Sinar lampu membuatku terbangun, dapat kulihat Jungkook yang keluar dari kamar, kurasa dia ingin minum.
"Kenapa kau sudah bangun?" Jungkook kembali dengan segelas air putih ditangannya.
Aku melihat jam, masih pukul 3 pagi, "Aku akan terbangun jika lampunya dihidupkan."
"Maafkan aku. Aku haus." Ujarnya setelah meletakkan gelas di nakas sebelah tempat tidur.
Dia mematikan lampu, "Ayo kembali tidur." Ajaknya dan aku hanya tersenyum.
Jungkook naik ke tempat tidur, masuk ke dalam selimut dan melingkarkan tangannya di pinggangku seperti biasa.
Aku mencoba untuk kembali tidur. Tapi percuma saja, bahkan aku tidak bisa memejamkan mata.
Setelah hari itu, hari dimana Jungkook-mencuri-ciuman-pertamaku. Hubunganku dengannya menjadi sedikit awkward.
Kurasa bukan dia yang bermasalah, tapi aku. Aku tak bisa mengerti kenapa aku seperti ini walau aku sudah beribu kali mensugesti itu hanya sebuah ciuman pembodohan tanpa perasaan.
Aku menatap Jungkook yang dengan mudahnya memejamkan mata. Dari matanya aku memandang lurus ke bawah menuju bibirnya yang merah muda.
Bibir yang sama dengan bibir yang kurasakan beberapa hari yang lalu.
Damn!
Apa yang kupikirkan.
Aku menggelengkan kepalaku berulang kali, kurasa otakku sudah tercemar sejak kejadian itu. Ya, Jeon Jungkook ini yang menjadi sumber pencemaran itu.
Jungkook telah tertidur, aku tahu dari nafasnya yang telah teratur. Aku keluar menuju ruang belajarku yang terpisah dari kamar.
Membuka beberapa buku pelajaran fisika tentang gaya bunyi yang masih tak kumengerti beberapa bagiannya.
Namun, sungguh sialan karena aku tidak bisa berkonsentrasi penuh. Padahal ujian akhir ku akan sebentar lagi, aku tidak bisa seperti ini terus jika aku masih ingin harta warisan appa yang bombastis itu. Bagaimanapun juga, aku harus masuk SNU.
Setelah bertarung dengan pikiran, perasaan, keinginan, dan penolakan di otakku yang sangat rumit akhirnya aku bisa sedikit demi sedikit berkonsentrasi. Tidak butuh waktu banyak untuk membuatku mengerti materi ini. Pada dasarnya, ntah keturunan atau apalah itu namanya, aku telah di karunia otak yang jenius. Terbukti dari tes IQ ku yang mencapai 147,3. Hampir sama dengan leader boyband kegemaran teman sekolahku yang sedang naik daun.
Setelahnya, aku iseng membuka note janjiku untuk satu minggu kedepan. Dan shit! Ternyata aku harus pergi ke sebuah acara.
Dan acaranya dua hari lagi.
DUA HARI LAGI!
Aku benci sebuah pesta, tapi aku tidak mungkin tidak menghadirinya. Young Joo sendiri yang memintaku.
"Eun Soo-ya kau masih ingat Hoseok sunbae?" Tanya Young Joo setelah aku bertanya kenapa kami bertemu saat ini.
Ternyata dia membahas senior kami yang lucu itu, pria yang pernah ia sukai setengah mati.
"Tidak mungkin aku melupakan Hoseok oppa-mu itu Oh Young Joo." Aku tersenyum geli mengingat wajah bersemi Young Joo saat ia bertemu Hoseok sunbae dulu.
"Eishh! Bukan masalah itu, bisakah kau lupakan itu? Itu cinta sepihak yang menyedihkan." Dengusnya
Ah kasihan sekali jika diingat Young Joo yang dianggap adik oleh Hoseok sunbae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyber Heart
FanfictionTentang hati rancangan yang bisa merasakan indahnya segala perasaan. Tentang hati yang diharuskan untuk memilih