Part 20
Rheina memakir mobilnya masuk ke semak-semak hutan. Dari kejauhan dia bisa melihat atap kayu hitam sebuah pondok berburu. Setengah jam yang lalu mobil Luciel berhenti di sekitar area ini, kemungkinan Luciel akan bersembunyi di pondok tersebut sangat besar. Sekarang dia harus mencari cara untuk menemui Vanderwood di pintu belakang. Mary pasti memakai sistem satelit untuk melacak Luciel dan yang lainnya. Dan tidak menutup kemungkinan sekarang dia juga masuk ke daftar pencariannya. Rheina mengecek isi bagasi di kursi penumpang belakang, beruntung dia masih menyimpan payung sensor sehingga satelit tidak bisa mendeteksi keberadaannya.
Hawa dingin langsung menyerang tubuhnya, bulan purnama sedang bersinar terang di atas langit. Rheina melirik jam, jam dua pagi, sesuai janji yang sudah dia dan Vanderwood buat. Dia sengaja berjalan memutar, meminimalisir kalau-kalau Luciel memasang kamera di pintu depan. Saat mendekati pintu belakang pondok, Rhein menunggu di balik pohon sampai Vandewood muncul.
"Seharusnya aku memakai sweater suhu," Rheina melirik penampilannya. Rok pendek hitamnya compang camping, di lengan kanan ada balutan perban yang masih merah. Bajunya kotor karena tanah saat menyergap pasukan elit. Lebih mirip gelandangan daripada seorang pembunuh bayaran.
Tak lama kemudian, Vanderwood membuka pintu belakang. Dia langsung menutup pintu dan mulai mencari. Rheina segera berjalan cepat dan berusaha tidak menimbulkan suara.
"Apa ada orang yang mengikutimu?" tanya Vanderwood.
"Lily," bisik Rheina. "Mereka tidak akan mengejar kalian untuk sementara waktu. Apa rencana kalian sekarang?"
"Luciel masih sibuk mengecek sistem agensi, mencari celah agar tidak ada yang mencari kami," Vanderwood melirik lengan kanan Rheina. "Kenapa dengan lengan kananmu?"
Reflek Rheina langsung melirik lengan kanannya, dia meraba perban di lengan tersebut secara perlahan. Dia masih bisa merasakan denyutan nyeri di balik perban tersebut. Shadow sepertinya memasukan sesuatu ke peluru tersebut karena lukanya tidak juga mengering meskipun Rheina sudah memakai healer kilatnya ditambah lagi tubuhnya sempat lemas tak bertenaga. Pusing di kepalanya juga tak kunjung reda.
"Ini hanya luka kecil, kau tidak perlu khawatir," jawab Rheina menenangkan. "Aku akan mengawasi kalian sampai di tempat aman,"
Vanderwood mengeluarkan berkas yang dia dapat saat Luciel menawarkan identitas baru tadi siang, "Dia memberiku ini sebagai identitas baruku. Aku juga mengambil berkas milik Luciel dan Saeran."
Rheina membuka berkas tersebut dan membacanya, "Jika Mary mengetahui soal ini, dia akan dengan mudah mengubahnya. Aku akan membawa ini dan mengganti data di berkas putih sesuai data disini. Akan butuh sedikit waktu karena sekarang aku juga masuk ke daftar pencarian. Tapi Lily akan mengurusnya untukku,"
Vanderwood terlihat terkejut tapi dia kembali mengubah raut wajahnya, "Jadi apakah Joker juga berniat membunuhmu juga?"
"Dia tidak akan membunuhku. Tapi dia akan membuat keadaanku lebih mengerikan daripada kematian," Rheina terkekeh. "Yang dia inginkan adalah membunuh Luciel. Karena itu aku tidak boleh lengah sampai memastikan kalian berempat aman. Kapan kalian akan bergerak?"
Vanderwood melirik ke arah pondok, "Jika Luciel sudah selesai mengecek sistem keamanan, kami akan berangkat jam delapan pagi ketika sistem down untuk sementara waktu. Setelah itu bersembunyi sementara waktu di utara,"
Rheina berpikir sejenak, "Tidak, kembalilah ke rumah Luciel. Disana tempat yang paling aman untuk kalian saat ini,"
"Eh?!" kali ini Vanderwood benar-benar terkejut. "Joker akan benar-benar membunuh kami semua kalau kembali kesana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mystic Messenger) - LYCORIS (Don't Mind Me)
FanficLuciel dan vanderwood mungkin bisa lepas dari jeratan agensi dengan mudah meskipun dia berhasil menghack database mereka dan menyebarkannya ke internet. Tapi, tidakkah kalian berpikir, mungkin saja ada orang yang berusaha keras untuk memastikan Luci...