Part 22

165 16 0
                                    


Part 22

Rheina membuka mata perlahan, semuanya masih terlihat kabur. Hidungnya mencium aroma wangi bunga dan bau obat-obatan. Bukan di ruang perawatan, pikir Rheina.

"Syukurlah kau akhirnya sadar,"

Rheina mendengar nada lega dan khawatir pada suara yang sudah sering ia dengar di earphone. "Lily... apa yang terjadi?"

Rheina menggerakkan leher mencari sumber suara. Samar-samar dia bisa melihat seorang wanita duduk di sebelahnya. Matanya masih sulit untuk fokus dan semuanya masih terlihat kabur. Dia bisa melihat Lily bersama degan seseorang.

"Siapa?" tanya Rheina lirih.

"Vanderwood datang mengunjungimu," Lily menjawab seperti apa yang dimaksud. "Aku baru saja memberinya berkas putih. Sekarang mereka bertiga aman,"

"Baguslah kalau begitu," bisik Rheina. Saat itulah kepalanya berdenyut-denyut. Dia merintih kesakitan. Lily dan Vanderwood berusaha menenangkannya sampai dokter tiba tapi tak berhasil. Tubuhnya meronta-ronta karena sakit kepalanya seperti menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia butuh professor untuk mengobatinya sekarang. Tidak ada dokter biasa yang mampu menyembuhkan rasa sakitnya kecuali professor.

Dokter datang memberikan obat penenang. Butuh tambahan dosis normal agar Rheina tenang kembali dan tertidur.

"Maaf bu, tentang nona Yona. Apakah dia pernah mendapatkan rehabilitasi sebelumnya?" tanya Dokter kepada Lily. "Saya membaca hasil cek darah. Banyak sekali kandungan obat-obatan ilegal. Bahkan ada beberapa yang seperti baru dikonsumsi beberapa hari terakhir ini."

Lily memasang wajah cemas, "Oh. Maafkan anak saya dokter. Yona adalah mahasiswi jurusan farmasi. Mencoba berbagai obat memang menjadi salah satu latihannya untuk mengetahui berbagai jenis kegunaan obat-obatan. Tapi saya tidak pernah tahu apa yang dia coba. Dia melarang saya untuk masuk ke kamar pribadinya."

"Apakah anda mengijinkan saya untuk melakukan terapi obat-obatan kepada putri anda? Saya takut nyawanya berada dalam bahaya." Pinta dokter.

"Tentu dokter. Terima kasih atas pertolongan anda," jawab Lily pura-pura merasa lega.

Setelah mengecek denyut nadi Rheina, Dokter dan suster segera keluar dari kamar.

"Kalau dokter itu tahu kalau Yona Kim dan ibunya Kim Tae Hee adalah nama palsu, pasti dia akan langsung melapor polisi," komentar Vanderwood. "Apa kau akan membiarkan dokter itu memeriksa Rheina?"

Lily menatap Rheina yang tertidur tenang, "Aku harus membawa Rheina menemui professor tapi sepertinya tidak mungkin. Tubuh Rheina terlalu lemah sekarang. Obat milik professor masih perlu beberapa waktu untuk memberikan hasil," Lily mengeluarkan kotak cokelat berisi berbagai obat-obatan. "Aku hanya butuh tempat sementara untuk mengobati luka di tubuhnya dan membiarkan dia beristirahat sejenak. Peluru Shadow mengacaukan kinerja otak Rheina. Obat disini tidak akan berguna karena dosisnya lebih kecil dari obat milik professor."

"Omong-omong, bagaimana dengan nasib kalian setelah ini? Luciel hari ini keluar dari rumah sakit. Saeran masih tetap akan berada disini untuk perawatan. Apa tidak sebaiknya dia menemui Rheina? Paling tidak dia harus tahu apa yang sudah Rheina lakukan untuk menyelamatkan dirinya," usul Vanderwood. "Aku bisa membawanya kesini jika kau mengijinkannya."

Lily membelai lembut wajah tenang Rheina, "Aku serahkan kepada Rheina untuk masalah itu,"

Rheina menggeliat, wajahnya terlihat resah dan mulutnya bergumam lirih tak bersuara. Lily menggenggam tangan kiri Rheina dengan lembut dan mengusap-usap telapak tangannya. Beberapa saat kemudian wajah Rheina kembali tenang.

(Mystic Messenger) - LYCORIS (Don't Mind Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang