cycle four

20.7K 258 3
                                        

Gua hanya bisa mengangguk, tanpa langsung bertanya balik sama si cewek itu.

The way her long hair falls. The way she pull her lips and make some smile, stunned me.

Saat ini kita berdua masih saling berhadapan, saling menggerak-gerakkan badan kami kesana kemari. Gua dapat melihat jelas dia memakai blus rajutan warna broken white, di dalamnya gua juga bisa melihat tank top biru muda yang senada dengan warna jeans-nya. 

Selera pakaian yang baik, gak too much and pleasing my eyes

Oh ya, satu lagi, gladiator sandal yang dia pakai bener-bener ngasih nilai plus banget di mata gua. 

Don't ask me why i knew those type of sandals. Gue lupa kasih tau kalau kantor tempat bunda bekerja adalah ShoppeIt, salah satu fashion retail terkemuka.

"Kamu juga sendirian? Dari mana?" 

Mudah-mudahan gak basi deh gua baru nanya sekarang.

Dia masih joget-joget di depan gua sekarang, membuat gua gak begitu jelas mendengar jawaban dari dia.

"Apa?????" gue berteriak keras sambil mendekatkan mulut gue di telinganya.

Sekarang giliran dia yang mendekatkan mulutnya ke telinga gua. 

"Aku dari jakarta sendirian, soalnya emang ada teman yang tinggal di dekat sini."

Gua kembali mendekatkan mulut gua ke telinganya sambil terus bergerak sesuai irama lagu. "Sama aku juga. By the way, aku Hervan. Kamu?"

Lagi-lagi cewek ini gak mendekatkan mulutnya ke telinga gua, menyebabkan gua selalu mengalami gangguan pendengaran sesaat. 

"Siapa? Lina?"

"Bukan! Aku Nina!" kata cewek stunning itu sambil tersenyum.

Gua membalasnya tersenyum. 

Kita berdua kembali joget-joget dan masih berhadapan. 

Now i tell you this, she's gone wildDefinitely, so wild

Dia meliuk-liukkan badannya di sebelah gua seakan-akan gua ini tiang, dan dia pole dancer-nya. 

I don't believe this, she put her hands on my shoulder and keep dancing like she want to bite me!

Gua merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak berasal dari dalam tubuh gua. 

Kalau lu udah cukup umur, lu tau deh apaan. 

She makes me crazy.

Rasanya gua pengen nampar-nampar pipi gua sendiri, pengen nyadarin diri gua apakah ini mimpi atau enggak. 

Kalau ada cewek berambut panjang, berkulit sawo matang yang super eksotis, dan dia seducing lo sambil meliuk-liuk di hadapan lo dengan tangan yang dia kalungin di pundak lo. Kalau lo cowok, dan lo gak turn on, hati-hati deh, kemungkinan besar asumsi gua, lo tidak memiliki ketertarikan seksual pada lawan jenis. 

Dengan refleks, gua memegang pinggulnya yang membuatnya semakin meliuk-liuk ganas di hadapan gua. 

So, i guess this is the green light for me. Correct me if i'm wrong

Sekarang, secara tiba-tiba ia melepaskan tangannya yang membuat gua dengan spontan melepaskan tangan gua. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya!"

Sebelum dia pergi, otak gua langsung berpikir cara cepat supaya dia gak pergi begitu aja dari hadapan gua. "Boleh aku temenin?"

Dia gak ngomong apapun. Cewek itu langsung memegang tangan gua dan menyeret gua dengan berjalan lebih dulu beberapa langkah didepan gua. Kita melewati lautan manusia di dalam dance floor itu dengan sangat amat hati-hati. Sambil jalan, gua meletakkan gelas kosong bekas minuman gua tadi secara asal di meja yang tersedia di belakang dance floor. 

Nina dan gua sekarang udah berada di depan kamar mandi, dia memberikan isyarat kepada gua untuk masuk ke dalam kamar mandi sebentar, sedangkan gua setidaknya gak bengong menunggu dia di depan kamar mandi. Gua rasanya mau loncat-loncat, senyum-senyum sendiri mulu, semoga gua gak gila deh ya. Tapi kayaknya gua gila deh. 

Gila karena cinta. 

"Lama ya nunggunya?"

Tiba tiba Nina meraih tangan gua dari belakang, dan menyeret gua ke arah bar yang berada jauh dari toilet. 

Gua sih cuma senyum-senyum aja, ngelihat dia super excited kayak gini, jadi gua juga gak perlu berpikiran beberapa hal yang ga penting, contohnya seperti apakah dia merasa gua kemudaan buat dia, atau lain-lainnya lah. 

Nina menunjuk gambar segelas minuman dalam menu beverages yang ada di pinggiran meja bar, dan gua yang merasa gak malu kalau gak pesan apa-apa, gua ikut-ikutan menunjuk segelas minuman berwarna ungu dan mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dari dalam dompet gua yang kemudian gua serahkan sama mas-mas bartender itu.

"Umur kamu berapa?" Nina bertanya ke gua dengan sedikit berteriak.

"Tahun ini tujuh belas, kamu?"

"Belum cukup umur loh kamu, disini!" kata Nina sambil tertawa, anying, senyumnya coy! 

"So, i'm with berondong now? Four years younger than me."

"Kuliah ngambil apa?" duh, please Van. Gak ada pertanyaan yang lebih menarik lagi, apa?

"Fashion design." 

Keliatan sih, selera bajunya bagus. 

"So, i guess you still in high school?" Nina bertanya ke gua sambil mengambil minuman dia dari tangan bartender, dan juga minuman gua tentunya, lalu menyerahkan itu ke gua. 

"SMA mana? IPA atau IPS?"

Gua menyesap perlahan minuman berwarna keunguan yang sekarang ada di tangan gua, lalu menjawab pertanyaan Nina. "IPS. Harapan Nusa."

"Those international school? Bagus kan itu."

Gua cuma bisa ketawa.

"So, when our glass is empty, are you have spare time to accompany me to grab some food?"

Gua mengangguk. "Apa mau taruhan? Siapa yang paling lama ngabisin minumannya, nraktir makan?"

"Great idea!"

Kami menghitung dari satu sampai tiga, lalu saling berburu dengan waktu menghabiskan segelas minuman. Ya, walaupun minuman yang gua pesan ini Cranberry Lemon, tetep aja ada kandungan rum dan tiga botol smirnoff di dalamnya. 

So, ketebak dong berapa kandungan alkoholnya. Selain rasanya pahit, ya walaupun tetep asem-asem enak, gua juga punya pride lah sebagai cowok, gak mau untuk dibayarin sama cewek. 

Jadinya gua mengalah dan Nina terlihat senang sekali menghabiskan minumannya yang notabene gak ada kandungan alkohol sama sekali. 

Gua memutuskan untuk menyisakan minuman gua, karena abis ini kan gua bawa mobil, dan sebelum ini juga udah minum those daquiri shit before

Gua gak mau aja ada something bad happen

"So, shall we?" tanya gua sambil mengulurkan tangan gua dan mengajak dia keluar dari ruangan ini. 

Gua menggenggam tangan Nina hingga gua membukakan pintu mobil etios perak yang sama persis seperti mobil gua di Jakarta. 

Kemudian, gua mengemudikan mobil dengan kecepatan yang biasa-biasa aja sambil berfikir mau ngajak Nina ke mana ya.

"So, where you want me to do a favor?" kata gua sambil sesekali mencuri-curi pandang ke gadis di sebelah gua ini. 

"It's all up to you, gorgeous."

She's flirting with me?

relationSLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang