Bersama setiap kenangan,
Aku mencoba melupakan tentangmu.
Semua tentang kita...###
Mentari masuk menembus jendela kamar Vanya pagi itu. Pagi yang selalu sama dan takan pernah sama lagi.
Ia tinggal seorang diri di apartemen kecil yang ia sewa selama hampir 6 bulan terakhir. Ia hanya tinggal sendiri di sana. Tanpa teman, tanpa pacar, tanpa...
Keluarga
Perlahan mata gadis itu terbuka menyesuaikan cahaya yang ada di kamarnya.
Apartemen itu kecil dan cukup untuk dirinya sendiri. Terdapat satu kamar tidur, ruang tv yang merangkap sebagai ruang tamu, dapur minimalis dan sebuah kamar mandi.
Vanya turun dari kasurnya, berjalan keluar dari kamar dan langsung menuju dapur. Membuka kulkas kemudian meneguk habis air dalam botol yang kini ia taruh di pantry begitu saja setelah isinya telah habis.
Vanya duduk di sofa depan tv, memutarnya dan membiarkan tv itu begitu saja sementara ia berjalan kearah jendela kaca yang cukup untuk melihat suasana kota New York pagi itu. Seulas senyum tergambar diwajah cantiknya. Namun tak lama raut wajah itu berubah sendu dan sedih. Senyum itupun hilang dan berganti wajah dingin tanpa ekspresi. Dari sorot matanya, terlihat jelas luka dan kesedihan yang tertahan.
20 menit berlalu dan kini gadis itu telah selesai mandi juga sudah memakai pakaiannya. Kembali kedepan tv ia mengutak-atik sekilas channel tv-nya lalu mematikannya kembali karena di rasa tak ada acara yang menarik.
Ia pun mengambil mantel tebal berwarna hitam dan keluar untuk berjalan jalan sambil mencari lowongan kerja.
Dulu, Vanya memiliki keluarga yang sangat bahagia. Ia hidup bersama kedua orang tuanya di daerah Manhattan . Mereka sangat menyayanginya karena ia adalah putri tunggal. Hidup keluarganya juga dapat dikatakan cukup sukses. Ayahnya yang telah pensiun membuka beberapa usaha kecil rumahan untuk kelangsungan hidup mereka, dan sang ibu yang sangat menyukai bunga memilih untuk berbisnis di bidang itu. Dan Vanya sering membantu sang ibu.
Sayangnya, semua itu direnggut secara tiba tiba oleh gadis itu 6 bulan lalu. Kejadian yang merubah hidupnya 180 derajat. Peristiwa yang membuat ia menjadi Vanya yang murung dan pendiam seperti sekarang ini.
Gadis itu tersadar dari lamunannya saat ia tidak sengaja menabrak seorang pria.
"Sorry"
Pria itu hanya menatap Vanya yang langsung pergi setelah menumpahkan kopinya.
Setelah hampir satu jam ia berjalan-jalan di pusat kota, ia menemukan sebuah lowongan kerja di suatu toko buku yang sedang membutuhkan seorang karyawati.
Vanya pun masuk dan bertanya pada seorang wanita yang setelah diperhatikan, ia yakin itu adalah pekerja ditoko buku itu.
"Excuesme..." sapa Vanya, membuat wanita itu berhenti dari aktivitasnya yang sedang merapihkan rak buku.
Wanita itu menatap Vanya dengan tatapan lembut dan bertanya, "Ya? Ada yang bisa saya bantu?"
"Didepan tertuli kalau disini butuh pegawai, jadi saya..."
Wanita itu tersenyum ramah mendengar pernyataan Vanya. Ia mengerti kalau gadis yang mengajaknya bicara saat ini sedang ingin melamar pekerjaan.
"Anda benar ingin bekerja disini?"
Tanya wanita itu dengan senyuman dan Vanya hanya mengangguk tanpa ekspresi.
"Baiklah, jika benar ingin bekerja, kamu bisa mulai sekarang jika tidak keberatan. Karena sebenarnya saya kewalahan merapihkan semua buku-buku ini seorang diri setiap pagi".
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You, Just You ✔
RomanceSebelum baca, akan lebih baik jika di follow dulu untuk memudahkan kalian. Karena akan ada part - part yang aku private secara acak. - Stevan Zaerd Charlie seorang CEO muda yang tampan dan sangat dingin terhadap wanita. Menanggung sendiri beban di h...