Part 7

195 19 0
                                    


Part 7

".... Tidak mungkin untuk operasi, resikonya terlalu besar..."

"....Ker tidak akan suka ini..."

"... Kan dosis obat. Hanya itu jalan satu-satunya untuk sementara..."

***

Rheina terbangun, dia seperti bermimpi orang-orang berbicara tentang operasi dan dosis obat.

"Kau sudah bangun?"

Rheina berpaling ke arah suara. Dia melihat Luciel duduk di sebelahnya dengan wajah khawatir. "Apa yang terjadi denganku?"

Rheina mencoba bangun dari tempat tidur, Luciel membantunya duduk dengan hati-hati. Dia merasa kepalanya berputar-putar, tanpa sadar menggenggam erat lengan Luciel.

"Apa yang terjadi?" tanya Luciel panik.

"Ti-tidak apa-apa," jawab Rheina. "Kepalaku hanya pusing. Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja," jawab Luciel. "Kau sendiri yang babak belur hingga pingsan selama 3 hari."

"Tiga hari?!!" seru Rheina. "Bagaimana dengan misinya? Apa Joker marah?"

"Semuanya aman terkendali," kata Luciel menenangkan. "Aku sudah melapor ke Joker tentang apa yang terjadi. Misi kita berhasil jadi kau tidak perlu cemas, Joker senang dengan hasilnya. Kita semua justru mengkhawatirkan dirimu."

"Aku? Kenapa?" tanya Rheina bingung.

"Yah..." Luciel menggaruk belakang kepalanya. "Meski kata Lily kau sudah terbiasa dengan racun, tapi tetap saja ada batasan untuk tubuhmu. Professor masih menganalisa kandungan obat yang kau minum. Selain Methanol, mereka kesulitan untuk mengidentifikasi apa lagi bahan yang mereka gunakan. Apakah membahayakan tubuhmu atau tidak. Mereka... aku sangat khawatir tubuhmu tidak bisa melawan."

"Kau... khawatir padaku?" tanya Rheina tak percaya. "Kenapa?"

"Tentu saja aku khawatir. Kita adalah partner kerja. Meski pun kau bilang kau bisa menjaga dirimu sendiri dan berjanji akan melindungiku, tetap saja aku tidak ingin kau membahayakan dirimu. Aku akan sedih jika sesuatu terjadi kepadamu," ucap Luciel. Detik berikutnya wajahnya langsung berubah merah. "A-ah... tentu saja Lily adn Joker akan membunuhku jika sesuatu terjadi padamu karena melindungiku."

Mau tak mau wajah Rheina ikut bersemu merah, "Te-terima kasih..." dia menatap Luciel sejenak. Seandainya aku dan dia bisa tetap berdua selamanya, bisik Rheina dalam hati.

"Luciel," Joker muncul di depan pintu dengan wajah dingin datar khasnya. Panggilan tersebut mengembalikan Rheina ke kenyataan.

"Ya? Apakah ada misi baru?" tanya Luciel patuh.

Joker mendekat, dia segera duduk di sebelah tempat tidur sambil mengusap lembut kepala Rheina. "Aku akan mengabulkan permintaanmu,"

"Permintaan yang mana?" tanay Luciel dengan mata berbinar-binar.

"Aku akan memberimu rumah dan peralatan keamanan yang kau minta sebagai hadiah atas keberhasilanmu," jawab Joker. "Tapi Vanderwood akan tetap datang untuk mengecek pekerjaanmu. Apa kau setuju?"

"Aku setuju!!" jawab Luciel cepat. "Terima kasih Joker."

"Selamat Luciel," Rheina memaksakan diri untuk tersenyum.

"Buatlah daftar alat yang kau butuhkan sesegera mungkin. Aku akan membelikannya nanti sore," perintah Joker.

"Aku akan buat sekarang!" seru Luciel bersemangat, "Sampai nanti Rheina."

(Mystic Messenger) - LYCORIS (Don't Mind Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang