Bab 6 - Kerinduan dan Penyesalan

277K 17.5K 631
                                    

Haris tetap mengantar Alysa ke rumah. Namun lelaki itu tidak lagi berbicara kepada Alysa setelah adu mulut itu terjadi. Alysa terus menangis, Haris berkali-kali menghela napas.

"Haris gak mampir dulu?" tanya mama Alysa sambil berdiri di teras.

Haris turun memberi salam. Sedangkan Alysa masih menangis dan berlari masuk ke dalam. "Terima kasih Ma, tapi saya harus pulang ke rumah." Ya. Harus harus mandi, istirahat, dan membaca Al-quran agar amarahnya mereda.

"Terima kasih ya sudah mencari Alysa."

Setelah Haris pergi mama Alysa masuk ke kamar anaknya. "Alysa mama boleh masuk?"

Tidak ada jawaban dari Alysa. Gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil menenggalamkan wajah ke batal.

Mama Alysa masuk. "Ada apa?"

"Alysa gak mau putus sama Kak Haris."

"Putus?"

Mama Alysa membersihkan tisu-tisu yang berserakan di bawah. "Putus gimana maksudnya?"

"Alysa bilang ke Kak Haris kalau ... " Dia menggantungkan kalimat dan menangis lagi.

"Kalau mau membatalkan pertunangan?"

Tangis Alysa semakin keras. Mamanya pun menyibakkan anak rambut yang masuk ke mulut anaknya. "Coba Alysa ingit bertapa sering mengancam Haris dengan membatalkan pertunangan? Sayang, hubungan kalian itu tidak sesederhana orang pacaran. Hubungan kalian itu sudah melihatkan kedua keluarga serta komitmen. Harusnya kamu lebih berhati-hati."

"Ha-habis Ka-Kak Haris kejam. Dia nyalahin Alysa gara-gara kejadian hari ini tanpa dengerin penjelasan Alysa. Biasanya Kak Haris gak akan mengiyakan, ta-tapi tadi Kak Haris setuju kalo nikahnya batal."

Mama Alysa memeluk anaknya. "Mama jadi gak yakin sama kamu kalo kamu kayak gini. Gimana nanti kalo udah jadi istri."

Alysa merengek. "Whaaa Mama kok gitu. Alysa tetep mau nikah sama Kak Haris."

"Yaudah. Besok kamu bicara baik-baik sama Kak Haris. Kamu belajar menyelesaikan masalah dengan dewasa."

Begitu tangin Alysa reda, Mila pemit. Alysa mengambil air wudu lalu salat Isya. Tak lama, terdengar suara hujan. Hal itu mengingatkannya ke jadian satu tahun silam.

***

2018. Sebelum pertunangan

Tik. tik. tik. Tetes demi tetes rintikan air turun membasahi bumi, menyiram rerumputan yang kering karena musim kemarau panjang. Butiran air ajaib itu menciptakan uap tipis pada jalanan. Bau khas hujan tercium begitu menyengat, membuat orang-orang yang menanti kehadirannya tersenyum bahagia. Menunggu hujan reda sembari menyimak iringan musik alam yang dihasilkan dari rintikan air hujan.

Seorang gadis mengusap rambut hitam pekatnya karena basah, kemudian sedikit menyingkir dari percikan air hujan, menyibakkan rok abu-abu lalu mencincingnya. Takut terkena noda.

Menunggu dan hujan adalah hal paling menyebalkan baginya, berbeda dengan beberapa temannya yang justru menatap hujan dengan mata berbinar sembari memainkan percikan. Nafasnya kembang kempis karena harus berlari dari lobby menuju pos satpam dengan menerabas hujan yang semakin deras.

Sebuah notifikasi line berbunyi. Merasa ponselnya berbunyi ia segera mengambil posisi duduk, untung saja pos satpam hanya ada 3 orang sehingga masih ada kursi kosong untuk dirinya.

Diambilnya ponsel cantik berwarna merah muda dari saku baju lalu mengusapkan tangannya pada rok karena basah.

Ibnu Haris: Sa

Doctor Marriage [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang