Bab 2 - Menyebalkan & Menggemaskan

305K 19.7K 267
                                    

"Loh kok pulang sendiri? Katanya udah janjian sama Haris? Haris mana?" tanya mama begitu melihat Alysa masuk sendirian. Ditengoknya dari jendela, tak ada juga mobil calon menantunya. Hanya ada mobil taksi yang kembali melaju.

Alysa membanting tas sekolah ke lantai begitu saja. Dengan sigap mama mengambil tas gadis itu dan meletakkan di meja ruang keluarga, "Ada masalah sama Haris?" Mama bisa membaca tingkah Alysa.

Gadis itu hanya diam saja, mengalihkan perhatian dengan sok sibuk mengganti chanel televisi.

"Ada apa? Cerita sama mama dong," bujuk wanita berumur hampir kepala empat itu.

Hati Alysa mulai terbuka. Ia menatap sang mama yang duduk di samping kanannya.

"Masak Kak Haris ngajak Alysa ke mall kirain Alysa mau beli baju, apa nonton, apa ngapain gitu. Eh, malah ngajak ke toko pakaian muslim. Kan Alysa belum siap berjilbab Ma. Udah gitu dia ngebentak Alysa lagi. Bete sama tuh cowok,"

"Lagian ya Ma, mama sama papa juga gak pernah maksa Alysa make hijab. Apa hak dia ngatur Alysa! Suami juga belum," cerocosnya yang dipotong godaan oleh mama.

"Akan suami, kan?"

"Mama," Alysa merengek. "Lagi gak pengen bercanda."

Mama terkekeh, "iya maaf sayang."

"Alysa harus gimana dong Ma? Apalagi sampai sekarang Kak Haris juga enggak ngechat atau nge-WA atau telepon atau kirim DM Instagram gitu. Enggak sama sekali. Apa Kak Haris gak sayang sama Alysa? Kayak gak peduli gitu kalo Alysa marah."

"Coba kamu minta alasan ke Haris, kenapa menyuruhmu mengenakan hijab," jawab mama santai. Walaupun ia sendiri tahu apa alasan calon mantunya itu meminta Alysa mengenakan hijab, tapi ia ingin Alysa tahu kebenarannya sendiri. Maklum, dulu awal kuliah saat ia diminta mengenakan jilbab oleh ibunya ia juga keberatan. Menurutnya sikap anaknya itu wajar.

"Sekarang anak mama yang cantik mandi deh biar emosinya reda. Jangan lupa shalat dhuhur dulu!"

Dengan malas Alysa menuruti perintah mama Mila. Sedangkan Mila hanya menatap kepergian sang anak dengan senyum dan kepala menggeleng mengingat tingkah aneh anak satu-satunya itu.

Ponsel Mila berdering. Panggilan dari Haris.

"Assalamualaikum, Ma," salam Haris.

"Waalikumsalam."

"Alysa masih marah-marah ya Ma di dalam?"

"Iya. Kamu di mana?"

"Ya sudah Haris nanti saja masuknya."

"Kamu ngikutin taksi yang nganter Alysa?"

"Iya, Ma. Haris takut Alysa gak hati-hati karena emosi. Tapi sekarang Haris lega dia sudah sampai di rumah."

"Iya anaknya udah masuk ke kamar. Tadi mama suruh mandi. Sabar ya Ris ngadepin Alysa. Anak cewek satu-satunya ya begitu, manja banget."

"Iya, Ma."

***

Kedua sisi bibir Alysa menurut saat menyambut Haris yang sedari tadi duduk di sofa ruang tamu. Mata lelaki itu menatap Alysa yang menuruni anak tangga ogah-ogahan. Sejujurnya, Alysa sedikit bahagia karena lelaki itu sadar juga kalau ia bersalah. Perlu digaris bawahi, kata 'sedikit' kalau sedikit, ya gak banyak.

"Kenapa marah?"

Bagi Alysa, itu pertanyaan paling menyebalkan dari Haris. Kan udah jelas, gara-gara kejadian di mall tadi. "Masih enggak peka juga?" Type cowok kayak Haris emang harus di jedotin ke tembok. Biar peka.

Doctor Marriage [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang