Pagi ini, Rana sudah sibuk mempersiapkan diri beserta barang-barangnya. Hari ini adalah hari pertama Rana bersekolah memulai tahun ajaran baru serta bersekolah disekolah baru. Dimana dirinya sudah menginjak bangku kelas 2 SMA.
Sudah memasuki usia remaja, dimana kenangan lebih banyak tercipta bersama teman. Apa daya, Rana kan tidak memiliki teman.
Kini Rana sudah terlihat rapih dan siap berangkat ke sekolah dengan rok abu-abu selututnya, tas warna biru langit kesukaannya, rambut yang dikuncir kuda, serta wajah yang sama sekali tidak dibalut make up. Namun, dia masih terlihat manis, natural.
“Udah siap Ran? Ibu ga bisa antar kamu kesekolah. Kamu berangkat sendiri bisa kan? Sekolahnya deket ko jalan kaki pun bisa.” Ucap Ibunya.
“Ga apa-apa ko bu, Rana pamit berangkat sekolah dulu ya.” Ucap Rana sambil mencium tangan ibunya.
“Hati-hati ya Ran, nanti disekolah ketemu dulu sama Bu Laksmi ya.”
“Iya bu.”
***
Rana berjalan dengan santai menuju sekolahnya. Perjalanan yang ditempuhnya untuk menuju ke sekolah tidaklah lama. Mungkin, hanya memakan waktu lima hingga tujuh menit. Saat diperjalanan Rana juga melihat beberapa anak yang berseragam sama denagnnya.
Akhirnya, dia pun sampai disekolah barunya. Rana terlihat celingak-celinguk mencari ruang guru.
“Rana ya” ucap salah satu guru.
“Ehh, iya Bu.” Ucap Rana sambil menyalami tangan guru tersebut.
“Saya Bu Laksmi, teman ibumu waktu SMA dulu. Ibumu mengabari saya kalau anaknya mau dipindah kesini. Kamu mirip sekali dengan Ibumu saat masih muda dulu, ibu jadi pangling. Yaudah yuk, ikut Ibu keliling sekolah ini.”
Rana mengangguk sambil tersenyum. Dia langsung mengikuti Bu Laksmi keliling sekolah ini.. Bu Laksmi adalah wanita yang lembut, baik dan ramah. Seperti yang Ibunya ceritakan. Beliau juga menjelaskan beberapa fasilitas dan letak tempat-temat penting di sekolah. Ini sangat membantu Rana untuk mengetahui secara detail tentang sekolahnya. Sesekali, Bu Laksmi juga bercerita tentang masa mudanya dulu dengan Ibu Rana.
***
XI IPA 2
Papan nama kelas itu terpajang tepat diatas kepala Rana. Rana tengah berdiri di depan kelas sambil menunggu dipersilahkan masuk oleh Bu Laksmi. Dia melirik ke kanan dan kekiri. Sepi. Koridor sekolah sudah sepi karena beberapa menit yang lalu belnya telah dibunyikan.
Tak lama, Rana pun dipanggil. Dia memantapkan langkahnya untuk menuju kelas barunya.
Ayolah Ran, ga akan ada yang berubah. Hidupmu monoton. Dan semestinya memang harus begitu. Batin Rana
“Nah anak-anak seperti yang tadi Ibu bilang, inilah teman baru kalian. Silahkan perkenalkan diri kamu.” Ucap Bu Laksmi.
“Selamat pagi, nama saya Rana Saldiratyani. Saya pindahan dari Jakarta.”
Rana tersenyum simpul di depan kelas sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Rana tersentak.
Dia melihat laki-laki yang kemarin melempar bola kearahnya kemarin sore. Dan laki-laki itupun mengenali wajah Rana, bahkan dia pun sama terkejutnya.
Oh.. Dunia sempit sekali.
Mengapa harus laki-laki kemarin sore itu? Dan mengapa Tuhan lagi-lagi menakdirkan mereka berdua untuk bertemu.
“Rana… silahkan kamu boleh duduk. Hmm.. sepertinya bangku disamping Kanina ada yang kosong. Kamu bisa duduk dengan Kanina.”
Rana agak tekejut setelah mengetahui satu fakta baru bahwa tempat duduk untuknya berada tepat di depan laki-laki itu. Dengan berat hati, Rana melangkahkan kakinya ke bangku kosong tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Hening
Teen FictionDia, perempuan tanpa suara. Aku, lelaki tanpa sepi Dia membenci keramaian Aku membenci kesunyian. Sikap kami aneh, sulit ditebak. Kami berbeda Kadang, aku bertanya dalam mimpi Dapatkah kami memeluk erat perbedaan itu? Atau, dapatkah kami bersisian t...