Lelaki Senja

167 15 4
                                    

Dia cinta pertama kalinya di hidupku yang tanpa batas memberikan kehidupan melalui setiap tetes keringatnya, Kasih sayangnya tanpa pamrih.

Ada kalanya kuteringat sayup-sayup terdengar suara adzan dan iqomatnya mengalun saat lampau lelaki senjaku menyambut kedatangan 'ku di dunia.

Penuh binar kebahagiaan di matanya, tak henti pula berbagai dedoa selalu dia panjatkan. Bagai embun pagi hari yang sejuk kedua tangannya menimangku berteman hangat mentari setiap pagi.

Dia tak henti menatap dunia kala hangat sang mentari belum genap berada di tahtanya. Seolah waktu yang ada akan cepat berlalu.

Dijalaninya sepanjang hari tanpa lelah dengan ikhlas seakan tak ada yang dapat bisa di lalui; menjadi penghalang semangat kehidupan.

Pernah suatu waktu aku melihat tatapan kekecewaan di matanya, saat itu yang kulakukan hanya menunduk dan menangisi kebodohanku. Demi apapun akan ku bayar untuk kebahagiaan itu kembali.

Dan tak akan bisa kubayangkan bagaimana saat itu lelaki senjaku tak memeluk dan menuntun jalan kala 'ku terjatuh penuh luka. Sungguh aku takkan pernah bisa membayangkan seandainya dia tak ada di sisiku.

Harapanku Tuhan ...
berikan aku waktu di dunia fana ini jikalau pun hanya sejenak 'ku berpijak,
maka berilah sedikit waktu-Mu itu untuk memberikan kebahagiaan padanya

Tak ada yang sepadan mungkin di antara apa yang sudah dia berikan di kehidupan ku. Namun setidaknya 'aamiini' niatku, agar bukan hanya sekedar impian belaka.

Rabu, 080217

Jejak AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang