandangan di depanku.
Matahari tenggelam di bulan Desember, bukankah itu hebat?
"Yeppo." Gumamku saat aku bisa melihat pemandangan yang sebelumnya tidak pernah kulihat. Jangankan di bulan Desember. Pada musim panas saja aku terlalu malas untuk melakukan ini.
Cahaya jingga dengan semburat kemerahan yang tidak terlalu kuat akibat banyaknya awan di bulan Desember itu terlihat cantik. Walau ditutupi awan tapi tetap terlihat, malahan awan itu membuat warna cahayanya menjadi lebih lembut.
Jungkook memgeluarkan ponselnya, dan yang aku tahu ia pasti memotoku. Pria itu tergila-gila dengan siluet akhir-akhir ini. Dan kurasa dia telah mendapatkannya hari sekarang. Dengan aku sebagai modelnya. Sempurna sekali.
Aku melirik Jungkook, dia tersenyum puas melihat hasil petikannya. Oh lihatlah bibir itu.
Too damn cute.
"Ayo kita pulang." Ajakku setelah matahari benar-benar terbenam.
Jungkook mengangguk dan melingkarkan tangannya di pinggangku, membuatku sedikit terlonjak. Namun, aku membiarkannya untuk melakukan hal posesif seperti ini.
Ngomong-ngomong, aku tidak suka di kekang dengan rangkulan bodoh seperti ini.
Tapi, Jungkook membuatku melupakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyber Heart
FanfictionTentang hati rancangan yang bisa merasakan indahnya segala perasaan. Tentang hati yang diharuskan untuk memilih