If loving you is wrong then i dont want to be right.
******
Tubuh Rama membeku melihat wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya berjarak beberapa langkah di depannya. Saat ini Rama tengah bersama Utari, dan tidak ingin bundanya mengusik ketenangan hubungannya dengan gadis yang dia cintai itu. Selama ini, dia tidak pernah menutupi apa pun dari bundanya, tapi dengan Utari itu pengecualian.
Dulu Rama pernah bercerita tentang Utari, tapi hanya sebatas mengatakan bahwa gadis yang pingsan di pemakaman sepupunya itu adalah kekasih Erlangga. Setelah itu tidak ada lagi penjelasan mengenai hal itu. Hera bahkan tidak tahu bawa putra kesayangannya memiliki perasaan pada gadis yang dulu pernah menjadi kekasih sepupunya.
"Rama, sedang apa kamu di sini?" tanya Hera pada putra semata wayangnya. Pandangan Hera beralih pada gadis berkerudung tosca di sebelah Rama.
"Bunda ...." Suara Rama terdengar tercekik kala memanggil Hera.
Tanpa mereka duga seorang wanita datang menghampiri. Dia Hesti, ibu dari almarhum Erlangga Parikesit.
"Sudah ketemu sepatunya, Mbak?" tanya Hesti pada Hera, lalu pandangannya beralih pada Utari. "Utari? Kamu Utari kan? Temannya Erlangga?" tanya Hesti memastikan. Dia yakin bahwa gadis di depannya adalah teman dari almarhum Erlangga, putranya.
"Iya Tante, saya Utari teman Erlangga." Utari menjawab dengan suara bergetar. Dia menahan diri saat menyebutkan nama mantan kekasihnya yang telah meninggal. Tidak ingin menghilangkan rasa hormat pada yang lebih tua, Utari menyalami keduanya.
"Bunda sama Tante lagi ngapain di sini?" tanya Rama.
"Bunda lagi cari sepatu, kita mau ikut senam besok. Kebetulan sepatu milik Bunda tertinggal di rumah." Hera menjawab pertanyaan putranya dengan santai tapi ekor matanya meneliti sosok di samping Rama dengan pandangan menilai. Dan itu membuat Utari risih.
"Sepatu Tante nggak muat di kaki Bundamu, Ram. Jadi kita niatnya mau beli sekalian jalan-jalan, nggak nyangka ketemu kamu sama temen Erlangga. Kalian berteman kan?"
Geez. Pertanyaan Hesti membuat raut wajah Rama berubah pucat. Apa yang harus dia jelaskan pada kedua wanita yang sangat dia cintai ini.
"Ah, iya kebetulan Rama berteman juga sama Utari." bohong Rama. Dia memilih tidak mengatakan yang sebenarnya pada tante Hesti, meski itu bukanlah pilihan bijak lantaran Hera menatap dirinya tajam. Sebagai ibu, Hera tahu bahwa putranya tengah berbohong. Namun hatinya bertanya, kenapa Rama sampai melakukan hal itu. Satu alasannya yang membuat dia curiga.
"Gimana kalau kita makan di kafe atas, Utari sudah makan?" tawar Hesti ramah. Dia senang berjumpa dengan Utari, karena dia tahu bahwa sebenarnya gadis berjilbab itu adalah mantan kekasih putranya.
Saat membereskan kamar almarhum Erlangga, Hesti tidak sengaja menemukan foto putranya bersama Utari yang terselip di buku. Dirinya juga menemukan surat cinta yang tertulis rapi pada sebuah buku catatan. Hesti terharu kala membaca tulisan tangan Erlangga. Putranya menulis kata-kata indah, sebagai bentuk pemujaan pada Utari. Dia bahkan tidak menyangka bahwa putranya begitu menyayangi gadis yang saat ini tengah ada di depannya.
"Utari sudah makan Tante, terimakasih." Utari menjawab dengan ringan. Dia merasa nyaman berada di dekat Hesti. Wanita itu menatap dirinya dengan teduh. Namun berbeda dengan Hera yang membuat dirinya tidak nyaman.
"Oh sayang sekali, padahal Tante ingin ngobrol sama kamu," balas Hesti. Dia sedih karena tidak bisa berbicara lebih lama dengan sosok yang dicintai oleh putranya. Tawaran makan, hanya bentuk basa-basi untuk menarik Utari agar berbicara lebih lama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Terakhir (Complete)
RomanceMana yang akan kamu pilih antara aku, atau Tuhan-mu?