PART 10

6.5K 335 5
                                    

Authoor POV

Vanya bangun dari tidurnya. Ia tidak dapat tidur nyenyak karena seharian hanya bersantai di kamar Stevan. Sekarangpun waktu sudah menunjukan pukul 05:00am. Vanya berinisiatif untuk membuatkan sarapan bagi dirinya dan Stevan.

Saat ia ke dapur, sudah ada pelayan yang kemarin membawakan sarapan untuknya. "Selamat pagi" sapa Vanya ramah. Pelayan itu terlihat kaget dengan kehadiran Vanya subuh itu.

"Selamat pagi nona. Apa yang anda butuhkan sampai datang ke dapur sepagi ini?"

"Emm, aku hanya ingin membuatkan sesuatu untuk dimakan. Aku bosan hanya berbaring di kamar"

"Tidak perlu nona. Anda cukup mengatakan saja apa yang anda inginkan, dan saya akan buatkan"

Vanya merasa tidak enak jika terus di perlakukan seolah olah dia adalah Nyonya rumah itu. Jadi dia tetap bersikeras untuk membuat sarapannya sendiri.

"Aku akan tetap membuatkan sarapanku sendiri. Kau kerjakanlah yang lain" katanya sambil melangkah mengambil tepung dan telur, serta beberapa bahan lain dari kulkas.

"Tapi nona, jika tuan muda tahu... saya bisa di pecat nona"

"Pergilah kerjakan yang lain. Stevan biar aku yang urus. Jangan khawatir, kau tidak akan kehilangan pekerjaanmu"

Pelayan itu masih saja diam di tempatnya sambil tertunduk lesu. Takut di marahi jika nanti tuan mudanya itu mengetahui mereka membiarkan wanitanya bekerja di dapur. Ya, ini adalah pertama kalinya Stevan membawa seorang wanita kerumah dan membiarkan wanita itu menginap. Apa lagi namanya kalo wanita ini bukan 'wanitanya'.

"Pergilah. Tidak usah khawatir" Vanya berusaha meyakinkan pelayan itu dengan senyum ramahnya. Dan itu berhasil! Pelayan tersebut akhirnya pergi setelah melihat senyum Vanya yang sangat ramah itu.

Setelah melihat taman bunga di balkon Stevan sore kemarin, Vanya mulai tersenyum kembali. Dan pagi ini adalah kedua kalinya ia tersenyum dengan sadarnya.

Vanya berniat membuat pancake coklat favoritnya. Setelah semua bahan terkumpul, ia mulai mencampurkan satu per satu bahannya. Dengan lihai Vanya membuat pancake yang kini sudah tersaji di dua piring. Dengan taburan cokelat dan susu serta parutan keju, sungguh menggugah seleranya pagi itu. Kali ini ia sengaja menambahkan keju dan susu karena ia pikir, akan lebih nikmat, mengingat ia tidak tahu selera Stevan, berharap Stevan akan menyukai pancake buatannya ini.

"Apa yang kau lakukan?"

Vanya terkejut saat mendengar suara Stevan tepat di telinganya. Ia terlalu fokus dengan pekerjaannya sampai ia tidak menyadari kehadiran Stevan.

"Kau membuatku terkejut" gerutunya berusaha menjauh.

"Aku bertanya. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Makanlah" Vanya mengambil duduk di kursi hitam dan mendorong sepiring pancake buatannya pada Stevan.

"Ini buatanku sendiri. Sengaja aku buatkan sebagai terima kasih karena kau sudah menenangkanku malam itu" pikiran Vanya mengingatkannya pada malam di mana ia menangis dan Stevanlah yang menenangkannya.

Sadar maksud Vanya, Stevan mengambil duduk di sampingnya, menarik piring tersebut dan mencobanya tanpa basa-basi.

Vanya berusaha menerka ekspresi Stevan saat mencoba masakannya.

Datar. Tidak ada ekspresi apapun yang terselip di wajahnya. Apa ini? Batin Vanya. Mengapa wajahnya sangat datar? Apa tidak enak? Batin Vanya lagi dengan perasaan cemas.

"Makanlah bagianmu. Jika tidak aku yang akan menghabiskannya"

Kata-kata Stevan membuatnya berhenti mengamati wajah pria itu. Vanya mengerti jika itu berarti pancake buatannya enak dan Stevan menyukainya. Ia pun langsung melahap sarapannya dengan senyum manis yang mengembang di wajahnya.

I Want You, Just You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang