Malam ini, Rana sedang duduk termenung di kursi belajarnya. Pikirannya entah mengapa hanya terpusat pada satu manusia. Bahkan, tugas sekolah yang ada di hadapannya ini tak bisa dia kerjakan.
Gue kenapa sih hari ini, dari tadi mikirinnya dia terus. Batin Rana.
Pikiran Rana menerawang setiap kejadian yang dilaluinya dengan Bagas. Semua memori itu seakan terekam dan terputar jelas di dalam benak Rana. Rasanya baru kali ini dia bisa akrab dan mengobrol banyak dengan seseorang. Dan anehnya mengapa harus Bagas?
Tiba-tiba terdengar suara decitan pintu.
"Rana.."
Rana menoleh, terlihat ibunya sedang menghamipiri dia.
"Ran, ko belum tidur?" tanya ibunya.
"Belum bu, sebentar lagi." ucap Rana.
"Udah malem Ran, kamu tidur gih. Nih Ibu buatin susu buat kamu, ibu ke kamar dulu ya." ucap ibunya.
Rana mengangguk lalu membereskan peralatan atknya dan mulai merebahkan dirinya di kasur. Tak lupa pula dia mematikan lampu kamarnya sesaat setelah ibunya keluar kamar itu.
Sepertinya tidur bisa membuat Bagas terusir dari pikirannya. Semoga.
***
Sama halnya dengan Rana, Bagas kini tengah bersandar di ranjang sambil memainkan gitarnya.
Sambil bernyanyi, sambil memikirkan Rana. Membayangkan semua hal tentang Rana. Bagaimana wajah cuek Rana, ekspresi datar yang selalu ditunjukkan disetiap saat, dan wajah cantiknya ketika sedang tersenyum lembut.
Ah, rasanya dia benar-benar jatuh dalam pesona seorang gadis yang pendiam itu.
Gadis yang ekspresif mungkin menarik dan menggemaskan, namun gadis yang pendiam mungkin lebih menarik dan sulit untuk ditebak.
"Bagas... kamu liat udah jam berapa ini? Tidur! Dari tadi ko ya genjrang genjreng aja. Kamu tau ga kalo ini itu udah malam?" terdengar omelan dari sang ibu di depan kamar.
Bagas menarik nafas panjang, dia menaruh gitarnya di samping lemari bajunya."Iya bu.. ini udahan main gitarnya."
"Awas ya, kamu berisik lagi." Bagas kembali merebahkan diri di ranjang miliknya. Lagi-lagi penerawangannya kembali tercetak wajah Rana.
Apa dia benar-benar tertarik dengan sosok Rana yang menurutnya aneh itu? Yah, mungkin saja. Dari awal bertemu Rana, dia memang sudah mulai tertarik. Tapi apa yang membuatnya tertarik? Atau mungkin Rana memiliki sisi menariknya dari sudut yang tak Bagas ketahui?
Pertanyaan itu terus terngiang di benaknya. Bagas terus memikirkannya hingga akhirnya jatuh terlelap.
***
Pagi-pagi sekali, Rana dan Bagas telah sampai di sekolah. Saat ini masih jam enam pagi, dan sekolah masih sepi.
Saat Rana dan Bagas datang sudah ada Pak Yanto -penjaga sekolah yang sudah menunggu kedatangan mereka. Pak Yanto menyampaikan pesan dari Bu Ajeng bahwa hukuman mereka adalah membersihkan ruang bk, sekaligus membantu Bu Ajeng untuk merapihkan beberapa berkas.
Bagas dan Rana pun pergi menuju ruang bk dan mulai menjalani hukumannya.
"Ran?" ucap Bagas sambil mengelap kaca.
"Hmmm..."
"Tau ga? Kalo.."
"Ngga."
"Rana..."
Rana memutar bola matanya, menghentikan aktivitas menyapunya lalu menoleh kepada Bagas. "Apa?"
"Gue seneng deh bisa dihukum bareng sama Rana. Apalagi sekarang kita bisa berduaan diruang tertutup kaya gini." ucap Bagas sambil tersenyum simpul. Senyuman itu terlihat seperti senyuman tulus, ya walaupun ada beberapa garis kerut disenyum itu yang seolah mengejek Rana.
"Ini juga gara-gara lo." ucap Rana sambil melanjutkan aktivitasnya lagi.
"Gue tuh nyelametin lo dari Vega. Lo anak baru disini, belum tau kelakuannya. Daripada lo kenapa-napa ya mending gue bawa kabur aja." tutur Bagas. Rana sempat terdiam.
Apa benar dia seperti itu? Atau akal-akalan Bagas aja?
Beberapa menit kemudian datanglah Bu Ajeng ke ruang bk yang datang sambil menyapa Rana dan Bagas."Bagaimana hukumannya? Mudah bukan? Kali ini, ibu ga ngasih kalian hukuman yang berat. Tapi kalau sampai diulangi lagi, mungkin hukumannya dua kali lipat dari ini. Mengerti kalian?"
"Mengerti bu," ucap Rana dan Bagas bersamaan.
Bu Ajeng melangkah ke bangkunya. Lalu mendudukan dirinya disana. "Ibu tuh paling tidak suka sama anak yang bolos jam pelajaran. Ibu tuh heran kenapa kalian bisa bolos."
"Rana, kamu bisa masuk kesini karna rekomendasi Bu Laksmi kan? Hal yang sangat disayangkan, kamu malah bolos kaya kemarin."
"Maaf bu," Rana berhenti dari aktivitas menyapunya yang sudah selesai dan menghadap Bu Ajeng.
"Ya kan saya udah bilang bu, Rana ga mau jauh-jauh dari saya. Ya biasalah bu, pasangan baru jadi ga mau lepas." ucap Bagas dengan santainya.
Rana menoleh kearah Bagas. "Bagas, apa-apaan sih. Bu dia bohong, kemarin itu ada masalah bu. Bagas narik saya buat menghindari masalah itu. Bagas cepet bilang yang jujur." ucap Rana sambil menggoyangkan tangan Bagas.
"Ah, sudah-sudah saya sudah tidak mau mendengar kalian bertengkar. Kalian sudah selesai bukan? kalau gitu kalian balik ke kelas saja dan jangan diulangi lagi."
"Iya bu, terima kasih."
Rana dan Bagas keluar dari ruangan Bu Ajeng dan menuju ke kelas. Bagas berjalan sambil berceloteh, membuat Rana sebal dengan sikap Bagas dan memutuskan untuk membisu.
Bukan Bagas namanya kalau menyerah, Bagas tetap berbicara. Dan akhirnya Rana meninggalkannya dengan pergi ke toilet untuk berganti baju. Selain menghindari Bagas, dia juga sudah tidak nyaman dengan bajunya.
"Ran... Ranaaa, udah belum ganti bajunya? Udah bel nih, nanti kita telat." ucap Bagas sedikit berteriak di depan toilet perempuan.
Tak lama kemudian Rana pun muncul.
"Loh? Lo nungguin gue disini?""Iyalah, udah bel nih ayo."
Bagas menutup mulut Rana dengan menarik tangannya.
"Yah, kita telat." ucap Rana sesaat setelah mereka sampai di depan kelas. "Gimana ini?"
"Ya percuma, kita bakalan diusir dari kelas karna kita telat. Lo sih ganti bajunya lama banget." ucap Bagas sambil duduk di bangku yang tersedia di depan kelas.
"Terus, kenapa juga lo nungguin gue? Kalo lo ga nungguin gue mungkin sekarang lo ada di dalem kelas."
"Ya biar bisa dihukum berdua lagi sama lo lah. Anak kaya lo mana pernah dihukum kaya gini, ya kan? Kapan lagi gue dihukum dua kali kaya gini sama Rana?"
Rana pun terdiam dengan ucapan Bagas.
Ucapan Bagas itu memang benar. Sudah 12 tahun Rana sekolah, namun dia tak pernah dihukum seperti ini.
Bahkan, teman pun Rana tak punya.
Rana selalu menyendiri."Udah, hari ini kita nikmatin aja saat-saat bahagia masa Sma. Masa Sma lo kurang berkesan kalo belum pernah dihukum, Ran."
Ga akan pernah ada yang berkesan di dalam hidup gue.
***
Saat bahagiaku duduk berdua denganmu
Hanyalah bersamamu~Mungkin aku terlajur tak sanggup jauh dari dirimu
- Saat Bahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Hening
Teen FictionDia, perempuan tanpa suara. Aku, lelaki tanpa sepi Dia membenci keramaian Aku membenci kesunyian. Sikap kami aneh, sulit ditebak. Kami berbeda Kadang, aku bertanya dalam mimpi Dapatkah kami memeluk erat perbedaan itu? Atau, dapatkah kami bersisian t...