Part 11

176 16 0
                                    

Part 11

Satu tahun terasa lambat bagi Rheina. Dia tidak terlalu berkonsentrasi dalam bekerja sehingga beberapa kali Lily harus memberinya peringatan. Meskipun Rheina pulang dalam keadaan hidup, selalu saja ada bagian dari tubuhnya yang terluka atau tertembak. Misi singkat ini menjadi misi yang riskan di sela misi penyamaran sebagai siswa Ouri Gakuen. Akan sangat mencurigakan jika setiap minggu ada luka baru yang di perban di tubuh Rheina.

"Siswa lain mulai curiga kau mengidap kelainan jiwa Rheina," gerutu Lily sambil memperbaiki perban di lengan kanan. "Kau harus lebih berhati-hati untuk misi besok. Aku tidak bisa terus berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi padamu. Joker bisa marah besar."

Rheina memandang jendela sekolah dengan tatapan kosong, "Biar saja dia marah. Toh semua pekerjaanku selesai."

Lily menghela nafas berat. Percuma saja berdebat jika suasana hati Rheina sedang buruk. "Apa perlu aku menghubungi Vanderwood untuk menanyakan kabar Luciel?"

Rheina langsung menatap Lily marah, "Kau ingin aku membunuhmu sekarang juga?" tantangnya marah. "Aku tidak butuh Vanderwood untuk mengetahui kabar Luciel. Aku tahu dia masih hidup di Korea. Aku tidak ingin mengetahui yang lain,"

Lily kembali menghela nafas sambil menggeleng, "Aku sudah selesai membalut lukamu. Kembalilah ke kelas. Disini aku berperan sebagai dokter klinik dan kau adalah siswa sekolah ini."

Wajah Rheina berubah cemberut, "Baiklah sensei," dia kembali memakai cardigan seragamnya. Saat itulah dari bawah halaman, dia melihat laki-laki berambut merah memasuki gerbang sekolah.

Luciel! Dengan cepat Rheina berlari keluar klinik dan menuruni tangga dengan cepat menuju pintu gerbang sekolah. Wajahnya menunjukkan kegembiraan yang meluap-luap. Jika ini mimpi dia tidak ingin bangun. Luciel datang kesini! Teriaknya senang dalam hati.

"Kyaaaaa!!!"

Rheina menabrak seseorang hingga hampir terjatuh. Beruntung tubuhnya ditarik ke pelukan orang tersebut dengan cepat.

"Te-terima kasih," ucap Rheina sambil menengadah untuk melihat siapa penolongnya. Deg! Seketika mimpi indahnya hancur. "Sei... chan... apa yang kau lakukan disini?"

"Aku dengar kau sedang berada disini, jadi aku menyempatkan diri untuk berkunjung," ucap Sei. Dari balik punggungnya terlihat Mika tersenyum ramah.

Bukan Luciel... bukan Luciel... kenyataan tersebut menghantam kepala Rheina. Tanpa sadar air matanya tumpah.

"Rhe-Rheina?! Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?" tanya Sei panik.

Rheina tak menjawab melainkan membenamkan diri dipelukan Sei. Bukan Luciel, bukan Luciel, bukan Luciel, ulang Rheina di dalam hati.

Sei membawa Rheina ke dalam mobil van putih yang terparkir di belakang halaman sekolah. Dia tidak tahu apa yang terjadi dan meminta bantuan Mika untuk bertanya ke Lily sementara dia berusaha menenangkan Rheina.

"Kita hanya berdua disini," ucap Sei. "Kau mau menceritakannya kepadaku?"

Rheina kembali menggeleng, dia masih belum melepas dekapannya. Air matanya masih belum bisa berhenti.

Sei menggaruk belakang kepalanya dengan bingung. "Hikari-chan, jika kau tetap diam seperti ini, Kai dan Ken pasti akan tertawa puas mengejekku karena mengira aku mulai bermain-main dengan wanita lain."

Rheina tetap tak bergeming. Dia tetap membenamkan kepalanya di pelukan Sei.

"Apa ini karena laki-laki berambut merah bernama Luciel?" selidik Sei.

(Mystic Messenger) - LYCORIS (Don't Mind Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang