Bagian 31: Detik-Detik Akhir (1)

5.5K 164 7
                                    

Happy Reading!

"Da-Darel?!"

Dinda sangat terkejut ketika mendapati Darel tengah berada dihadapannya ini. Dinda melihat luka yang cukup parah terdapat disekujur tubuh Darel. Dan Darel tidak sendiri, ia bersama kak Renza.

Dengan napas terengah-engah dan membopong Darel, Renza menatap Dinda. Renza pun terluka, namun tidak separah Darel.

"Apa disini ada Sheila?" Tanya Renza dengan napas yang tidak teratur dan terlihat kesakitan. Ia menanyakan keberadaan Sheila kepada Dinda. Dinda yang masih kaget akan kedatangan kakak beradik itu tentu dengan mudahnya menganggukan kepalanya

"A-ada"

"Kalau gitu maaf"

Tanpa banyak tanya Renza dengan mudahnya melewati Dinda begitu saja untuk masuk ke dalam rumah. Dinda masih terdiam, dia masih bingung dan heran dengan apa yang ia lihat. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Darel disini? Dan mengapa Darel luka-luka? Apa maksud kedatangan Darel kesini? Dan mengapa mencari Sheila? Begitu banyak pertanyaan yang mulai bersarang di otak Dinda.

Rey yang melihat Darel dan Renza masuk ke dalam rumahnya begitu saja, sontak langsung berdiri. Dan menghampiri mereka dengan langkah yang sedikit pincang.

"He-hei ap--"

"SHEILA!!"

Renza tidak memperdulikan Rey yang bingung atas kedatangannya. Renza terus meneriaki nama Sheila. Renza ingin Sheila segera mengobati Darel yang terluka parah.

"SHEILAAA!"

"Kak Renza?"

Sheila tersentak ketika mendengar teriakan Renza memanggil namanya. Sheila masih di kamarnya bersama Varo, ia baru saja selesai diobati oleh Varo. Varo pun sama ia mendengar suara teriakan dari lantai bawah.

Saat Sheila terus mendengar teriakan Renza, ia yakin bahwa ini nyata ini bukan mimpi ataupun ilusi. Sheila benar-benar mendengar teriakan Renza memanggil namanya. Dengan cepat tanpa memperdulikan kondisinya Sheila bangkit dan berlari untuk menuju kearah sumber suara, lantai bawah.

"Sheila tunggu!"

Varo memanggil Sheila dengan meneriakinya saat ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan keadaannya. Kondisi Sheila masih belum stabil, masih lemah, masih harus banyak istirahat. Tapi, Sheila tidak peduli, yang ia pedulikan sekarang Renza. Karena Sheila merasakan jika Darel datang bersamanya.

"Kak Renza?!" Sheila menghentikan langkahnya ketika ia sudah sampai dihadapan Renza. Dengan tatapan yang sulit diartikan, Sheila menatap kearah Renza. Dan tatapannya terhenti ketika ia melihat Darel yang terluka parah. Entah sejak kapan air matanya menetes. Sheila sangat sedih melihat kondisi Darel, Sheila tidak habis pikir apa yang sudah ayahnya lakukan terhadap Darel anaknya sendiri? Ayah mana yang setega ini kepada anaknya sendiri? Sheila tidak percaya ayahnya ternyata sejahat ini. Dia lebih mementingkan nyawa yang lain ketimbang nyawa anaknya sendiri.

"Sheila, kakak mohon cepat obati Darel, dia sudah banyak kehilangan darah dan kondisinya bisa gawat!" Sheila dengan cepat mengangguk. Tidak ada waktu untuk kesal dan merasa sedih kini Darel sangat butuh pertolongan. Sheila harus mengobatinya, dia tidak peduli jika kondisinya masih lemah atau ia akan ambruk lagi, Sheila tidak peduli. Sekarang yang lebih penting Darel, kakaknya sendiri. Sheila harus menyelamatkannya, harus.

"Yaudah kak Renza tolong bawa kak Darel ke kamar biar aku yang obatinya" Renza mengangguk mengerti, ia segera membawa Darel ke kamar sesuai dengan suruhan Sheila. Saat Sheila akan menyusulnya dengan cepat lengannya ditahan oleh Varo yang sudah dihadapan Sheila. Sheila menoleh kearah Varo yang menahan lengannya.

After marriage [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang