Suara 06 - Malaikat tanpa sayap

784 63 15
                                    

Terkadang, kamu buta, tak melihat ada malaikat tanpa sayap yang selalu berada di sisi-mu.
Melindungi dan menjagamu.

*******

Happy Reading 😊😊😊

Suasana siang ini begitu terik. Rama mengendarai mobilnya menuju Kaliurang. Kemarin dia menginap di rumah Alan untuk sekedar mengalihkan kesedihannya. Rasa berkabung masih menggelayuti hati pemuda berusia 21 tahun itu.

Saat di km 3 jalan Kaliurang terjadi kecelakaan lalu lintas. Rama memperlambat laju kendaraannya, dia melihat ada tabrakan beruntun. Matanya membulat ketika melihat sosok Utari ada di antara korban kecelakaan. Dia menepikan mobilnya pada pinggir jalan, lalu dilepaskannya sabuk pengaman dan beranjak keluar.

Panas matahari langsung membakar kulit Rama begitu dia keluar dari mobil. Dengan langkah tergesa dia langsung mendekati gadis yang telah berhasil mengusik hatinya. Rama meringis kala dia melihat darah mengucur dari lengan kanan Utari. Darah gadis itu sudah menggenang pekat di aspal.

"Ya Tuhan ..., Utari." Rama memanggil Utari yang terkapar lemah di jalan, sedangkan sepeda motor gadis itu terlempar tidak jauh darinya. Wajahnya menengadah ke atas menatap langit dengan pandangan gadis itu yang terlihat kosong.

Rama mengguncang bahu Utari saat tidak ada jawaban. Matanya basah, Utari menangis dalam diam. Rasa cemas mulai menggelayuti batin Rama. Utari akhirnya bersuara saat merasakan guncangan pada tubuhnya.

"Kak ...," lirih suara Utari memanggil Rama.

"Iya, ini kakak. Kamu nggak papa?" Utari diam, netra matanya menatap Rama pilu. Matanya menyiratkan kepedihan, siapa pun yang melihatnya akan ikut merasakan kesedihan. Itulah yang Rama rasakan saat menatap Utari.

Kerumunan orang mulai mendatangi tempat kecelakaan.

"Mas, gimana kondisi Mbak nya?" tanya pria paruh baya yang kebetulan ikut menolong tabrakan beruntun itu.

"Teman saya terluka, Pak. Boleh minta tolong untuk bantu saya mengurus motornya?" ujar Rama.

"Bisa, Mas. Ini kartu nama saya." Pria paruh baya itu menyerahkan kartu nama pada Rama. Joko Subianto, Rama melirik sekilas nama pria itu. Dia menerima kartu nama itu dan memasukkan benda itu pada saku celananya.

Setelah itu Rama mengambil sapu tangan di saku celananya dan membebatkan pada lengan Utari. Tidak ingin membuang waktu, dia langsung mengangkat tubuh Utari. Dengan gendongan ala bridal Rama membawa Utari ke dalam mobilnya di bantu oleh pak Joko.

Rama kembali melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Tiga kali dia bertemu gadis itu, dan semuanya berhubungan dengan rumah sakit. Awal mereka berjumpa di rumah sakit saat Erlangga kecelakaan. Pertemuan kedua saat pemakaman lalu berakhir di klinik karena Utari pingsan. Kali ini, dia bertemu dengan Utari dalam kondisi yang sangat memperihatinkan.

Utari hanya memejamkan matanya saat merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Keringat dingin mulai membasahi wajah ayu nya. Dia bergerak sedikit dan langsung meringis sakit karena tubuhnya terasa remuk redam.

"Sebentar, kita sedang di jalan menuju rumah sakit. Tahan ya," ujar Rama menenangkan kala merasakan pergerakan Utari di sebelahnya. Pemuda itu tahu bahwa Utari mulai merasakan sakit pada tubuhnya.

Mobil yang ditumpangi Rama dan Utari akhirnya sampai di rumah sakit. Rama keluar dari mobil yang berhenti di depan ruang UGD. Dengan bantuan petugas rumah sakit, Rama menaruh Utari pada ranjang pasien dan membiarkan petugas medis membawa gadis itu masuk ke ruang tindakan.

Setelah menaruh mobilnya di tempat parkir rumah sakit, Rama menunggu Utari di depan ruang tindakan dengan perasaan cemas. Salah satu suster mendatangi Rama dan memintanya untuk melakukan pendaftaran pasien.

Suara Terakhir (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang