Part 22 - ?

885 103 22
                                    

Cinta itu pembodohan. Penyakit. Virus. Tapi, kenapa aku mencintaimu?

Gadis itu turun dari mobil, lalu melangkah ringan dengan sambutan beberapa orang yang seusianya. Dia tertawa dan membalikkan badannya, menghadapku. Tangannya melambai dengan seulas senyum yang tampak sangat manis.

Aku melambaikan tanganku dan melajukan mobil, dia telah kuantar dengan selamat.

Aku membanting stirku dan berhenti untuk singgah ke minimarket. Setelah mendapatkan sebotol susu segar aku masuk ke mobil lagi.

Tiba-tiba ponselku bergetar, "ya." Kemudian panggilan itu terputus. Aku membanting kepalaku ke dashboard mobil berkali-kali hingga suara klakson memekakkan telinga terdengar.

"Ini bodoh." Makiku kemudian menginjak pedal gas kuat-kuat.

Aku melangkah, tidak ini bukan langkah biasa.

Aku berlari, lebih tepatnya berlari dari lantai satu ke lantai lima menggunakan tangga darurat.

Nafasku sesak, kakiku terasa lemas tapi aku berhasil menuju sebuah kamar bernomor 516 dengan pintu coklat dan sedikit kaca persegi panjang tidak tembus pandang.

Aku menarik nafasku berkali-kali sebelum memutar knop pintu.

Setelah masuk, aku berdehem beberapa kali dan seperti biasa tidak ada jawaban. Aku melangkah ke sebuah tempat tidur.

Disana berbaring seorang gadis pucat dengan mata tertutup, "Hyerin." Panggilku

Dia tetap diam namun dia membuka matanya, "Oppa." Panggilnya.

Aku tersenyum lalu mengacak rambutnya, "sudah makan?"

Dia mengangguk lemah, "Oppa kenapa kesini?"

"Oppa rindu Hyerin."

Semburat kemerahan muncul di pipinya membuat ia kelihatan lebih sehat, "Oppa, kapan Hyerin keluar dari sini?"

Dia menatap mataku, sorot matanya tetap tajam namun teduh sama sekali tidak pernah berubah, "Hyerin harus sabar ya."

Dia mengangguk berkali-kali, "Tapi, oppa harus berjanji sering dating kesini."

"Disini sepi." Lanjutnya murung. Aku mengusap wajahnya pelan, membuat semburat kemerahan itu tampak semakin jelas, berkali-kali aku mengangguk seakan berkata aku berjanji untuk selalu disini.

Hyerin menegang tiba-tiba, aku refleks bangkit dan segera mengambil beberapa obat yang biasa ia konsumsi.

Setelah menelannya, kejang ditubuh Hyerin perlahan menghilang, "Istirahatlah Park Hyerin."

Dia memelas, menatapku dengan puppy eyes paling mematikan.

"Temani aku, sampai aku tidur." Pintanya

aku meremas telapak tangannya dan duduk disana, bercerita tentang banyak hal pada seseorang yang telah kuanggap saudaraku sendiri ini.

"Hyerin-ah kau tidak mau tidur?"

Dia menggeleng dan tertawa pelan, "Aku sudah menghabiskan 2 tahun dengan terbaring seperti ini. Oppa, aku sama sekali tidak pernah mengantuk lagi karena setiap harinya aku hanya tidur."

Itu bukan lelucon, tapi aku tertawa pelan hanya untuk menghargainya. Ini cerita yang memilukan.

Hyerin itu sahabatku, dia 3 tahun lebih muda dari aku, umurnya lebih tua setahun dari Eun Soo. Tapi, sifat manjanya itu seperti anak berumur 5 tahun.

Tidak, Hyerin bukannya kekanakan. Dia hanya begitu padaku. Singkatnya dia menyukaiku, sangat.

"Hyerin-ah,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cyber HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang