Bagian 11

263 15 0
                                    

El p.o.v

Sudah sebulan lebih sejak aku menjemput Dean dari Bandung. Dan setelah pesan dari Abi itu, setiap hari aku mengantar-jemput Dean ke sekolah bersamaan dengan si kembar-adik-adikku.

"Kak Dean bisa ajarin Reyna matematika gak?" Tanya Reyna pada Dean yang duduk di sebelah ku.

Dean menoleh ke arah Reyna dan tersenyum geli. "Emang kak El gabisa? Kan kak El anak olimpiade, masa gabisa?"

"Ellah, gue anak fisika kali De, bukan matematika, matematika mah kelas lo itu" jawabku.

Memang aku termasuk dalam jajaran kelompok olimpiade fisika, sedangkan Dean mengikuti pelatihan dari olimpiade matenatika  namun tidak mau mengajukan dirinya untuk berpartisipasi dalam olimpiade nya .

"Hm, iyadeh, salah lagi saya" kata Dean gemas.

"Kak Dean ajarin Reyna yaaa? Please" mohon Reyna.

Dean terkekeh geli. "Iya, kalo kakak lagi gak ada kerjaan ya? Gimana?".

"Siap?! Makasih kakak!" Ujar Reyna senang.

"Sama-sama" jawab Dean dengan senyum lembutnya.

Bunda, mungkinkah dia yang menjadi penerus bunda?

***
"Jadi sebenernya Papa lo kenapa De? Gue masih ga mudeng sama cerita lo kemaren" tanyaku pada Dean saat aku dan dia duduk berdua di gazebo pada bagian belakang rumahku.

"Seriously, setelah sebulan kakak baru nanya?" Tanya Dean heran. Aku mengangguk-angguk geli melihat ekspresi bingung dan kesal milik Dean.

"Jadi waktu papa mau ke kantor, liftnya rusak, Papa terpaksa lewat tangga darurat, eh, kepleset, jatuh. Salah satu sumsum tulang belakang Papa ada yang kena, jadi ngakibatin lumpuh permanen"

"Dan itu ngebuat Abi harus nikah sama-siapa?" Tanyaku pada Dean akibat lupa dengan nama tunangan Abi.

Ya, tunangan, mereka sudah bertunangan kurang lebih seminggu yang lalu. Sehingga kemungkinan dibatalkannya pernikahan mereka sangat kecil. Lagipula, Dean sudah cukup dekat dengan calon istri Abi ini.

"Nadhiya?" Jawab Dean. Aku mengangguk membenarkan.

"Ya lagipula, kak Nadh baik, aku suka" kata Dean dengan mata berbinar.

"Kenapa gak sama gue aja?"

"Apanya?"

"Sukanya"

Mata Dean melebar mendengar perkataan ku. Dan jujur, ekspresi terkejut milik Dean adalah yang ter-menggemaskan dari semua ekspresinya yang ada. Aku tersenyum kecil.

"Gue ga bakal bilang itu bercanda. Gue serius nanyanya. Tapi gue paham, pertanyaan gue sedikit awkward. Jadi gue ga bakal paksa lo buat jawab" kataku setelah melihat keterkejutan Dean tersebut.

"Ini sebenernya bukan masalah aku suka atau engga sama kak El. Aku nyaman jujur sama kak El. Aku cuma takut untuk melangkah lebih jauh dari ini. Aku cuma takut sakit hati lagi" jawab Dean tepat setelah aku menutup mulutku.

Aku terdiam sejenak. Berpikir tentang apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku nyaman bersama Dean, aku juga mulai menyukai gadis berparas ayu ini, tapi aku juga tau, ini terlalu cepat untuk terjadi mengingat apa yang baru saja aku dan Dean lalui.

Dean dan hujan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang