Titit titit
Iqbaal terbangun dari tidurnya, dilihat nya alarm yang masih menunjukkan pukul tiga pagi. Iqbaal bangkit dari tempat tidur lalu mengambil wudhu.
Selesai shalat malam Iqbaal pergi ke kamar Raffy, anak semata wayangnya. Ia menyiapkan segala hal yang diperlukan Raffy untuk hari pertama sekolahnya.
Setelah semua siap Iqbaal beralih aktivitas untuk shalat subuh. Setelah itu ia memasak nasi goreng yang akan dibawa jagoannya ke sekolah. Lalu ia membersihkan tubuhnya.
Semua aktivitas diatas merupakan suatu rutinitas Iqbaal setiap pagi.
---
"Raffy, jagoannya daddy bangun dong sayanh," ucap Iqbaal sambil menggoyangkan tubuh Raffy pelan.
Jagoan Iqbaal merengek, "Dad, sekarang jam berapa?" Tanyanya.
"Sekarang jam setengah enam sayang, buruan mandi. Kan hari ini jagoan nya Papa sekolah."
Raffy melompat dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Iqbaal yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala.
---
Bukanlah kemauan Iqbaal untuk menjadi single parent bagi Raffy. Namun, jika ia tak kunjung menceraikan Zidny --mantan istrinya--, maka hal itu juga berdampak buruk pada Iqbaal dan juga Raffy.
Menjadi satu-satunya orang tua bagi Raffy memang sangat sulit. Namun dari suka-duka yang telah ia lalui bersama Raffy selama 5 tahun, Iqbaal belajar banyak.
'Ciiiiitttt'
Iqbaal memberhentikan mobil nya didepan pintu gerbang sekolah Raffy.
"Raffy, turun sayang."
Jagoan Iqbaal masih diam menatap kosong jendela mobil.
"Raffy gak mau turun kalau gak dianterin sama Daddy," ucap Raffy menja.
Iqbaal mengerutkan dahinya, "kok gitu?"
"Lihat dong dad, semua yang dateng ke sekolah dianter sama orang tua nya. Masa Raffy sendiri yang gak dianter?"
Iqbaal menghela nafas, ia turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Raffy.
"Yuk jagoannya Daddy," ajak Iqbaal. Raffy turun dari mobil.
Iqbaal melihat sekeliling sekolah, ini adalah hari pertama sekolah jadi masih banyak anak yang diantar orang tua nya hingga masuk kelas.
Iqbaal mengamati satu-persatu murid baru disini, hampir semua dari mereka diantar oleh Mama mereka. Iqbaal beruntung karena Raffy tak terlalu mementingkan hal itu.
Setelah sampau di sebuah kelas yang disukai oleh Raffy (ini cara gue buat milih waktu pertama kali masuk SD), Iqbaal berjongkok menatap putranya.
"Jagoannga Daddy, Daddy pulang dulu ya. Jangan nakal," Iqbaal menyodorkan tangannya yang dibalas sikap diam dari Raffy.
Raffy menatap Daddy nya, "Dad, Raffy pengennya dianter Daddy sampe kedalem!" Pintanya manja.
"Raffy, kamu kan jagoannya Daddy. Masa masuk kedalem aja gak berani? Liat tuh semuanya aja gak ada yang dianterin sampe kedalem," bujuk Iqbaal.
"Gak mau, Raffy pokoknya mau dianterin Daddy! Kalau gak nanti Raffy gak mau masuk!"
Tiba-tiba seorang perempuan ikut berjongkok disebelah Iqbaal. Iqbaal dan Raffy yang melihatnya pun terkejut.
"Halo jagoan, siapa nama kamu?" Tanya perempuan itu.
"Ra..Raffy," jawab Raffy.
"Raffy, namanya ganteng deh kaya' orangnya. Tapi, kok gak berani masuk kedalem sendirian? Katanya jagoan?" Perempuan itu menaikkan satu alisnya.
"Raffy gak mau, Raffy tetep mau sama Dad!"
Perempuan itu membisikkan sesuatu di telinga Raffy yang sama sekali Iqbaal tak tahu. Tiba-tiba Raffy tersenyum.
"Daddy, Raffy masuk dulu ya. Assalamualaikum," pamit Raffy, tak lupa ia mencium punggung tangan Iqbaal.
Iqbaal dan perempuan itu berdiri bersama, Iqbaal hendak melihat Raffy namun lengannya ditahan dengan perempuan itu.
"Maaf tuan, tapi jika tuan masih terus mengawasinya maka Raffy tak akan tumbuh besar."
Iqbaal diam, yang dikatakan perempuan itu memang benar. Tapi, siapa dia?
"Maaf lancang, apa kita sudah berkenalan?" Tanyanya.
"Ah, belum."
"Saya Stefhanie Aldava Zamora, panggil saya Steffi. Saya adalah guru di kelas ini," ucap perempuan itu memperkenalkan diri.
"Saya Iqbaal Dhiafakhri, " balas Iqbaal.
Steffi mengangguk, "baik Pak, saya masuk dulu ya karena KBM akan segera dimulai," pamit Steffi.
Steffi tersenyum sebelum ia hilang dibalik pintu.
Iqbaal ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Family❌IqbaalSteffi
FanfictionIqbaal tak pernah melihat jagoan nya seceria ini. Iqbaal tak pernah mendengar jagoan nya tertawa sekeras ini. Iqbaal tak pernah tersenyum setulus ini pada seorang wanita. Sebelum bertemu Steffi.