cycle six

19.2K 215 3
                                        

"Aku gak mau langsung pulang, boleh?" Nina memandang gua sambil tangannya terus mengapitkan jari-jemarinya ke dalam tangan gua, sambil gua sesekali memindahkan persneling.

Mendengar pertanyaan Nina itu, sumpah, gua udah gak bisa mikir apa-apa lagi saat itu kecuali mikir jorok. "Terus mau kemana lagi, dong?" 

Nina terdiam untuk waktu yang cukup lama. Gak lama setelah gua melontarkan pertanyaan seperti itu, mobil yang gua kemudikan terhenti di lampu merah, membuat Nina memandangi wajah gua seakan-akan ingin menelan gua hidup-hidup. 

Dengan konotasi yang positif dan erotis tentunya. 

Gua emang gak memandang wajahnya terang-terangan, tapi gua bisa ngerti banget gimana dia saat itu memandangi gua dengan tatapan nakal.

"Kalau ke hotel kamu dulu, boleh?" 

"Apa gak denger?" kata gua sambil menahan tawa.

"Aku mau mampir ke hotel kamu dulu."

Kalau gua mancing-mancing gak apa-apa kan nih, ya? dia duluan yang mulai, loh.

"Emang kalau udah di hotel, kamu mau ngapain?"

"Mau ngapain aja yang penting kita seneng."

Gua hanya tersenyum, menutupi kondisi hati gua saat ini. Susah mengungkapkannya deh. Satu sisi gua pengen, satu sisi gua juga takut. 

Kalau lo jadi gua, lo mau ngapain sekarang?

***

Setelah gua memastikan bahwa gua sudah memarkir Etios perak gua dengan benar dan lurus, serta dua kali memastikan bahwa pintunya sudah terkunci, gua berjalan bersisian dengan Dina memasuki lobby Grandmas Hotel dan langsung masuk ke dalam lift yang kemudian bergerak ke lantai lima. 

"Cukup rapih untuk seukuran cowok." Nina memecahkan kedinginan di antara kami. Setelah turun dari mobil, ini adalah kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya.

Sebenarnya sih tadi di dalam lift, ketika tangan gua dan Nina bersentuhan karena kita jalannya terlalu dekat, Nina langsung menggenggamnya. Tanpa ragu-ragu kemudian Nina meletakkan jemarinya di antara jemari gua. 

Sampai akhirnya genggaman tangan kita sekarang terlepas karena Nina memilih berbaring di atas tempat tidur, dan gua memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi. 

Lo tau gak sih betapa susahnya mau buang air kecil di saat organ vital cowok itu lagi tegang banget? Itu yang gua rasain sekarang. 

Sejujurnya, gua juga gak tau habis keluar dari kamar mandi ini gua mau ngapain. Gua menarik nafas gua dalam-dalam, membiarkan udara di kamar mandi masuk dan menyentuh rongga hidung gua, sehingga gua bisa merasakan wangi karbol khas kamar mandi, sebelum gua memutuskan untuk keluar dari sini.

"Na, kamu tidur?"

"Enggak, Van. Kalau aku nginep di sini, boleh?" tanya Nina sambil mengulet-ngulet di atas tempat tidur.

Seriously?

"Aku gak apa-apa, kok. Tapi, kamu udah bilang sama temen-temenmu? Nanti pada nyariin loh."

"Udah, kok. Yaudah, tidur yuk Van!" aku mengangguk menjawab ajakannya sambil pura-pura sibuk dengan mengisi baterai iPhone ku dengan charger yang memang sedari tadi sudah tertancap di stop kontak di samping tempat tidur. 

"Van, boleh tolong matiin lampunya?"

Gua mengangguk. Sekuat tenaga gua berusaha menutupi kecanggungan gua saat berjalan untuk mematikan lampu kamar. 

"Sini dong temenin aku tidur." Nina kembali bersuara. 

Kenapa sih gua nurut-nurut aja sama ini cewek? 

Sumpah deh, kalau lo kenal gua secara pribadi, gua tuh bukan tipe orang yang gampang banget diperbudak sama cewek. 

Macho law prohibits me to be tamed by girl

Kalau ibaratnya Nina adalah google chrome yang nge-detect ada bahaya yang akan terjadi kalau kita buka sebuah situs, kayaknya gua udah ngasih exceptions. 

Gua berusaha terlihat tenang. Padahal sih jantung gua udah berdebar-debar kayak salah satu lirik lagu-nya Nicki Minaj. 

But, I do love the taste when my heart skips some beats

Apalagi, ketika lo udah lama gak merasakan itu, walaupun sama pasangan lo sendiri. 

Gua sedang merebahkan tubuh gua dengan tangan yang gua lipat di atas kepala sambil memandang langit-langit kamar gua. 

Tiba-tiba gua merasakan tubuh Nina mendekat ke arah gua, dan sekarang dia sedang menyandarkan kepalanya pada dada gua. 

I can hear her heart beats, i can hear she's breathing, i can feel anything about her when there's no distance between us like this.

Apa sih yang gua pikirin sekarang? ketika akhirnya gua memberanikan diri untuk mengarahkan badan gua dan badan dia ke samping kanan, sehingga sekarang gua bisa memeluk dia dari belakang. 

Gua bisa merasakan kehangatan badannya, menyentuh dinding permukaan kulit gua. 

"Boleh gak kalau kalau aku meluk kamu dari belakang?"

Nina menjawab pertanyaan gua hanya dengan ber-hu-um.

Dia mengucapkan kata-kata yang gua gak begitu tahu apa, tapi gua begitu menikmatinya. 

"Apa?" gua berbisik juga, mencoba membuat Nina memperjelas kata-katanya.

"You're so special." bisik Nina

"Beneran?" tanya gua sambil bergerak-gerak nakal, membuat tubuh gua bergesekkan dengan tubuhnya. 

"May I say something?" Nina mencoba mematahkan argumen gua.

"Just, go ahead."

Gua salah ngomong gak sih tadi? Maksud gua kan go ahead untuk bisik-bisik kata-kata romantis lagi, kok Nina sekarang malah meraba-raba dada gua, dan memutar tubuhnya sehingga sekarang posisi gua dibuat membelakangi dia sehingga ia bisa mencium-ciumi tengkuk leher gua.

Nina semakin intens bermain-main dengan bibir dan lidahnya di tengkuk leher gua, sesekali gua mendesah dengan spontan. Mencoba menciptakan erangan-erangan berbisik dari mulut gua, tetapi jari telunjuk Nina kemudian mencoba menghalangi sumber suara tersebut.

"Psst, kamu diem aja gak usah berisik."

Gua mengikuti apa kata-kata Nina aja deh.

Her wish is my command

Jadinya sekarang gua benar-benar menikmati permainan Nina di balik tengkuk leher gua. Tanpa banyak bicara, tanpa banyak gerak. Gua membiarkan Nina melakukan apa yang menurutnya harus dia lakukan aja, gak perlu banyak komentar deh gua daripada dia ilfeel terus jadinya berhenti.

What should i do next?

relationSLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang