Mencintaimu tanpa syarat.
Tanpa harap balas.
Namun, boleh 'kah aku egois? Sekali saja!******
Pagi ini, Rafael sudah mendaratkan mobilnya di kediaman Parikesit. Permintaan Rama, membuat pemuda itu harus bangun pagi dan meninggalkan tidur indahnya. Rafa merutuki kebodohannya karena mau menuruti kemauan sahabatnya. Seharusnya dia menyuruh Rama naik taksi untuk pergi ke rumahnya. Sehingga dia tidak perlu repot bolak-balik seperti ini.
"Stupid!" Rafa mengumpat. Harusnya dia tidak ikut terjebak dengan cinta terlarang sahabatnya.
"Berhenti mengumpat, ayo jalan."
"Kapan kamu masuk?" Rafa mengernyit bingung, bagaimana Rama bisa masuk ke dalam mobil tanpa dia tahu. Rama bukan hantu 'kan? Setidaknya itu yang ada dalam benaknya.
"Barusan, lewat pintu. Kamu saja yang melamun," ujar Rama. Rafa memasang tampang bodoh, dia hanya diam saja tanpa ada niat menjalankan mobilnya.
Rama berdecak kesal melihat sahabatnya membatu. "Ck! Mau sampai kapan kamu memasang tampang bodoh seperti itu, huh?" Teguran dari Rama membuat Rafa kembali tersadar. Entah apa yang tengah pemuda itu pikirkan. Sepertinya bangun pagi membuat sistem saraf di kepala Rafa sedikit kacau.
"Mau ke mana?" Rafa bertanya seraya menstater mobilnya, lalu berjalan meninggalkan halaman rumah keluarga Parikesit.
"Ke rumah Alan, aku ada perlu sama dia."
"Kamu menjadikanku supir?"
"Tentu saja!"
"Ck, kamu pinjam uangku, dan sekarang kamu menjadikanku supir. Keterlaluan!" dengus Rafa. Dirinya kehabisan kata-kata dengan perlakuan Rama.
"Sejak kapan kamu banyak bicara, hum?"
Spechless!
Perkataan Rama membuat Rafa mati kutu. Tanpa mau membalas, dia melajukan mobilnya dalam diam, membiarkan Rama sibuk dengan ponselnya.
Rama : Utari....
Utari : Ya, Kak.
Rama : Kakak mau makan bebek peking, kamu mau?
Utari : Mau, mau, mau..., mauuuu banget!
Rama terkekeh membaca chat dari Utari, sepertinya gadis itu tengah kegirangan mendengar makanan kesukaannya.
Rama : Kalau gitu siap-siap, jam 11 kakak jemput. Ok?
Utari : Siap kapten!
Sudut bibir Rama terangkat, ada senyum kecil di sana. Namun, sorot matanya terlihat sendu, ada kesedihan di sana. Rafa melirik sahabatnya, perubahan ekspresi Rama mengganggu pikirannya.
"Mau cerita?" Pemuda itu tahu, bahwa tidak sepatutnya dirinya ikut campur dalam masalah Rama. Namun, hatinya terusik ingin tahu.
"Bunda memintaku menjauhi Utari," lirih Rama.
Mata pemuda itu menerawang jauh, menatap ke luar jendela, memperhatikan jalanan yang dilewatinya. Dadanya terasa sesak, bagaimana dia bisa hidup dan bernapas tanpa Utari di sisinya. Rama sudah terbiasa hidup dengan kehadiran gadis itu di sampingnya.
Rasa penasaran, kembali membuat Rafa bertanya. "Lalu?"
"Aku akan pergi. Aku dan Utari nggak akan bisa jadi satu," suara Rama tercekat. Rasa getir begitu terasa di tenggorokannya. Menahan segala gejolak dalam hati yang siap meledak. Namun, semua di rasa percuma karena dia tidak akan pernah bisa bersama Utari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Terakhir (Complete)
RomanceMana yang akan kamu pilih antara aku, atau Tuhan-mu?