"Jadi, kamu tinggal dimana sekarang?" tanya Nina.
Sebelumnya, gua udah ceritain sama dia gimana akhirnya gua bisa sampai di Pulau Dewata ini.
Nina pun sedari tadi terlihat begitu menikmati mendengarkan cerita gua, sambil menikmati satu paket cheese burger, lengkap dengan kentang dan minum yang di up size.
Semua makanan itu sudah berhasil dihabiskannya, sekarang ia sedang menyantap sundae strawberry sambil tetap mendengarkan cerita gua.
Jujur gua kaget banget setelah mulai mengenal Nina.
Pertama, setelah berdebat panjang lebar di perjalanan tadi siapa yang harus memilih tempat makan, berujung pada Nina yang akhirnya mengalah dan dia milih gua traktir di McDonald's.
Jarang banget gak sih ada cewek yang mau first date di McDonald's?
Kedua, in this century, jarang banget juga ada cewek kayak Nina, yang gak malu makan banyak di depan cowok. Apalagi gak ngeluh kalau dia takut gendut.
Dia. Tipe. Gua. Banget.
Setelah gua ngasih tau dimana gua nginep, sekarang gantian Nina yang nyeritain her trip.
Se—womanizer-womanizer—nya gua, sumpah deh, gak pernah-pernahnya gua se-terpesona ini sama cewek, yang bener-bener terpesona gitu loh. Bukan cuma main-main karena dia cantik atau apapun.
Setelah gua dan Nina memastikan gak ada yang tertinggal di meja kami, kita berdua pun memutuskan untuk bangkit karena Nina mau menghabiskan sundae-nya di dalam mobil aja.
Gua menyalakan AC mobil, kemudian menghubungkan iPhone gua dengan kabel AUX seperti biasanya. Gua mengalihkan pandangan gua kepada Nina, dia kelihatan capek banget ketika menyandarkan tubuhnya ke jok mobil, dan memundurkan posisi jok tersebut hingga posisi tubuhnya terlihat hampir dalam posisi rebahan.
"Kamu gak apa-apa, Na?" gua mencoba menyembunyikan nada kekhawatiran gua didalam kata-kata itu.
"I'm fine, nothing to worry about."
And she's holding my hand now.
Gua bener-bener gak ngerti apa yang harus gua katakan sekarang. Gua cuma bisa mengelus-elus telapak tangannya dan memutuskan untuk gak berkata-kata apapun.
"Kalau aku minta kamu untuk cium aku sekarang kamu mau gak?"
"Seriously, Na?" lagi-lagi gua mencoba menyembunyikan nada pembicaraan gua yang sebenarnya ingin gua keluarkan.
Sekarang, gua lebih terdengar seperti orang yang gak percaya bahwa Nina pengen melakukan itu, walaupun sebenernya sih gua pengen juga. But, it's not a part of my plan.
Gua gak berharap bahwa selanjutnya akan kejadian seperti ini.
Sekarang, Nina bercerita ke gua tentang love life-nya yang begitu absurd.
Gua tetap serius mendengarkan Nina bercerita, walaupun kepala gua mendadak pusing keleyengan. Mata gua seakan gak bisa melihat dengan jelas, tetapi indera pendengaran gua masih bisa bekerja dengan baik mendengar ceritanya si Nina.
"Aku udah meninggalkan dua orang cowok setelah our extraordinary sex experience."
Sex? S-E-X? Gua gak salah denger nih?
Tadi dia minta gua untuk cium dia, apa mungkin beberapa saat lagi dia akan ngajak gua having sex? For god's sake! Gua masih dibawah umur banget untuk melakukan semua itu, walaupun gua gak munafik banget gua pengen.
But, seriously? Nina yang udah mahasiswi mau having sex sama cowok yang baru mau tujuh belas tahun, tahun ini?
"Kenapa kamu ninggalin mereka?" gua hati-hati banget menjaga perkataan gua. Gua bener-bener gak mau dia udah mikir yang macem-macem tentang gua.
Gua gak mau salah langkah deh.
"Aku bukan orang yang bisa menjalin komitmen dengan baik."
Salah gak sih kalau gua sekarang udah gak fokus mendengarkan kata-kata dia sama sekali lagi?
Gua udah merasakan ada sesuatu di dalam diri gua yang bergerak bangkit. Gua udah gak tahan. Gua bener-bener gak tahan.
"Aku tuh orangnya lebih suka melakukan apa-apa sendirian, jadinya—"
Dengan begonya gua memotong kata-kata Nina. "So, can't i kiss you right now?"
Nina tertawa terbahak-bahak sampai-sampai kedua kakinya terangkat ke dashboard mobil.
Sumpah. Gua. Bego. Banget.
"Kita harus beli listerine dulu deh kayaknya, takutnya ada bekas-bekas cheese burger nyangkut di gigiku."
"I don't care."
Nina kemudian memandang mata gua dengan tingkat seduction yang tinggi banget.
"Tapi, aku gak suka kalau cowok duluan yang mulai ciumin aku."
Nina dan gua sekarang berhadapan, kita masih pada jok kita masing-masing. Sampai akhirnya dia mendekatkan tubuhnya ke arah gua, dan mengapit bibir gua dengan bibirnya yang tipis berwarna merah muda.
Here comes my first kiss.
She grabs my lips so soft and gentle.
Hanya pada awalnya doang sih, semakin lama kami berciuman semakin intens.
Gua semakin berani menyapukan lidah gua ke dalam langit-langit mulutnya.
Ternyata dia menyambut baik intensnya pergerakan lidah gua, karena dia melakukan hal yang sama seperti apa yang gua lakukan sebelumnya.
Dia lebih baik dari gua, ya karena lebih pengalaman lah. Tapi itu bukan berarti gua gak bisa menyeimbanginya, thanks to redtube(dot)com deh.
Guess what? Sekarang, dia berpindah dari tempat duduknya ke tempat duduk gua. Tepatnya berada di atas badan gua, jadinya gua mencoba menyandarkan badan gua dengan cukup santai ke arah sandaran jok, supaya dia sedemikian rupa bisa nyaman dengan posisinya tanpa perlu terhalang dengan kemudi setir mobil gua dibelakangnya.
Dia semakin intens menyergap bibir dan lidah gua, bahkan sekarang dia berusaha menaik-turunkan badannya di atas badan gua. Gua menikmati semua ini tanpa berfikir panjang lebar mengenai apa yang akan kita lakukan setelah ini.
Gua benar-benar menikmari pengalaman pertama gua ini.
Bahkan, sekarang gua memberanikan diri gua untuk meraba-raba tubuh Nina yang bisa gua jangkau dengan kedua tangan gua.
Gua memegang dan meraba-raba punggungnya, meraba-raba lembut rambutnya, memegang kedua tangannya yang kemudian gua lepas lagi untuk kemudian menjelajahi bagian tubuhnya yang lain.
Dia juga melakukan hal yang sama dengan kedua tangannya. Ia terasa begitu bebas menjelajahi rambut gua, punggung gua, bahkan bagian celana gua, walaupun dia gak menyentuh bagian terlarang itu.
Walaupun kalau dia menyentuh bagian terlarang gua juga gua gak masalah sih, kita udah melakukan sejauh ini, gak lucu aja kalau kita cuma berhenti sampai disitu-situ aja. Ya, gua gak tau pasti sih ini udah berapa menit kita melakukan semua ini, cuma gua tau banget kalau kita udah lama banget melakukan semua ini.
"Nice." Nina sekarang tersenyum sambil mengigit bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
relationSLEEP
Teen FictionTerkadang stigma yang ada di masyarakat, membuat cowok-cowok harus menyembunyikan kerapuhan perasaannya. Percaya nggak sebenarnya kalau cowok udah patah hati, galaunya lebih menyedihkan dibandingkan cewek? Kalau mau tau lebih lanjut, yuk selami cer...