Terbaik Untukmu

168 16 5
                                    

"Gas, kamu tuh ya daritadi Ibu perhatiin main gitar aja sambil senyam senyum. Keliatannya ya, wajahmu itu ceria gitu. Kamu tuh kenapa?" Tanya Ibu Bagas sambil terheran melihat anak sulungnya itu. Memang, sejak pulang sekolah tadi Bagas itu kerjaannya duduk diteras sambil bermain gitar. Ya, sambil senyam senyum ga jelas juga sih.

"Ih, Ibu ini mau tau aja urusan anak muda." Jawabnya.

"Loh? Ibu kan juga masih muda."

"Duuh, iya deh. Ibu tuh masih muda, masih langsing, masih cantik, masih jadi idaman." Ucap Bagas membuat Ibunya tertawa kecil.

"Bu."

"Hmmm."

"Bagas mau nyanyiin sesuatu nih buat Ibu, dengerin ya."

Bagas mulai memetik senar gitarnya. Suaranya yang merdu dan terdengar tulus itu membuat Ibunya terharu mendengarnya. Sejak suaminya pergi dari rumah, ya hanya Bagas yang menjadi sandaran di keluarganya. Karena Bagas adalah satu-satunya laki-laki di keluarga.

Bagas pun sadar akan tugasnya di keluarga. Sebisa mungkin dia akan membuat ibu dan adiknya tersenyum. Apapun caranya. Semampu yang dia bisa lakukan.

Lantunan lagu itupun telah selesai dinyanyikannya. Ibunya tersenyum sambil tertawa kecil.

"Terima kasih ya nak, kamu selalu menjadi pahlawan ibu dan Tiara. Walaupun kadang kamu itu suka pecicilan dan susah diatur, tapi bagi Ibu dan Tiara kamu tetep jadi Hero."

"Apapun juga Bagas lakuin demi ibu sama Tiara mah."

Ibunya tersenyum simpul.

***

"Ran, ini serius kamu ga mau ikut?"

Rana telah memberi surat edaran untuk kemah minggu depan kepada ibunya, dan saat itu juga Rana berkata bahwa dia tidak ingin ikut.

Malas katanya.

"Serius bu, Rana males. Pasti ribet bu, ibu tolong buatin surat izin buat Rana ya bu. Itu acaranya wajib jadi kalo ga hadir harus ada surat izinnya." Rana memohon kepada Ibunya sambil memasang wajah semanis mungkin.

"Kamu bilang aja gih ke ayahmu, dia mau ga buatin surat izinnya. Ibu sih lebih setuju kalo kamu ikut." ucap Ibunya.

Rana menghembuskan nafasnya kasar. Biasanya dia selalu mendapatkan surat izin dari ibunya jika dia malas untuk mengikuti sebuah acara di sekolah. Tapi anehnya hari ini ibunya menolak.

"Assalamualaikum."

Itu suara ayah, apa ayah mau ya buatin surat izin ? Duh harus pasang muka melas nih. Batin Rana.

"Walaikumsalam ayah, udah pulang. Mau Ibu buatkan minum?" ucap Ibu ramah sambil menyalami suaminya itu.

Sementara Rana hanya salim, namun tak bergeming.

"Nanti aja bu. Itu anak kenapa bu? Tumben mukanya ditekuk gitu."

"Itu, dia minta dibuatkan surat izin biar ga ikut acara kemah disekolahnya. Dia kan sudah mau lulus yah, masa ga pernah ikut acara sekolah. Mana ada pengalamannya. Mangkanya ibu kepingin dia ikut aja, dianya ngambek." tutur Ibunya.

"Hmmm, ayah sih setuju sama ibu. Lebih baik Rana ikut aja, ga ada salahnya kan? Kenangan terakhir kamu sekolah loh Ran."

"Tapi kan yah, Rana emang ga suka ik–"

"Ikut aja, ayah jamin bakal seru ko. Udah ya nih ayah tanda tangani dulu suratnya, besok surat ini harus kamu serahin ke gurumu."

Dan akhirnya bukan surat izin yang Rana dapat, malah tanda tangan ayahnya yang berarti Rana harus ikut ke acara itu. Rana mendecak sebal.

***

"Ran, tungguin dong."

"Ran."

"Ning,"

"Ck, kenapa sih lo ngikutin gue terus? Gue mau pulang, Bagas. Kenapa masih diintilin aja sih?"

Bagas terkekeh pelan. "Siapa juga sih yang mau ngikutin kamu, aku udah pernah bilang kan kalau rumah kita itu searah. Aku ga ngikutin, aku cuma mau jalannya bareng sama kamu, ning."

"Nang ning nang ning, gue punya nama! Lagian apa maksudnya coba manggil nang ning nang ning?"

"Ning itu asal kata dari hening. Kan kamu ga suka berisik, terus jarang ngomong juga. Dikelas aja kerjaannya ngelamun terus kalo ga di bikin kesel pasti ga akan ngomong." tutur Bagas

Dan Rana pun semakin terdiam karena ucapan Bagas. Rana menatap aneh laki-laki yang ada dihadapannya ini.

"Tuh kan, ngelamun lagi."

Rana menatap Bagas sebentar, lalu meneruskan perjalanannya menuju rumah.

"Yee, ditinggal lagi."

"Tungguin sebentar dong, jalannya cepet banget sih."

Rana mendelik sebal.

Ya ga perlu teriak teriak juga sih, gue ga budek. Gue cuma jalan dua langkah didepannya.

"Eh, ada teman lama."

Suara bass itu menghentikan langkah Rana. Perasaan, Rana tidak pernah berteman dengan laki-laki didepannya ini. Tapi mengapa dia menghentikan langkah Rana? Apa mungkin, salah orang? Tapi dari seragam yang dia kenakan, laki-laki itu satu sekolah dengannya.

Lalu dengan gerakan secepat kilat, Bagas menarik tangan Rana untuk mundur dan berlindung dibelakangnya.

"Wah wah wah, pacar baru? Hmm, tapi kayanya dia ga begitu ramah sama lo." ucap laki-laki itu.

"Bukan urusan lo."

"Santai bro, ga perlu emosi. Gue udah denger kok, lo lagi deketin dia. Dan hmm yang tadi gue liat sih lo lagi berusaha buat deketin dia kan? Apa ya, boleh di bilang sih, ngegodain?" terdengar penekanan kata 'ngegodain' di kalimat laki-laki itu.

"Lo maunya apa za?" ucap Bagas.

"Cuma mau liat fakta dilapangan aja sih sebenernya. Ternyata yang dibilang yang lain itu bener. Lo punya bakat ko buat ngegodain orang. Kan kalo buah jatuh ga pernah jauh dari pohonnya." ucap laki-laki itu dengan tatapan sengitnya.

Bagas mulai mengepalkan tangannya.

Andai aja, dia bisa membalas perkataan Reza. Ya, nama laki-laki itu adalah Reza. Bagas kenal betul orang yang ada dihadapannya ini. Sungguh dia ingin membalas perkataan sengit dari Reza. Andai aja posisinya dipihak yang benar. Dan andai aja, Rana tidak melihat situasi tersebut dengan wajah bingungnya.

"Sepertinya gue juga ga disambut ramah disini. Kalo gitu gue cabut."

Reza pun meninggalkan Rana dan Bagas.

"Sorry, udah buat kamu jadi bingung. Kejadian tadi, tolong ya jangan dipikirin. Anggap aja angin lalu." ucap Bagas dengan senyum tipis kepada Rana.

Rana mengangguk kecil. Walaupun dia masih penasaran, tapi dia terlalu malas untuk ikut campur.

Seperti biasanya.

***

Maafkanlah bila ku selalu
Membuatmu marah dan benci padaku
Ku lakukan itu semua
Hanya tuk buatmu bahagia

Mungkin ku cuma tak bisa pahami
Bagaimana cara tunjukkan maksudku
Aku cuma ingin jadi terbaik untukmu

5.8.17

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk HeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang