Sepuluh - Don't Come Near Me Again

1.9K 71 0
                                    

(Sementara ini nyeritain kehidupan masa lalu Steffi yang keulang lagi. Gapapa kan?)

Setelah semua anak benar-benar keluar dari kelas dan menjumpai orang tua mereka, Steffi dan dua orang temannya --yang juga seorang guru di kelas satu-- bersiap-siap untuk pulang.

"Steff, siapa yang nganter kamu pulang kemarin? Kaya ayahnya Raffy," ucap Nadine, teman Steffi.

Steffi tersenyum, "Iya, dia Daddy-nya Raffy."

"Kamu lagi deket sama Daddy nya Raffy? Tapi orangnya ganteng loh," kata Bella.

Steffi terkekeh, ia lalu mengalungkan tas selempang putihnya ke bahu, "Kalian itu kalau soal cowok aja cepet. Yaudah, aku dulan ya. Bye Nad,Bell."

Steffi melangkah keluar kelas menuju gerbang sekolah. Barusaja ia akan menyegat sebuah taksi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.

Steffi POV's

Dia lagi. Lelaki gila yang kemarin datang kerumah ku malam-malam. Untuk apa dia kesini? Sudahlah, itu bukan urusanku.

Aku akan melangkah pergi, namun lagi-lagi tanganku ditarik olehnya. Dia mulai mengucapkan kata-kata yang menurutku, sangat tidak penting.

"Steff, maafin aku."

Aku tetap acuh.

"Steff, aku udah putus sama Jeha."

Terus apa urusannya denganku?

"Steff, maafin aku. Sekarang kamu pulang sama aku ya."

Aku menepis tangannya yang sedari tadi ku biarkan menahan telapak tanganku. Namun aku sudah sangat muak dengan ucapan gilanya.

"Udahlah Bas, gausah temuin aku lagi," ucapku seraya menahan air mata.

"Yaudah kamu boleh gak maafin aku, tapi sekarang kamu pulang bareng aku ya."

"Enggak mau."

"Harus!"

Dia membentakku, apa masalahnya jika aku tidak ingin pulang bersama orang gila seperti dia?

"Steffi pulang bareng saya," suara berat itu, suara berat yang sangat suka aku dengar.

Aku dan lelaki bodoh ini menoleh ke sumber suara. Sudah kuduga dia akan datang! Iqbaal!

"A--anda siapa?" Tanya lelaki bodoh itu.

"Perkenalkan, nama saya Iqbaal. Saya adalah kekasih Steffi, siapa anda sehingga anda memaksa kekasih saya untuk ikut pulang dengan anda?"

Aku tersenyum karena dua hal. Pertama, kata-kata "kekasih saya" yang diucapkan Iqbaal sangat membuatku melambung. Dan kedua, kini lelaki bodoh ini hanya bisa kicep lalu melepaskan tangannya dari lenganku.

"Sayang, siap pulang?" Tanya Iqbaal tanpa ragu.

Aku mengangguk, kemudian dengan cepat ia merangkul bahu ku dan menuntunku kedalam mobil. Dia juga membukakan pintu penumpang untukku. Sungguh, hari ini aku sangatlah senang dibuatnya.

"Maaf ya aku tadi berani banget ngerangkul kamu," ucapnya dengan nada menyesal.

Aku tersenyum, "tidak apa, itu bukan masalah. Ohya, terima kasih sudah bawa aku pergi dari lelaki gila itu."

"Siapa dia?"

Aku menggeleng, "kayaknya lebih baik kita gak ngomongin dia. Dia cuma masa lalu aku yang gak seharuanya balik."

Aku menunduk, tiba-tiba tangan Iqbaal menggenggam tangaku.

"Maaf, aku gak bermaksud bikin kamu sedih."

Aku mengangkat kepala ku dan menatap-nya dalam, begitu pula sebaliknya.

"Kamu gak salah."

Tin tin!

Ah, klakson mobil di belakang sungguh mengganggu kami. Aku langsung membuang muka, berharap Iqbaal tidak tahu jika aku blushing.

Ku akui, aku suka dia.

Become A Family❌IqbaalSteffiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang