Bagian 2

404 23 0
                                    

Dean p.o.v

Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ya, kami, aku dan kak Revan. "Mau makan apa kali ini?" Tanya kak Revan padaku. Aku melihat menu yang terpampang di cafetaria rumah sakit ini. 3 hari kak Abi di rawat di sini membuatku sudah mencoba semua menu yang menarik di cafetaria ini.

"Gaada yang asik kak" ujarku kecewa.

"Hmm, yaudah, ikut kakak ayok, kita beli sate aja di luar ya?" Tanyanya. Aku mengangguk bersemangat.

"Bang, sate 2 porsi ya" ujar kak Revan usai kami sampai di depan rumah sakit.

"Kakak tau gak, ini makanan favoritnya kak Abi loh" ujarku. Mengingat kak Abi, aku sedikit sedih juga. Pasalnya, usai kecelakaan tersebut, kak Abi sudah koma selama 3 hari ini.

Benturan yang cukup parah terjadi antara kepalanya dan aspal usai motornya tertabrak cukup kencang dari arah depan. Motor kak Abi hancur, begitu pula dengan kap depan mobil kak Vino alias penabrak.

"Iya, tiap ngumpul doi pasti pesen ini" balas kak Revan.

"Oiya kak, kak Abi emang cuma punya temen kak Revan ya?" Tanyaku. Kak Revan mengernyit heran. "Kenapa dari kemaren yang datengin kak Abi cuma kak Revan aja? Kan ini udah 3 hari kak" kataku.

Kak Revan tersenyum geli. "Duh Dean, kamu tuh gimana sih, ini kan liburan, mereka lagi pada di luar kota. Sebenernya ada satu temen sih yang udah balik. Tadi sore. Rencananya malem ini dia mau dateng sekalian nginep di sini" jawabnya. Aku hanya membulatkan mulutku paham.

"Oiya, kamu kenapa gak masuk Bina Bangsa aja sama Abi?" Tanya kak Revan bingung.

"Soalnya akses sekolah ke luar negri kan lebih gampang lewat Arthur kak. Bina Bangsa itu kan terfokus sama perguruan tinggi negri di Indonesia, sedangkan aku pengennya ke luar negri, jadi, ya gituu" jawabku. Kak Revan hanya mengangguk angguk mendengar jawabanku.

Tiba-tiba ponsel kak Revan berdering melantunkan lagu imagination dari shawn mendes.

"Halo?" Jawab kak Revan.

"Iya, gue di sini..."

"Hmm, di warung sate depan RS...."

"Sama Dean..."

"Udah, sini aja sih..."

"Oke, bye" katanya menutup sambungan.

"Siapa kak?" Tanyaku heran.

"Temen Abi yang kamu tanyain tadi, dia udah sampe, bentar lagi mau ke sini" jawab kak Revan. Aku mengangguk mendengar jawaban kak Revan. Bosan, aku memperhatikan bagaimana abang penjual sate membakar tusukan-tusukan sate tersebut.

"Wassup dude?" Ujar seseorang menyalami kak Revan. Aku menoleh ke arah orang tersebut. Setelah melihatku, ia sengan hebohnya menarik kak Revan keluar dari tenda  biru tempat kami berada tersebut. Aku hanya mengedikkan bahuku acuh.

Tak lama berselang, kak Revan masuk kembali ke dalam warung tersebut. "Dean, ini Yudhis, temenku sama Abi" ujar kak Revan.

"Dean, adeknya kak Abi" ujarku tersenyum membalas uluran tangan kak Yudhis.

"Yudhis" balasnya lalu duduk di sebelah kak Revan. Tak lama, sate pesanan kamipun jadi. Segera kami menyantapnya.

Dean dan hujan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang