"Kenapa sih, kalian semua itu welcome banget ke Rana, anak kaya dia pasti deh sombong. Dia diam itu cuma kedoknya aja, buat nutupin kalau sebenernya dia ga mau berteman sama kita." Begitulah ucapan Vega yang begitu berapi-api terhadap Rana.
"Rana yang ga mau berteman sama kita, atau kamu yang ga mau berteman sama Rana?" ucap Gea.
Skak mat.
Gea sebenarnya sudah lama mulai menyadari tingkah cemburu Vega terhadap Rana, dan dia paham betul sikap Vega.
Vega itu juga murid pindahan, dia dari Bandung. Waktu pindah kesini, dia langsung tergila-gila setengah mati sama Bagas. Padahal menurut Gea itu laki-laki ga ada bagus-bagusnya. Ya, mungkin karna Vega menganggap Bagas itu badboy goals-nya , seperti di cerita-cerita fiksi itu.
"Ng...ngga gitu Ge, aku cuma kurang suka aja sama gayanya dia." ucap Vega tak mau kalah.
Ya, ya, ya biarkan Vega berasumsi sedemikian rupa terhadap Rana.
"Ya udahlah, nanti kita ajak aja Rana untuk gabung sama kita. Inikan minggu-minggu pertama dia sekolah. Pasti dia juga butuh adaptasi." ucap Nina.
Nina itu memang teman yang paling lembut dan sabar diantara yang lainnya. Jadi, hanya dia yang tahan dengan sikapnya Vega.
***
"Gas, diajak ke sekret basket sama Deni. Kita ditunggu disana, ayo." ajak Rama kepada Bagas.
Rama itu salah satu antek-anteknya Bagas di sekolah ini, yang kebetulan sekelas dengan Bagas. Gengnya Bagas itu lumayan terkenal disekolah ini. Anak-anaknya yang rusuh namun tidak nakal, ya walaupun agak sedikit menyebalkan.
"Oke, duluan aja Ram." ucap Bagas.
Setelah Rama sudah tak terlihat lagi, Bagas pun bangkit dari tempat duduknya.
"Ran, gabung gih sama Nina dan kawan-kawan, sendirian mulu." ucap Bagas
"Masalah banget ya buat situ?"
"Biar kamu punya temen, punya temen berbagi. Jangan sendirian aja, atau gabung sama temen yang lain. Intinya jangan sendirian. Bagas mau pergi dulu nih soalnya, nanti Rana sama siapa?" ucap Bagas
Teman berbagi? Rana pun tidak pernah mengerti tentang arti teman berbagi itu.
"Kalo gue gabung kesana, kan ada dayang-dayangnya lo. Yang ada nanti gue di bully lagi. Lo mau pergi, ya pergi aja." ucap Rana.
"Hmmm.. iya juga sih, ada Vega disana. Ikut aku aja deh yuk, bentar palingan. Cuma ngumpul biasa aja." ucap Bagas.
"Eh?"
Bagas langsung menarik tangan Rana untuk mengikutinya.
"Ih, ga usah. Gue sendirian aja sih disini. Lo kesana aja." ucap Rana sambil mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman Bagas.
Namun, tetap saja hasilnya nihil karna tenaga Bagas yang lebih kuat dibandingkan tenaga Rana. Ya kalau sudah begitu, ujung-ujungnya Rana pasrah ketika melewati koridor sekolah dan ditatap oleh anak-anak yang lainnya.
"Gas, udahan dong ini. Bisa gila gue diliatin orang satu sekolah gini. Lo punya malu ga sih?"
Usaha Rana itu memang selalu sia-sia. Bagas tak bergeming sama sekali.
Dan, sampailah mereka di sekret basket. Disana tempat berkumpulnya teman-teman Bagas.
"Pantesan lama, wong kesininya sama perempuan." ucap Deni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Hening
Teen FictionDia, perempuan tanpa suara. Aku, lelaki tanpa sepi Dia membenci keramaian Aku membenci kesunyian. Sikap kami aneh, sulit ditebak. Kami berbeda Kadang, aku bertanya dalam mimpi Dapatkah kami memeluk erat perbedaan itu? Atau, dapatkah kami bersisian t...