Pemeriksaan selesai. Haris memutuskan untuk mampir ke rumah Alysa sebelum pulang. Karena tadi, ia mendapat telepon dari mama Alysa bahwa sepulang sekolah gadis itu mengurung diri di kamar.
Hanya 15 menit mobil Haris berhasil terparkir rapi di depan rumah Alysa. Sementara diwaktu yang sama gadis itu tengah menatap kehadiran Haris dari jendela kamar.
Mama mengetuk berkali-kali pintu kamar Alysa tapi tidak dibukakan pintu juga oleh gadis itu. Hingga dimenit ketiga puluh pun Alysa tetap kukuh dengan pendiriannya.
"Mungkin Alysa ingin sendiri dulu." Mila merasa tak enak hati dengan Haris.
Haris tersenyum miris, "Boleh Haris ke pintu kamar Alysa, Ma?"
Mila mempersilahkan dengan membuntuti calon menantunya. Sampai di depan pintu Haris hanya membeku.
"Kalau mau masuk Mama punya kunci cadangan." Mila memberikan sebuah kunci kepada Haris.
Lelaki itu menolak. Dan memilih kembali ke ruang tamu. Sebelum benar-benar pergi ia menatap pintu kamar Alysa sekian kalinya. Pasalnya, ia bingung harus berbuat apalagi.
"Hati-hati di jalan ya, Ris."
"Iya Mama. Terima kasih. Salam dari Haris untuk Alysa ya Ma."
Di teras, Haris melihat Alysa tengah menatapnya dari jendela kamar. Mereka berpandangan cukup lama. Haris membuka mulutnya. Sayang, Alysa lebih dahulu menutup tirai jendela. Lelaki itu menutup pintu mobil keras-keras. Frustasi. Terlihat jelas dimatanya, mata sembab Alysa dengan gurat kesedihan dan kekecewaan. Ia tak tahu kenapa selalu membuat gadisnya menitihkan air mata.
Maaf Alysa. Maafkan saya.
Haris mengirim pesan berisi 2 kalimat sederhana kepada Alysa.
***
"Lo percaya gak Sa? Kalau hanya cinta yang dapat mengubah dunia?" pertanyaan Karin. Membuatnya kembali ke dunia nyata.
"Hah? Apa?"
"Makanya, jangan ngalamun terus."
Alysa memandang ke luar jendela. Hujan sedang turun. "Habisnya hujan, jadi gue inget waktu Kak Haris minjemin gue jas dokternya," tuturnya senyum-senyum sendiri. "Aroma hujan memang selalu membawa suatu kejadian. Yang bernama kenangan," lanjutnya puitis.
"Jadi, tugas bahasa Indonesianya gimana nih? 20 menit lagi dikumpulin."
"Sampe mana emang?" Alysa nyengir tanpa rasa berdosa.
"Sampe kenangan." Karin kesal sendiri. "Sampe lo percaya gak? Kalau hanya cinta yang bisa mengubah dunia?" lanjutnya serius.
Alysa berfikir sejenak. "Menurut gue, enggak deh. Dalam pembahasan ini, kan cinta artinya kita mencintai orang lain yang membenci kita. Kadang kita belain berbuat baik, tapi malah dianggap pencitraan atau udang di balik batu atau apalah. Jadikan? belum tentu kita mencinta orang, terus jadi akur, jadi damai. buktinya, mereka malah ngebenci tuh."
"Tapi, gue gak sependapat sama lo Sa. Menurut gue, kita memang tidak ditakdirkan untuk dicintai semua orang. Yang benci, ya biarin aja. Benci dengan alasan mereka masing-masing. Biarin aja. Yang penting kita terus menebar kebaikan. Terus menebarkan cinta, tanpa takut dikucilkan ataupun ditinggalkan. Berjalan pada kebenaran adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Gitu kata buku yang pernah gue baca."
"Ya gak adil dong Rin!" Protes Alysa.
"Adil-adil aja sih. Nabi Muhammad SAW aja yang akhlaknya sempurna masih banyak yang gak suka, apa lagi kita?" Karin mengambil napas sejenak.
"Nabi Muhammad banyak dicintai, tapi juga banyak yang mencaci. Banyak yang merindukan, tapi juga gak sedikit orang yang ingin ngebunuh beliau. Kesimpulannya, hidup memang begitu. Ada hitam ada putih. Yang peting itu tadi, kita menebar cinta. Hingga bisa mengubah dunia."
![](https://img.wattpad.com/cover/90979182-288-k454052.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Marriage [LENGKAP]
EspiritualHaris, seorang dokter yang menikahi gadis labil dan childish bernama Alysa. Kalau Haris banyak diam, Alysa banyak bicara. Kalau Haris itu dewasa, Alysa sangat kekanak-kanakan. Bagaimana pernikahan keduanya akan bertahan? Dan apakah Haris bisa bersab...