PART 13

6K 318 1
                                    

Vanya POV

"Kami akan kembali lagi nanti Dad. Jaga kesehatan yah"

Aku tersenyum pada Mr. Charlie setelah Stevan berpamitan. "Kemarilah, nak" panggil Mr. Charlie dengan suaranya yang teduh.

Aku melangkah mendekati Mr. Charlie. Beliau memelukku dengan lembut. Mengingatkanku pada sosok Daddy.

Mataku berkaca-kaca teringat pada mereka. Setelah seminggu ini aku cukup tenang karena tidak teringat pada lukaku sebelumnya. Dan pelukan Mr. Charlie sungguh membuat kerinduanku pada sosok Daddy yang hangat kembali mencuat ke permukaan.

"Hei mengapa kau menangis"

Aku menghapus air mataku yang ternyata tak tertahan. Dengan senyum aku menggeleng padanya. Tak ada kata yang dapat ku urai untuk pertanyaan Mr. Charlie.

"Terima kasih karena sudah menemani Stevan"

Aku rasa wajahku memerah saat ini karena perkataan Mr. Cahrlie.

Apa maksudnya menemani Stevan? Dan.. oh mengapa lelaki itu malah tersenyum sekarang. Sungguh situasi yang tidak aku harapkan.

Tapi mungkin ada satu hal yang bisa aku harapkan saat ini. Senyumannya...

"Sudah Daddy, kami pamit sekarang" Stevan menarik tanganku dan kami benar-benar keluar dari ruangan Mr. Charlie sekarang.

"Mengapa pipimu memerah saat Daddy berkata seperti tadi?" tanya Stevan sambil menyalakan mesin mobil.

"Apa maksudmu? Si.. siapa yang memerah" sial! Bahkan sekarang aku di buat terbata-bata oleh anaknya. Mereka memang Ayah dan Anak yang kompak!

Stevan yang melihat ekspresiku tersenyum lebar di balik kemudi. Tepat di sampingku. Seperti burung beo, aku malah ikut tersenyum melihat senyumannya saat ini.

Mobil terus melaju. Suara mesin Lamborgini yang di kendarai Stevan saat ini memecah keheningan di antara kami.

Aku merasa kantuk hebat menyerang, memaksa agar terlelap dalam tidurku. Di tambah keheningan yang tercipta saat ini, rasanya komplit untuk membuatku tidur.

---

Sayup-sayup aku mendengar deburan ombak. Aroma laut yang khas memasuki indra penciumanku, memaksa mataku terbuka dan mendapati pemandangan indah di hadapanku saat ini.

Langit yang bertaburan warna jingga berpadu dengan sang mentari yang perlahan menghilang di balik hamparan laut lepas tiada ujung itu, memberi ketenangan bagi siapa saja yang menikmati keindahan alam seperti saat ini. Senyumkupun tak mampu tertahan.

"Kau sudah bangun?"

Aku tersadar dari lamunanku saat menyadari saat ini diriku sedang berada dalam gendongan Stevan.

Kami berjalan menyusuri tepi pantai dengan pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya.

"Kenapa kau menggendongku? Turunkan aku Stev"

Stevan menurunkanku dengan lembut. Kakiku terasa geli saat menginjak pasir yang basah karena deburan ombak.

"Apa kau suka?"

Aku menoleh dan mendapati Stevan sedang menatap jingga yang perlahan menggelap seiring hilangnya mentari di balik samudera.

Karena lama aku tidak menjawab, dia menoleh ke arahku. Tatapan itu...

Ada sesuatu di balik tatapannya. Aku dapat merasakannya tapi aku tidak tahu apa arti tatapan Stevan saat ini.

Aku mengangguk dan memutuskan kontak mata antara kami.

I Want You, Just You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang