Bagian 3

388 22 0
                                    

Dean p.o.v

Ini adalah bulan keempat setelah seorang Revan Cakrawinata masuk kedalam hidupku. Awalnya aku menganggapnya hanya sbagai sahabat kakak, hm, abangku saja. Abangku, Abimanyu Dirgantara Wijaya. Benar sekali, sejak saat itu aku harus memanggilnya abang karena ia berhasil melewati masa komanya.

Sebenarnya sedari kecil abangku selalu malu jika kupanggil kakak karena menurutnya kakak adalah panggilan bagi seorang perempuan. Namun karena aku tidak suka memanggilnya abang, aku selalu menolak memanggilnya begitu. Oke, kembali ke topik.

Kak Revan hampir setiap hari berada di dekatku. Menjemput dan mengantarku disaat abangku tidak bisa melakukan keduanya. Selalu ada disaat aku membutuhkannya. Hingga suatu hari, ia datang ke rumahku, dan mengajakku untuk pergi ke tempat favoritnya. Aku yang saat itu sedang butuh refreshingpun mengiyakan ajakannya.

"Nah, ini dia tempat spesial aku De" ujar kak Revan sesampainya kami di sana. Aku mengangguk. Indah memang. Sebuah danau buatan dengan lembah yang mengitarinya. Jembatan tempat kami berdiri mempermanis tampilan danau ini.

"Kenapa ini jadi tempat spesial kakak kalo aku boleh tau?" Tanyaku hati-hati. Takut menyinggung perasaan kak Revan.

Kak Revan menghela napas panjang. Berat.

"Ini tempat aku pertama kali ketemu sama sahabat kecil aku De" jawabnya, kemudian terdiam. Aku terpaku bingung menatap wajah kak Revan yang berubah kaku.

"Kamu lucu kalo lagi bingung gitu" ujar kak Revan sembari menatapku.

Blush.

"Apasih kak" ujarku mengalihkan pandangan ke arah danau. Dapat kurasakan kak Revan akhirnya mengubah arah tatapannya.

"De, kakak mau jujur"

Deg. Perasaanku mulai tidak enak.

"Empat bulan kita kenal ga kerasa bikin kakak suka sama kamu"

Deg. Benar kan.

"Perasaan kamu ke kakak gimana?" Tanya kak Revan pada akhirnya.

Deg. Mati aku.

"Aku..." Aku bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba, rintikan hujan jatuh membuat pola pada air danau.

"Kamu?" Tanya kak Revan tidak menghiraukan tetesan hujan yang turun.

"Aku nyaman sama kakak, aku juga suka sama kakak" balasku pada akhirnya. Kak Revan menarik napas, lega.

"Kamu mau jadi pacar kakak?" Tanyanya.

Aku mengangguk, mantap.

"Makasih" ujar kak Revan sembari meraup tangan kananku. Aku mengangguk.

"Ayo, kita cari tempat teduh, nanti kamu sakit" katanya. Aku hanya bisa mengangguk lagi.

Segera, aku memasang helmku dan memanjat ke motor kak Revan. Kak Revan memacu motornya begitu cepat ke salah satu warung terdekat di situ. Setelah duduk di dalam, aku segera melepas jaketku, karena derasnya hujan membuat jaket biru denimku tersebut basah.

Dean dan hujan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang