Lagi kau buat ulah, tak ada akal di pikirmu; terlalu dangkal. Selalu kau putar kisah menjadi sebuah dongeng yang mampu membius para pemain lugu berjenis perempuan
"Tak tahu malu!" Umpatku.
Kau hanya menatap meremehkan waktunya, bagimu segala keputusan adalah sebuah cerita yang dapat kau putar menjadi remahan; omong kosong diluaran sana,
"Kau egois, kau menjijikkan! " kini aku tak dapat menahannya; dia berada diujung lidahku.
Aku bergeming, menimang sebaris kalimat terakhir kali ini. Cukup!Aku bisa dikatakan lelah, lelah dari semua tipu daya tarik bualanmu.
Dan banyak bermunculan didalam otakku yang rumit dipahami olehku sendiri, ini saatnya kutinggalkan semua menjadi sekedar kisah
Aku tak pernah serendah ini mengaharap perhatian dan tatapan matamu, memohon kau sadar akan kesilapan yang kau lakukan. Sadar semua hanya permainan yang kau jalankan,
Tuan tandukmu sudah tak seruncing di masa jayanya, lantas kau selalu menari di atas syahwatmu bergerilya mencari pemuas nafsu dan selangkangan haram yang kau sebut surga dunia sesaat.
080117
'Terinspirasi dari berita terhangat perselingkuhan pak bup*ti'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Aksara
PoetryJika ada yang tersisa dari waktu adalah kenang, maka di tiapnya terekam pula setiap jejaknya. R9