15

133 18 9
                                    

"Jika 1+1=2 maka aku ditambah kamu jadi kita, iya kan? Jika benar begitu maka tetaplah disisiku karena berdua lebih baik."
-Hagley-


Hagley melihat Sunny dan Ray dihalte seberang jalan. Ia menatap sinis kearah Ray dan langsung pergi ke halte.

"Sun." Panggil Hagley lembut.

Sunny menatap Hagley. Sosok yang membuatnya jatuh sedalam-dalamnya, yang membuat hatinya sakit seperti teriris-iris. Melihatnya membuka luka dalam hati Sunny. 

Hanya sedikit saja kesalahpahaman yang terjadi mampu berdampak besar.

🌻🌻🌻

Sunny hanya menatap benci kearah Hagley tanpa berniat membalas panggilan Hagley.

"Sun, aku bisa jelasin semuanya. Memang itu basi tapi pleasee Sun. Dengerin dulu penjelasan aku." Hagley sangat berharap jika Sunny ingin mendengarkan semua penjelasannya namun harapan itu musnah ketika Sunny meninggalkannya tanpa berkata-kata.

Alasan pertama Sunny pergi karena ia tak sanggup melihat Hagley apalagi diwajahnya terdapat luka-luka sehabis tawuran tadi. Ia tak ingin dirinya refleks mengobati Hagley.
Alasan kedua, Dengan melihat Hagley ia akan mengingat lagi kejadian yang memilukan hatinya. Ia tak ingin larut dalam kesedihannya.
Alasan ketiga karena ia sudah merasa lelah, sakit, dan ia merasa dirinya begitu bodoh.
Jadi ia harus pergi.

"Sun," Hagley menarik pelan tangan Sunny.
Ia meneliti setiap bagian tubuh Sunny.

"Please, kalau kamu nggak mau dengerin penjelasan aku setidaknya biarin aku ngobatin lukamu." Hagley berbicara tapi matanya masih tetap melihat luka dibagian lutut Sunny.

"Emmm gue cabut ya, Sun. Kayak nyamuk soalnya." Coar Ray dan pergi dengan rasa kesal.

"Sun, please. Aku tau kalau aku salah. Tak seharusnya aku nerima permintaan sahabatku tapiii pleaseee biarin aku ngobatin lukamu."
Hagley menatap harap kepada Sunny namun yang sedang ditatap tidak merespon. Sinar dimatanya pun ikut menghilang hanya tersisa sebuah kekecewaan yang mendalam.

"Gue baik-baik aja." Ucap Sunny dengan nada kesal.

Tiba-tiba Sunny bersuara dan ini membuat Hagley senang karena menurutnya lebih baik Sunny mencurahkan semua kemarahannya daripada hanya memendamnya.

"Sun,  please. Kalau lo mau lampiasin kemarahan lo. Gue siap jadi pelampiasan itu."
Hagley mendekat dan memberi jaket kulitnya.

"Nggak!! Gue nggak mau."
Sunny menepis jaket kulit pemberian dari Hagley dan hanya membalas dengan tatapan sinis.

"Gley gue benci sama lo!" Teriak Sunny.

Hagley mematung tanpa berani melihat Sunny. Ia tak sanggup melihat Sunny seperti ini.

"Gue tau. Gue sering mikir pasti tiap hubungan nggak bakalan selalu ada senengnya pasti bakalan ada yang kek gini. Tapi kenapa semua rasanya begitu sakit???" Sunny berdiam sejenak, ia mengambil napas dalam-dalam.

"Tapi sekarang gue udah nggak pa-pa lagi." Sunny mencoba menguatkan dirinya.

Ia menghapus airmatanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Still Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang