Kamu Cantik Kamu Baik

191 23 0
                                    

Jam pelajaran kosong, mungkin adalah salah satu waktu favorit bagi siswa di sekolah. Karena di jam kosong inilah biasanya kenangan di masa-masa sekolah itu tercipta.

Suasananya yang riuh seperti pasar, bahkan suara tertawa yang mungkin dapat terdengar di setiap sudut kelas. Suasana yang gaduh seperti inilah yang lebih membuat nyaman sang penghuni kelas, dibandingkan suasana yang sepi nan tentram.

Mungkin, seperti yang kalian tahu. Ini adalah pengecualian bagi Rana.

Yah, Rana itu memang mempunyai sifat dan karakteristik yang lumayan nyentrik.

Bisakah kalian bayangkan bagaimana suasana hati Rana saat keadaan gaduh seperti ini?

Dia benar-benar merasa jengah.

Apalagi saat beberapa anak laki-laki dikelasnya bermain kuda templok.

Permainan yang dapat memancing suasana ricuh saat dikelas. Entah saat ada yang berlari, suit, bahkan anak perempuan yang ikut berteriak saat ada yang terjatuh. Semua pandangan dikelas tertuju pada mereka yang sedang bermain.

Dan lagi-lagi, Rana semakin tidak nyaman disini.

Rana lebih memilih menutup rapat telinganya dengan earphone, dibanding ikut bergabung sebagai tim pemandu sorak untuk menyemangati anak laki-laki yang sedang bermain.

"Rana, ko dipojok aja? Ga mau ikutan nonton? Seru loh." ucap Gea menghampiri Rana saat tersadar bahwa hanya Ranalah yang tidak ikut bergabung.

"Eh, kayanya ngga Ge. Aku disini aja." ucap Rana sambil mencoba untuk tersenyum.

"Ga usahlah ajak-ajak dia segala. Toh, dia juga ga mau kan?." ucap Vega.

Dia menarik tangan Gea untuk menjauhi Rana.

Melihat tingkah Vega terhadap Rana, bersabarlah satu satunya cara yang bisa dilakukan Rana saat ini.

Rana menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju keluar kelas.

Koridor sekolah sangat sepi. Dia mulai berjalan-jalan disekitar koridor sekolah.

Tiba-tiba ide cemerlang muncul dibenaknya. Dia berpikir untuk menenangkan diri, dan pergi ke rooftop.

Sesampainya di rooftop, Rana mengedarkan pandangannya. Untungnya, dia tidak menemukan siapapun disana.

Rana mulai memasangkan earphone di telinganya, dan duduk terpejam. Angin yang berhembus, suasana yang sepi seperti inilah yang Rana sukai.

Rana duduk termenung sambil mendengarkan musik.

Tiba-tiba datanglah seseorang dan tanpa tanpa aba-aba dia langsung menduduki bangku tempat Rana sedang duduk.

"Rana dikelas lagi main rame-rame, kenapa Rana malah kesini?" ucap orang itu.

"Ya terserah gue lah mau kemana." ucap Rana singkat. "Lagian, kalo dikelas lagi pada main, kenapa juga lo dateng kesini nyamperin gue?" ucap Rana lagi.

"Ya mau nemenin Rana lah, gimana pun juga kan Rana temen sebangkunya Bagas. Masa Rana pergi gitu aja dari kelas, Bagasnya diem aja. Kalo ada yang gangguin gimana?"

"Ya ga mungkin lah." ucap Rana.

"Ya mungkin aja Rana, kita kan ga bakal tau kalo ada yang berniat jahat sama kita. Mangkanya Bagas dateng ini buat ngelindungin Rana." ucap Bagas

Rana memutar bola matanya.

"Satu-satunya orang yang gangguin gue kan lo." ucap Rana.

Bagas menggaruk tengkuknya. Ya, kalau dipikir-pikir ucapan Rana ada benarnya juga.

"Lagian kenapa sih Ran, seneng banget gitu menghindar dari keramaian?" tanya Bagas.

Ucapan Bagas yang mulai serius, membuat Rana harus melepaskan earphonenya. Dia melirik Bagas yang tengah menatapnya dengan tatapan yang juga serius.

"Ya karna gue ga suka sama suara bising." ucap Rana.

***

Matahari bersinar sangat cerah hari ini, membuat cuaca menjadi panas.
Terlebih lagi, bagi siswa Ipa 2 yang sedang melakukan praktikum di pinggir lapangan sekolah. Mereka dituntut untuk menghiraukan panasnya matahari demi melakukan praktikum tersebut.

Dan untungnya, mereka tak mempermasalahkan sinar matahari yang begitu meyengat. Panas sinar matahari tak menyulut semangat mereka. Mereka mengamati tentang struktur tumbuhan.

Sebenarnya, ini adalah salah satu hal yang disukai oleh Rana. Mengamati tumbuhan.

Namun, karna dia terpilih untuk satu kekompok dengan Vega, membuatnya agak terusik. Belum lagi tatapan mematikan yang selalu Vega berikan untuk Rana. Rana menjadi serba salah dibuatnya.

Setelah selesai melakukan praktikum, mereka pun secara berbondong-bondong bergegas untuk kembali ke kelas.

Rana berjalan bersama Nina dibelakang Vega dan Gea. Sesekali, Nina berceloteh tentang suasana sekolah.

Mereka melewati koridor sekolah beramai-ramai. Koridor terlihat agak ramai karena ada beberapa siswa yang sedang bermain ciprat-cipratan air sambil berlarian. Membuat koridor menjadi basah dan licin.

"Aww...!!"

Semua mata pun tertuju pada teriakan tersebut.

Vega tergeletak di lantai. Dan beberapa anak laki-laki yang menyaksikan kejadian tersebut pun terbahak-bahak. Ada sebagian yang meledeknya.

Raut wajah Vega berubah seketika, menjadi merah padam.

Dengan cekatan Nina, Gea, dan Rana berusaha membantu Vega untuk bangkit. Namun, ledekan yang dilontarkan untuk Vega belum juga habis.

Dia menatap satu-persatu temannya. Dan tanpa diduga, dia mendorong Rana dengan kasar.

Untungnya ada seseorang yang sigap menangkap Rana dari belakang.

Rana menoleh, dan orang yang menangkapnya adalah Bagas.
"Loh, ko jadi orang yang di dorong?" ucap Bagas setengah membentak kepada Vega.

"Udah untung di bantuin sama Rana, bukannya terima kasih malah ngedorong."

"Aku ga perlu dibantuin sama dia, karna aku tau dia itu pasti seneng ngeliat aku kaya gini!" ucap Vega dengan berapi-api.

"Ga perlu nuduh yang ngga ngga deh, Rana udah baik banget gini malah didorong gitu. Rana itu pantes dapet permohonan maaf atau sekedar ucapan terima kasih."

"Ga mau." ketus Vega.

Bagas memutar bola matanya. "Ran, ayolah pergi."

"Gas, yang jatoh itu aku lho. Ko Rana sih yang diajak pergi?" ucap Vega sambil memohon kepada Bagas.

"Ga, denger ya. Yang kamu lakuin itu kelewatan. Rana ga salah, kenapa sih sensitif banget sama Rana?"

"Aku ga suka sama dia Gas, kamu selalu deketin dia."

Bagas segera menarik tangan Rana untuk menjauh dari mereka. Terdengar teriakan memanggil nama Bagas. Namun, tak Bagas hiraukan.

"Gas, kita mau kemana? Ini udah bel." tanya Rana.

"Ikut aja."

"Udahlah, kita balik lagi aja yuk ke kelas." mohon Rana.

"Sebentar aja Ran, aku suntuk di kelas." ucap Bagas.

"Gas, udahalah. Lepasin ini tangan gue, gue mau balik ke kelas. Gue udah maafin dan gue juga ga masalahin sikap dia." ucap Rana.

Bagas pun tersenyum. "Udah cantik, baik lagi. Ikut Bagas sebentar dulu gapapa ya? Bentar aja ko."

Rana pun akhirnya mengalah.

***

Karena kamu cantik
Kan ku beri segalanya apa yang ku punya
Dan hatimu baik
Sempurnalah duniaku saat kau disisiku

- Kamu cantik kamu baik

31.01.17

Untuk HeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang