Revisi pt3
Aku tak mengerti dengan diriku sendiri, jalan yang ku ambil selalu berbeda. Aku melakukan apa yang dilarang, ah sibodoh ini
*
*
*Jungkook takut? Tentu ia takut sekarang. tak ada yang lebih menyeramkan dari kemarahan hyungnya, keringat dingin bahkan membasahi kedua telapak tangannya.
Yoongi tak melepaskan genggaman tangan mereka. Ia meremas tangan Jungkook kuat menahan amarahnya. Ia tak ingin memarahi Jungkook di tempat umum. Ia menunggu untuk meledakkan semua amarahnya ketika mereka sampaj dirumah.
Jungkook diam membisu dihadapan hyungnya yang saat ini terlihat sedang menatapnya tajam. Aura kemarahan Yoongi terasa hingga membuat Jungkook merinding. Yoongi yang hanya terdiam di tempat adalah sebuah pertanda buruk untuk Jungkook, sudah di pastikan bahwa dia akan berhenti bekerja mulai besok, penyebabnya tentu saja atas perintah Yoongi.
"Bukankah kau seharusnya belajar dirumah,mengapa kau malah bekerja hmm?" tanya Yoongi datar.
Datar,sangat datar hingga membuat Jungkook yang mendengarnya merasa sangat takut. Inilah cara Yoongi ketika ia marah besar, berbicara dengan sangat datar dan tanpa ekspresi yang menurut Jungkook sangat menakutkan. Berbeda jika Yoongi dalam keadaan cemas, Yoongi pasti akan berteriak atau membentak menunjukkan rasa takutnya. Namun jika marah maka Yoongi akan terlihat seperti iblis penjaga neraka, menyeramkan.
"Maaf hyung,"ujar Jungkook sembari menundukkan kepalanya tak berani menatap kearah Yoongi.
"Hyung tidak memintamu untuk mengatakan kata maaf, hyung ingin mendengar penjelasanmu mengapa kau bekerja," ujar yoongi memberi jeda pada kalimatnya sebelum mendekatkan tangannya kearah sang adik."dan kau harus menatap lawan bicaramu jungkook," sambungnya sembari menarik dagu jungkook agar mau menatap kearahnya.
Jungkook diam tak berkutik, bahkan untuk bernafaspun rasanya sangat sulit. Jungkook tak dapat menyusun kata kata, semua alasannya lenyap ditelan bumi suaranya bahkan tak dapat keluar walau Jungkook mencoba membuka mulutnya.
"Jawab hyung Jungkook!" titah yoongi. Jungkook yang mendengar titah itu semakin berkeringat dingin. Tangan hyungnya yang masih berada di dagunya memberi sensasi menyeramkan itu semakin bertambah.
"Maaf hyung, maaf. Jungkook...Jungkook sebenarnya tak bermaksud membantah perintah hyung untuk tidak bekerja," akhirnya Jungkook berhasil mengeluarkan suaranya.
"Lalu apa yang kau lakukan dengan seragam itu.. Dan apa yang kau lakukan disana,jungkook?"suara Yoongi mengintrupsi Jungkook yang ingin melanjutkan perkataannya.
Yoongi benar benar marah saat ini, hal yang tak ia sukai adalah ketika perintahnya di bantah dan Jungkook melakukan apa yang ia tak sukai.
Ia tak percaya ini, adiknya yang masih berusia 16 tahun yang masih dalam masa skorsnya, ia lihat sedang bekerja di sebuah cafe yang amat sangat sering ia kunjungi. Bagaimana mungkin ia tak menyadari kehadiran sang adik disana? Ia tak mempercayai hal ini, sungguh ini di luar dugaannya. Bukankah Jungkooknya adalah adik yang penurut? Kemana Jungkooknya itu?
Mereka pernah membicarakan ini sebelumnya dan Jungkook seharusnya tau bahwa Yoongi tak menyukai apa yang jungkook lakukan.
"Hyung maaf tapi aku tak bisa hanya diam dan menikmati hasil kerja keras hyung saja, aku sudah bekerja disana selama enam bulan tapi semua itu ku lakukan untuk mengurangi beban hyung. Hyung tolong mengertilah,"ujar Jungkook dengan isakan di akhir kalimatnya.
Yoongi menghapus air mata yang jatuh di kedua sisi wajah Jungkook. Hal yang selalu ia lakukan ketika jungkook menangis. Luluh? Tentu saja tidak hati Yoongi masih marah terhadap apa yang Jungkook lakukan,namun ia sadar maksud dari sang adik adalah sebuah kebaikkan walau Yoongi tak menyukai itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung
Fanfiction"Jiwa yang merindukan jalannya takdir kehidupan. Kutukannya terasa amat memilukan." * Jungkook dan Yoongi, kedua kakak beradik yatim piatu yang saling menyayangi, saling membutuhkan dan saling melindungi. Saat terberat dalam hidup mereka adalah saat...