Bagian 19

241 14 0
                                    

Eleazar p.o.v

"Halo" kataku saat menerima panggilan telepon.

"Dengan Eleazar dari Indonesia? Sir Arthur Senior High School?" Tanya seseorang dari seberang.

"Benar, saya sendiri. Maaf, kalau boleh tahu, saya sedang berbicara dengan siapa?" Balasku sopan.

"Saya dari penerimaan siswa berprestasi Universitas Melbourne. Mengenai beasiswa untuk Anda, apakah anda ada waktu untuk membicarakannya?"

Aku terdiam. Sangat lama.

"Kapan dan di mana ya pak kalau boleh tahu?" Tanyaku.

"Hari ini, di kantor cabang"

Lagi-lagi aku terdiam. Cukup lama.

"Bisa pak, saya akan datang"

***
"Halo kak?" Panggil Dean melalui telpon.

Aku melihat ke luar jendela kamarku. Balkon rumah Dean berada tepat berhadapan dengan balkon rumahku, sehingga memudahkan ku untuk bisa melihatnya tanpa dia tahu aku memperhatikannya.

"Iya De, adapa?" Jawabku.

"Nanti malem kakak sibuk gak?" Tanyanya lagi.

"Iya deh De, gimana?" Kataku.

"Yaahh" katanya lalu menundukkan kepalanya. Wajahnya tertekuk ke dalam tanda kecewa. "Yaudah deh, gapapa. Kakak semangat ya belajarnya. Dean tutup telponnya" katanya.

Aku tersenyum. "Dean gapapa gak ditemenin?" Tanyaku.

Dean menggeleng. "Gapapa, kakak belajar aja, kan besok Senin kakak UN kan. Semangat ya kak" katanya lalu tertawa.

Aku tersenyum. Aku tahu gadisku kecewa. Dan aku juga tau, dia sangat pandai dalam ber-acting.

"Iyadeh, makasih ya De. Te Amo" kataku.

"Te Amo juga kak. Buenos Noches" jawabnya lalu menutup sbungan telepon.

Aku masih memperhatikannya. Dean bersandar pada teralis balkonnya. Ia hanya duduk di situ, memandang ke dalam rumah, tanpa melakukan apapun.

Semenjak aku memutuskan untuk menerima beasiswa tersebut, pertemuan ku dengan Dean memang semakin jarang dan terus berkurang. Kesibukanku untuk meningkatkan nilai supaya bisa masuk ke Universitas Melbourne semakin meningkat juga.

Karenanya aku paham apabila gadisku kecewa. Aku mengerti apabila kesayanganku itu merasa sepi. Tapi dia tetap di situ, menantiku dengan sabar dan perhatian. Dean memahami impianku ini dan hal itu yang membuatku jatuh hati semakin dalam kepadanya.

Hingga,

Shakira is calling.

Bencana ini datang.

***
Aku mempersiapkan diriku untuk menghadapi UN hari terakhir, sementara itu aku juga bersiap untuk pindah ke Melbourne. Mulai dari tempat tinggal hingga keperluan kuliah sudah kupersiapkan.

Berpindah dari IPA ke IPS memang cukup susah untukku, tapi aku memang sengaja melakukannya untuk bisa melanjutkan bisnis keluarga milik ayah dan bunda. Bagaimanapun, itu tanggung jawabku setelah ini.

Dean dan hujan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang